Anda di halaman 1dari 16

Bestria Yeita

Bonita
Restu Elvera
Sri Ajeng
Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk
mendidik mahasiswa di klinik yang memungkinkan
dosen/pembimbing klinik untuk memilih dan menerapkan
cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik
individual mahasiswa berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran (Nursalam, 2009).

Menurut Schweek ang Gebbie praktik klinik merupakan“the


heart of the total curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan
bahwa unsur penting dalam Pendidikan adalah bagaimana
proses pembelajaran di klinik. Proses pembelajaran
dipengaruhi oleh mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011).
Metode ini merupakan metode yang memberikan
penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis,
dilahan praktek (Hidayat, 2002).

Metode ini menyediakan interaksi di antara mahasiswa


dengan lingkungan yang menjadi tempat pembelajaaran (Reilly
dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi penugasan klinik,
penugasan tertulis, simulasi dan permainan

Contoh penugasan tertulis: studi kasus, perencanaan


pendidikan kesehatan, proses pencatatan, membuat laporan
kunjunganpembuatan akalah dan catatan kerja peserta didik
tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya
Metode konferensi merupakan bentuk diskusi
kelompok mengenai beberapa aspek praktis klinis.
Mahasiswa dapat berbicara saat proses pemecahan
masalah dan menerima umpan balik langsung dari
rekannya dan dosennya. Metode konferensi terdiri dari
praklkinik (preconference) dan pascaklinik
(postconference) (Nursalam, 2009)
Metode observasi merupakan bentuk
pembelajaran yang memberikan penugasan berupa
observasi yang bertujuan untuk mendapatkan
pengalaman nyata dengan mengembangkan prilaku baru
untuk pembelajaran masa mendatang.
Media memberikan pembelajaran yang
multisensorik, Metode pembelajaran visual
memberikan peningkatan pemahaman secara visual
mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode secara
auditori mengoptimalkan pendengaran mahasiswa untuk
memusatkan perhatian, metode psikomotor
meningkatkan keterampilan peragaan yang dilakukan
oleh mahasiswa.
Metode pengajaran ini memberi keunikan dan
kemampuan mahasiswa untuk membuat pilihan dan
keputusan sendiri mengenai pembelajaran. Metode
ini berusaha memperlihatkan perbedaan dan kebutuhan
individual mahasiswa. Ada beberapa metode pengajaran
self directed yaitu kontrak pembelajaran,
belajar sendiri dan modul kecepatan diatur sendiri
(Susilo, 2011).
Metode demonstrasi merupakan metode
pembelajaran dengan cara memperagakan
sesuatu prosedur dan mempergunakan alat
disertai suatu penjelasan
Proses kegiatan pembelajaran di lahan klinik sangat
dipengaruhi peran dari seorang pembimbing klinik yang biasa
disebut perseptor atau Clinical Instructure (CI) (Watt, 1990).
Menurut penelitian Akhmad (2006) terdapat 3 dari 6
orang clinical instructure atau pembimbing klinik di ruang rawat inap
RSUD Ulin Banjarmasin menyatakan bahwa pengelolaan ruang rawat
inap kurang baik dalam praktek klinik mahasiswa. Hal ini dikarenakan
tidak adanya pengorganisasian peserta didik, alat dan bahan
keperawatan serta tidak adanya pembagian tugas dan koordinasi saat
praktek.
Secara ideal menurut Davison dan Williams (2011) di negara
Denmark satu orang persepstorsip membimbing satu orang mahasiswa.
Akan tetapi jika melihat kenyataan dipembelajaran klinik Indonesia
satu orang CI harus membimbing 6 sampai 10 mahasiswa bahkan bisa
lebih di satu bangsal perawatan (Anton, 2012).
Selain masalah mengenai rasio antara mahasiswa
praktik dan pembimbing klinik, masalah lain yang
sering muncul adalah mengenai kompetensi seorang
CI dalam melakukan bimbingan klinik yang masih perlu
dipertanyakan. Menurut Rika (2009) seorang
pembimbing klinik seharusnya memiliki kemampuan
mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
klinis terbaru, menganalisa teori dari berbagai sumber,
menekankan pemahaman konseptual kepada mahasiswa
dan membantu mahasiswa dalam menghubungkan teori
yang melandasi.
Tantangan dari pengajaran klinik adalah sebagai berikut :

 Di batasi oleh waktu.


 Berorientasi pada tuntutan klinik (jumlah klien dan mahasiswa).
 Meningkatnya jumlah mahasiswa.
 Jumlah klien yang sedikit (hari rawat inapnya pendek, ada klien yang
menolak inform consent).
 Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran
(sarana dan prasarana).
 Reward yang di terima oleh pembimbing klinik kurang memenuhi
standar.
Perilaku Asertif dalam Bimbingan Sosial

Bimbingan dan konseling memiliki tujuh jenis


layanan yang semuanya merupakan layanan untuk
membantu peserta didik yang memerlukan untuk
mencapai perkembangan optimal. Jamal Ma’mur
(dalam Ratnawati, 2013) menjelaskan bahwa
berbagai layanan yang ada, bimbingan dan
konseling mendukung adanya kegiatan belajar
mengajar yang menjangkau semua aspek baik
individual maupun kelompok
Pengertian Perilaku asertif

Menurut Lloyd (dalam Novalia dan Dayakisni,


2013) perilaku asertif adalah perilaku bersifat aktif,
langsung, dan jujur. Perilaku ini mampu
mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan
orang lain sehingga dapat memandang keinginan,
kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan, dan
kebutuhan orang lain atau bisa diartikan juga sebagai gaya
wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan
penuh respek saat berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Lazarus (dalam Allyati, 2013) perilaku
asertif adalah perilaku individu yang penuh ketegasan
yang timbul karena adanya kebebasan emosi dari setiap
usahanya untuk memperjuangkan hak-haknya serta
adanya keadaan efektif yang mendukung, meliputi:

1) mengetahui hak pribadi,


2) berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak-hak tersebut
dan melakukan hal itu sebagai usaha untuk mencapai
kebebasan emosi.
Menurut Fensterheim & Baer (1980), orang yang berperilaku
Asertif memiliki ciri yaitu:

a. Merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang dirasakan


melalui kata dan tindakan. Misalnya: “inilah diri saya,
inilah yang saya rasakan dan saya inginkan”.
b. Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan
orang yang tidak dikenal, sahabat, dan keluarga. Dalam
berkomunikasi relatif terbuka, jujur dan sebagaimana
mestinya.
c. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, karena
orang asertif cenderung mengejar apa yang diinginkan dan
berusaha agar sesuatu itu terjadi serta sadar akan dirinya
bahwa ia tidak dapat selalu menang, maka ia menerima
keterbatasannya, akan tetapi ia selalu berusaha untuk
mencapai sesuatu dengan usaha yang sebaik-baiknya dan
sebaliknya orang yang tidak asertif selalu menunggu
terjadinya sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai