kualitas dari sebuah kebijakan kesehatan yaitu : 1. Pendekatan holistic, pendekatan dalam kebijakan kesehatan tidak dapat semata mata mengandalkan upaya Kuratif tetapi harus lebih mempertimbangkan upaya preventif , kuratif dan rehabilitatif. 2. Partisipatori, partisipasi masyarakat akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kebijakan. 3. Kebijakan publik yang sehat , yaitu setiap kebijakan harus diarahkan untuk mendukung terciptanya pembangunan kesehatan yang kondusif dan berorientasi kepada masyarakat. 4. Ekuitas, yaitu harus terdapat distribusi yang merata dari layanan kesehatan. 5. Efisien , layanan kesehatan harus berorientasi proaktif dengan mengoptimalkan biaya dan teknologi. 6. Kualitas, artinya pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh warga negara. 7. Pemberdayaan masyarakat, terutama pada daerah terpencil dan perbatasan untuk mengoptimalkan kapasitas sumber daya yang dimiliki . 8. Self-reliant, kebijakan kesehatan sedapat mungkin bisa memenuhi keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan kapasitas kesehatan diwilayah sendiri. Proses Pengembangan Kebijakan. 1. Agenda setting / Pembuatan Agenda. Sebagai respon terhadap terhadap permasalahan publik, mesin legeslatis dan birokrasi pemerintah dapat bergerak dan terlibat dalam formulasi adopsi dan implementasi kebijakan . 2. Formulasi Kebijakan . Proses formulasi kebijakan kesehatan secara umum memiliki tahap tahap sebagai berikut : , Pengaturan proses pengembangan kebijakan, Penggambaran permasalahan, Penetapan tujuan dan sasaran, Penetapan prioritas, perancangan kebijakan , Penggambaran pilihan, penilaian pilihan , revisi kebijakan dan upaya untuk mendapatkan dukungan formal terhadap kebijakan yang akan diajukan . 3. Pengadopsian Kebijakan . Setelah formulasi kebijakan, tahap berikutnya adalah adopsi kebijakan, yaitu sebuah proses untuk mengambil atau mengadopsi alternatif solusi kebijakan yang ditetapkan sebagai sebuah regulasi atau produk kebijakan yang selanjutnya akan dilaksanakan. Pengadopsian kebijakan sangat ditentukan oleh rekomendasi yang antara lain berisikan informasi mengenai manfaat dan berbagai dampak yang mungkin terjadi. 4. Pengimplementasian Kebijakan. Pengimplementasian merupakan suatu cara agar kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dunn ( 2003 ). Implementasi adalah pelaksanaan pengendaliaan aksi aksi kebijakan didalam kurun waktu tertentu. 5. Evaluasi Kebijakan. Evaluasi kebijakan Kesehatan merupakan penilaian terhadap keseluruhan tahapan dalam siklus kebijakan, utamanya ketika sebuah kebijakan yang disusun telah selesai di implementasikan. Tujuannya adalah untuk melihat apakah kebijakan telah sukses mencapai tujuannya dan menilai sejauh manakeefektifan kebijakan dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak yang berkepentingan. Parameter yang umum digunakan adalah , kesesuaian, relevansi, kecukupan, efisiensi, keefektifan, keadilan, respons dan dampak. Contoh : Pengembangan Kebijakan HIV/Aids Mendefinisikan Isu. Beberapa faktor yang mungkin dapat memacu Pemerintah dan organisasi pemerhati HIV/Aids : A. kesadaran akan krisis, sehingga masyarakat sadar bahwa telah terjadi suatu epidemik. B. Isu yang muncul untuk menciptakan tuntutan medis yang belum terpenuhi oleh sains. C. Dampak yg luas dari HIV/Aids. D. Ada kekuatan relatif , dari masyarakat yang memperjuangkan HIV/Aids, dalam agenda kebijakan. Mengatur Tujuan. Kemungkinan ada perbedaan antara tujuan manajer perawatan kesehatan { sebagai praktisi } dan kelompok yang mewakili aspirasi publik. Manajer perawatan kesehatan lebih kearah penetapan target tertentu dari pelayanan. Sedangkan kelompok yang mewakili aspirasi publik, kearah pengeliminisasin kondisi atau pengontrolan epidemik. Mengatur Prioritas. Dalam mengatur prioritas harus hati hati . Prioritas mungkin dapat diekspresikan dalam populasi yang luas atau pada kelompok yang spesifik. Misalnya pada pemakai obat obat terlarang intravena, pendidikan kesehatan atau pencegahan atau perawatan penderita AIDS. Analisis Pilihan . Misalnya pilihan untuk mengasingkan penderita yang sudah terinfeksi HIV/AIDS , tidak dipertimbangkan karena melanggar HAM. Kampanye tentang pendidikan seksual eksplisit, yang mungkin diangap terlalu ofensif, dianggap tabu untuk dilakukan. Implementasi. Pertimbangan kebijakan HIV/AIDS yang baik ternyata sulit untuk dilaksanakan ( implentasikan ). Hal ini : 1. Instruksi yang kurang jelas dan pendidikan staf yang tidak memadai. 2.Kesalahan dalam mengatasi prasangka atau stigmasi HIV/AIDS dan ketidak tahuan publik. 3. Keenganan pemerintah untuk mengeluarkan sumber daya yang memadai. Ilustrasi : Pengenalan dan Perumusan masalah Sebuah RSUD menerima komplain dari masyarakat mengenai kwalitas pelayanan yang kurang memuaskan. Setiap bulan jumlah komplain yang diterima semakin banyak. Deskripsi masalah dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : * Seberapa sering komplain tersebut muncul ? ( setelah dianalisis , hampir setiap hari muncul komplain ). *. Kapan masalah tersebut lebih sering muncul? ( ketika jumlah staf yang hadir lebih sedikit, maka jumlah komplain lebih banyak. ) Di bagian apa lebih sering muncul masalah tersebut? (bagian pencatatan data medis pasien ). Siapa yang terpengaruh dengan kondisi tersebut ?, pada awalnya adalah pasien merasa tidak nyaman namun lama kelamaan petugas karena sering mendapat komplain menjadi terganggu secara psikologis kinerjanya, Jadi apa kesimpulan dari pendeskripsian masalah di RSUD tersebut ?. Ketidak puasan pasien muncul karena jumlah petugas yang melayani tidak sebanding dengan jumlah pasien, sehingga terjadilah pelayanan yang tidak optimal. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu peoses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Dengan menggunakan diantaranya, metode Delbeg, metode Hanlon, Metode Delphi, Metode USG, Metode Pembobotan masalah. Metode Delbeg : Langkah pertama pembentukan kelompok. Sumber data dan informasi : 1. pengetahuan / pengalaman . 2. saran / pendapat nara sumber. 3. per undang2 an . 4. analisa situasi. 5. sumber info lain. Meode Hanlon . 1. kreteria besarnya masalah . 2. kreteria kegawatan masalah. 3. kreteria penanggulangn masalah. 4. kreteria PEARL. P = kesesuaian . E. = ekonomi . A = dapat diterima. R = tersedianya sumber daya. L = legalitas. MENETAPKAN KRETERIA I. BESARNYA MASALAH. 1. Besarnya persentase penduduk yang terkena. 2. Pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. 3. Besarnya kerugian MENENTUKAN KRITERIA II KEGAWATAN MASALAH 1. Tingkat urgensi. 2. Kecenderungannya 3. Tingkat keganasan. MENENTUKAN KRITERIA III KEMUDAHAN PENANGGULANGAN . 1. Amat sulit 2. Sulit. 3. Cukup sulit 4. Mudah 5. Sangat mudah MENENTUKAN KRITERIA IV PEARL 1. P = kesesuaian 2. E = secara ekonomi murah atau mahal 3. A = dapat diterima 4. R = tersedia sumber daya 5. L = legalitas terjamin atau tidak Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa misalnya akar permasalahan adalah jumlah staf yang sedikit. Prioritas dalam menyelesaikan masalah perlu ditetapkan dengan menyusun skala prioritas. Dalam kasus RSUD tersebut dapat disusun skala prioritas sebagai berikut, misalnya : 1. menambah jumlah tenaga. 2.meningkatkan kemampuan tenaga / karyawan. 3.meningkatkan kecepatan pelayanan . 4.memperbaiki sarana dan prasarana. 5. memperluas ruangan pelayanan. 6. memperbaiki etika staf dan tenaga medis supaya lebih berorientasi kepada kepuasan konsumen. 7.meningkatkan konpensasi kepada staf. Pada tahap awal , pihak pimpinan RSUD dapat melaksanakan langkah pertama terlebih dahulu untuk mengatasi permasalahan yang muncul selama ini. Setelah menetapkan prioritas masalah, dapat dilakukan analisis lanjutan yaitu analisis SWOT ( strengths, weakness, opportunities and threats ), terhadap pokok permasalahan yang ada di organisasi yang bersangkutan. Pada kasus di RSUD tersebut juga dapat disusun analisis SWOT untuk mengindentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kekuatan ( strengths ) : RSUD menawarkan biaya berobat/ perawatan yang murah dibandingka dengan institusi lain. 2. Kelemahan ( weakness ) : sistem pelayanan yang belum profesional, belum berorientasi kepada kepuasan pelanggan. 3. Kesempatan/ peluang ( opportunities ). : banyaknya anggota masyaraakat yang memilih RSUD sebagai pilihan utama tempat berobat ketika menerita sakit. 4. Ancaman / tantangan ( Threats ) : meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak hak pasien yang belum diiringi dengan kesiapan RS untuk penguatan “ hospital by law “ memperbesar potensi tuntutan permasalahan hukum.