Anda di halaman 1dari 15

ELECTRO CONVULSIVE

THERAPY
Sejarah

 Epilepsi X Skizofrenia
 Meduna (1933) : larutan camphor 25 %
 Carletti & Bini (1937) : aliran listrik
kejang
Indikasi

 1. Gangguan depresif berat (psikotik)


 2. Gangguan bipolar tipe manik
 3. Skizofrenia :
– tipe akut
– tipe katatonik, terutama : stupor
– tipe skizoafektif
Kontra Indikasi :

 A. Absolut : tumor otak


 B. Relatif :myocard infarct, penyakit
jantung lainnya, hamil, ulcus pepticum,
aneurysma aortae, subdural
haematoma, diathese haemorrhagic,
arteriosclerosis, hipertensi, febris yg
tinggi, epilepsi, kelainan sistem tulang,
TBC, lansia, anak-anak, dll
Perubahan2 selama ECT

 1. Endikrinologik
– Amenorrhea
– Impotensi temporer
 2. Neurovegetatif
– Kadar epinefrin
 3. Psikopatologik
– Amnesia
– Confusion
 4. Neurologik : refleks (-)
 5. Gangguan tidur
 6. Gangguan kardiovaskuler :
– Fase tonik : nadi terasa keras
– Fase klonik: HR
– Post convulsive : arrhytmia
 7. Plasma steroid
Komplikasi

 1. Fraktur & Dislokasi


 2. Apnoe
 3. Aspirasi pneumonia
 4. Kematian yang tba-tiba
Preparasi
 1.Pemeriksaan PD
 2. Pemeriksaan lab & penunjang lainnya
tdk mutlak
 3. Puasa minimal 4 jam sebelum
ECT
 4. Gigi palsu ditanggalkan
 5. Kandung kemih dikosongkan
 6. Disediakan : spatel, tracheal tube,
oksigen, dsb
Metode Pemakaian

 1. Metode Klasik
– 70-130 volt
– 600 mili Ampere
– waktu : 0,1-0,3 detik
– Komplikasi yang sering :
• Fraktur
• Perdarahan dalam telinga
 2. Metode modifikasi:
– Diberi premedikasi untuk :
• mengurangi komplikasi
• memudahkan pelaksanaan
– Contoh bahan premedikasi :
• muscle relaxant : succinylcholine : 10-40mg/IV
• anaesthesi short acting : pentothal sodium :
2cc/IV
• sulfas atropin: 0,8 mg/sc/ IM/ IV
Metode Pelaksanaan

 1. Metode Conventional ( Bifrontal =


Bilateral methode)
– Elektroda diletakkan pada temporofrontalis
kiri-kanan
 2. Metode Unilateral
– Pada daerah non dominant hemisphere
Cara Mengerjakan
 1. Setelah pasien ‘dipersiapkan’ o.s
ditidurkan telentang, lurus dan bantal
diletakkan di bagian atas bahu
 2. Fiksasi pasien : masukkan spatel
mulut fiksasi
 3.Letakkan elektroda secara bifrontal
atau unilateral
 4. Sesudah kejang berhenti & pasien
mulai bernafas pasien
dipindahkan ke tempat tidur lain
 Frekuensi : umumnya 10 X/keur
Manifestasi Kejang Listrik
 1. Fase laten : 2-5 detik
– tremor yg cepat
 2. Fase tonik : 10 detik
– kejang tonik pada seluruh otot
 3. Fase klonik : 30 detik
– kejang yang berdenyut-denyut
 4. Fase diam:
– kejang (-)
– tidak bernafas
– belum sadar
 5. Fase bernafas spontan
 6. Fase sadar kembali : masih ada
disorientasi
 7. Fase tidur : 1/2- 1 jam
Teori Efek Terapeutik
 1. Teori Psikodinamik
– ancaman maut instink vital & MPE yg
kuat
 2. Teori Ketidaksadaran
 3. Teori Somatik
– Neurofisiologik
– Detoksifikasi dari kejang
– Ancaman maut agonin
 4. Teori Amnesia
 5. Teori Neurotransmitter: serotonin

Anda mungkin juga menyukai