Anda di halaman 1dari 7

PEGADAIA

ANGGOTA :
• Dadih Gusmayadi
• Olivia Natasha
• Muhammad Fauzan
• Safira Azzahra
• Satria Nugeraha
• Tyara Dhalih
1. PENGERTIAN PEGADAIAN
• Gadai dalam bahasa Arab disebut dengan ar rahn, arti secara bahasa
adalah ats tsubut wad dawaam, yang bermakna tetap dan langgeng. Rahn
juga secara bahasa bisa bermakna al habs (tertahan). Sedangkan menurut
istilah syar’i yang akan kita uraikan saat ini, ar rahn bermakna menjadi harta
sebagai jaminan utang (pinjaman) agar bisa dibayar dengan sebagian atau
seharga harta tersebut ketika gagal melunasi utang tadi.
• Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang- barang
berharga kepada kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang
dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai perjanjian antara
nasabah dengan lembaga gadai.
• Pegadaian terdiri dari dua macam, yaitu:
• 1. pegadaian konvensional
• 2. pegadaian syariah.
• Usaha gadai memiliki ciri- ciri diantaranya:
• 1. Terdapat barang- barang berharga yang digadaikan;
• 2. Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan;
• 3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

• Tugas Pokok Usaha Gadai:


• Memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar
masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang
cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.Hal
ini didasari pada fakta yang terjadi di lapangan bahwa terdapat lembaga
keuangan yang seperti lintah darat dan pengijon yang dengan
melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya
2. TUJUAN, DAN KEUNTUNGAN PEGADAIAN
• A. Tujuan Pegadaian

• 1. Membantu orang- orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat


mudah
• 2. Pegadaian memberikan jasa taksiran kepada masyarakat yang ingin
mengetahui nilai barang yang dimilikinya
• 3. Menyediakan jasa pada masyarakat yang ingin menyimpan barang
• 4. Memberikan kredit kepada masyarakat yang mempunyai pnghasilan t
etap seperti karyawan.
• 5. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
• 6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat teerutama golongan
menengah kebawah melalui penyediaan dana atas dasar
hokum gadai dan jasa dibidang keuangan lainnya berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
• 7. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas
dasar hukum gadai kepada masyarakat.
• 8. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan
bermanfaat, terutama mengenai kredit yang bersifat produktif

• B. Keuntungan pegadaian
• Prosedurnya yang mudah dan cepat sehingga nasabah bias dengan cepat
memperoleh uang yaitu pada waktu itu juga
• Biaya yang dibebankan lebih ringan jika dibandingkan dengan para pelepas
uang atau tukang ijon.
• Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan untuk apa uang tersebut
digunakan dan hal ini tentu bertolak belakang dengan pihak perbankan
• Sangsi yang diberikan relatif ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam
waktu tertentu. Sangsi yang paling berat adalah jaminan yang disimpan akan
dilelang untuk menutupi kekurangan pinjaman yang telah diberikan
6. PERBEDAAN PEGADAIAN DAN BANK
Pegadaian Bank

Prosedur pemberian dana mudah dan cepat dan tidak berbelit- Prosedur sulit dan lama
belit

Untuk masyarakat yang meminjam dana kecil karena Hanya peminjam besar dan terpercaya
pegadaian merambah ke kalangan masyarakat atas

Dengan jaminan barang sehari- hari seperti emas dan barang Barang jaminan bernilai tinggi karena pinjaman dalam jumlah
elektronik lainya besar

Bunga rendah dan sesuai dengan kesepakatan Bunga pasar dan berfluktuasi

Bila tidak bisa dibayar, barang yang digadaikan akan disita Bila tidak membayar didatangi debt collector, sebelum diusut
untuk dilelang ke pengadilan
7. HUKUM GADAI SAWAH
• Satu kaidah baku dalam masalah ini adalah “Semua bentuk utang yang menghasilkan
keuntungan maka itu adalah riba”. Dasar kaidah ini yaitu riwayat dari Fudhalah bin Ubaid
radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau mengatakan,
• ‫كل قرض جر منفعة فهو ربا‬
• “Setiap piutang yang memberikan keuntungan maka (keuntungan) itu adalah
riba.”“Keuntungan” yang dimaksud dalam riwayat di atas mencakup semua bentuk keuntungan.
Bahkan, sampai bentuk keuntungan pelayanan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu
‘anhu,
• ‫إذا أقرض أحدكم قرضا فأهدى له أو حمله على الدابة فال يركبها وال يقبله‬
• “Apabila kalian mengutangkan sesuatu kepada orang lain, kemudian (orang yang berutang)
memberi hadiah kepada yang mengutangi atau memberi layanan berupa naik kendaraannya
(dengan gratis), janganlah menaikinya dan jangan menerimanya!” (H.R. Ibnu Majah; hadis ini
memiliki beberapa penguat)

• Dalam riwayat yang lain, dari Abdullah bin Sallam, bahwa beliau mengatakan, “Apabila kamu
mengutangi orang lain, kemudian orang yang diutangi memberikan fasilitas membawakan
jerami, gandum, atau pakan ternak, maka janganlah menerimanya, karena itu riba.” (H.R.
Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai