Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS

MANAJEMEN KONFLIK DALAM


ASUHAN KEPERAWATAN
EMMELIA ASTIKA FITRI DAMAYANTI, S.KEP., NS., M.KEP
AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
ANALISIS

• Apa sumber atau penyebab terjadinya konflik pada kasus?


• Apa dampak dari konflik yang terjadi?
• Bagaimana penyelesaian konflik?
KASUS 1
• Tuan dan Nyonya Harun yang berusia 65 dan 60 tahun, pada hari Minggu pergi
mengunjungi anaknya dengan mobil pribadi. Mobil tersebut dikemudikan sendiri
oleh istrinya yang berusia 60 tahun. Di tengah perjalanan, mobil tersebut
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tuan Harun meninggal dunia setelah
dibawa ke Rumah Sakit, sedangkan Ny. Harun tidak sadarkan diri. Setelah 2 hari
dirawat, Ny. Harun baru sadarkan diri dan bertanya kepada perawat yang
bertugas tentang keberadaan suaminya. Bila perawat berterus terang
mengatakan bahwa suaminya telah meninggal, maka ia khawatir akan
dampaknya terhadap kesehatan Ny. Harun karena, secara klinis keadaan fisik
atau mental Ny. Harun masih sangat lemah.Bila perawat tidak mengatakan yang
sebenarnya, hal ini berarti perawat tidak jujur atau berbohong. Di sini terlihat
bahwa perawat tersebut mengalami konflik nilai. Haruskah perawat tersebut
mengatakan secara jujur atau apakah ia harus berbohong. Bagaimana
penyelesaian konflik intrapersonal perawat dengan pasien tersebut?
KASUS 2
• Suatu malam di ruang satifa kelas utama RSU dr. Soeharno, dirawatlah pasien stroke bernama
nyonya ina yang berusia 47 tahun,  kondisi pasien masih termasuk baik, karena meskipun
stroke pasien masih dapat berbicara dan hanya pada ekstremitas atas dan bawah saja yang
mengalami gangguan, pasien dirawat sudah 3 hari di rumah sakit tersebut, kebetulan malam
itu yang berjaga adalah perawat sari  yang baru bekerja 1 bulan di rumah sakit tersebut
karena baru lulus dari jenjang pendidikanya. Berhubung malam itu sudah sangat larut dan
perawat sari merasa kelelahan maka terjadilah kejadian yang tidak di inginkan. Perawat sari
akan melakukan tindakan mengganti infus pasien dengan persetujuan dari keluarga klien.
Pada saat pemasangan,  perawat sari tidak memperhatikan adanya udara dalam slang infus
klien. Dan beberapa jam kemudian pasien mengalami EMBOLI. kondisi pasien semakin
memburuk, pasien mengalami sesak nafas, sakit pada dada,  pusing, detak jantung semakin
cepat, berkeringat berlebihan dan kejang- kejang serta tidak dapat berbicara. Beruntung
emboli dapat ditangani dengan baik. Keesokan harinya anak pasien datang ke ners sation
untuk melaporkan tindakan perawat yang bertugas pada shift malam kepada kepala ruang.
Bagaimana penyelesaian konflik interpersonal perawat dengan pasien tersebut.
KASUS 3

• Nurul adalah seorang perawat lulusan salah satu Akademi Keperawatan, baru saja
bertugas di RSUD  dr. T.C. Hillers Maumere (RS tipe C). Di Rumah Sakit tersebut,
tenaganya sangat terbatas. Pada umumnya, tenaga yang ada adalah lulusan
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Sedangkan lulusan AKPER hanya dua orang.
Kepala Bidang Keperawatan dijabat oleh lulusan SPK yang sudah 20 tahun
bertugas disana. Kedatangan Nurti cukup membuat para perawat kurang
menyenanginya karena nurul sering dipanggil oleh Direktur untuk berdiskusi
tentang bagaimana meningkatkan mutu asuhan keperawatan dirumah sakit
tersebut. Bagaimana penyelesaian konflik interpersonal antara perawat dengan
teman sejawat?
KASUS 4
Perawat Dina adalah lulusan Fakultas Ilmu Keperawatan, bertugas diruang ICU Rumah Sakit tipe
B. Dalam menjalankan tugasnya, perawat sangat berdisiplin dan teliti terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien. Oleh karena itulah, perawat sangat dipercaya oleh dokter jaga yang
bernama dr. Irawan. Bila perawat dina bertugas dengan waktu yang bersamaan dengan dr.
Irawan, perawat dina sering mendapat pesan bahwa dr. Irawan tidak dapat hadir dan diberi
petunjuk atau protocol bila terjadi perubahan pada kondisi pasiennya dan perawar dina
diwajibkan melapor melalui telepon atau ponselnya. Dalam hal ini, seharusnya perawat dan dr.
Irawan mempunyai tanggung jawab yang berbeda baik dalam menjalankan tugas maupun
tanggung jawab terhadap pasien. Walaupun  perawat dina dapat menjalankan tugasnya dengan
baik, akan tetapi, terjadi konflik dalam nilai pribadinya, apakah ia perlu menjelaskan pada dr.
Irawan bahwa tanggung jawab tugas mereka berbeda, dan tidak dapat dilimpahkan begitu saja
padanya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan atau apakah ia perlu melaporkan
kepada pihak Rumah Sakit bahwa dr. Irawan sering tidak hadir untuk menjalankan tugasnya
sebagai dokter jaga.  Bagaimana penyelesaian konflik interpersonal perawat dengan profesi lain
KASUS 5
• Di RSUD Ternate, di ruang perawat internal wanita ada dua orang perawat yang berdinas pada shift
siang dari pukul 14.00-22.00 WIT,  yaitu perawat Risno dan perawat Siska. Karena waktu telah
menunjukan pukul 22.00 WIT, dan merasa tanggung jawab mereka berduapun telah selesai mereka
bersiap-siap untuk pulang dan istirahat. Tanpa menunggu perawat Iswanto dan perawat Taufan yang
bertugas pada shift malam, akhirnya perawat Risno dan perawat Siska pun bergegas membereskan
barang-barang mereka dan segara pulang, pada pukul 22.15 WIT. Tiba-tiba keluarga pasien menuju
ruangan perawat pada pukul 22.45 WIT untuk menemui perawat untuk menggantikan cairan Infus
istrinya. Karena merasa menunggu terlalu lama dan tidak ada satu orang perawatpun yang
bertanggung jawab di ruangan, keluarga pasienpun dengan wajah yang agak marah berjalan untuk
mencari perawat. Setibanya diruangan internal pria keluarga bertemu dengan perawat sukardi.
Kemudian perawat Sukardi pun segera melakukan tindakan dan mengganti cairan infus dari pasien
Dewi. Karena kejadian itu, perawat Sukardi merasa perawat yang ada di ruang internal wanita lalai
dalam melaksanakan tugas, kemudian keesokan harinya perawat Sukardi pergi keruangan perawat
yang berdinas di ruangan internal wanita untuk menanyakan kejadian tadi malam dan menemukan
keempat perawat yg sebelumnya dinas siang dan malam bersitegang saling menyalahkan.
Bagaiamana penyelesaian konflik interpersonal perawat dengan teman sejawat?
KASUS 6
• Perawat Astuti adalah seorang kepala ruang bedah di RS Solo. Berdasarkan hasil
visite dokter jam 8, salah seorang pasien di ruang tersebut diperbolehkan untuk
pulang karena kondisinya sudah membaik. Perawat pun mempersiapkan
perencanaan pulang pada pasien salah satunya adalah memesan obat untuk
pasien pada apoteker Rina. Perawat telah menunggu obat pasien sampai jam 15
tetapi obat tersebut belum juga siap. Perawat kemudian menelepon ke apotek RS
untuk menanyakan hal tersebut dan diketahui bahwa obat belum disiapkan karena
apoteker Rina masih sibuk mengurusi obat pasien rawat jalan yang cukup banyak.
Staf apotek mengatakan bahwa obat tidak bias dikeluarkan tanpa persetujuan dari
apoteker Rina. Dengan meletakan telpon, perawat Astuti berkata, “saya kecewa
dengan kerja mereka, apakah ia pikir hanya ia sendiri  yang dapat bekerja  dan 
tidak ada staf lain yang mampu mengerjakannya”. Kemudian Asuti melanjutkan
kalimatnya, “Saya akan membicarakan hal ini pada seseorang”.
KASUS 7
• Perawat Rani adalah manajer keperawatan di unit perawatan penyakit dalam di sebuah rumah sakit.
Beliau memiliki keinginan untuk melakukan renovasi pada unit perawatan yang dipimpinnya dan
perawat Rani pun menemui direktur keperawatan di RS tersebut. Ketika bertemu dan menyampaikan
keinginannya, ternyata menurut direktur keperawatan, RS hanya memiliki biaya untuk merenovasi 1
unit saja untuk tahun ini, dan direktur mengatakan sudah ada perawat Doni yang merupakan manajer
keperawatan di unit perawatan bedah ortopedi yang juga mengajukan proposal untuk renovasi.
Direktur menyarankan mereka untuk bertemu satu sama lain untuk membahas masalah yang terjadi
agar mendapatkan keputusan yang tepat. Perawat Rani dan Perawat Doni sebelumnya juga pernah
berkonflik tentang penyusunan standar tindakan keperawatan sehingga mereka jarang menjalin
komunikasi secara langsung. Perawat Rani pun merasa terpaksa harus menemui Perawat Doni, dan
dalam pertemuan tersebut terjadi perbedaan pendapat antara keduanya, dimana kedua belah pihak
beranggapan bahwa renovasi di unit perawatan mereka lebih penting dari renovasi di unit perawatan
lainnya. Perawat Doni juga menganggap perawat Rani tidak berkewenangan untuk melakukan
negosiasi dengannya, yang memiliki kewenangan tersebut adalah direktur keperawatan. Konflik ini
berdampak pula pada kinerja staf perawat yang bekerja di unit masing-masing terutama dalam hal
kolaborasi.
KASUS 8

• Perawat A lulusan akademi keperawatan bekerja di sebuah rs sejak 1 tahun


yang lalu. Perawat tersebut saat ini sedang mengajukan izin belajar untuk
melanjutkan tingkat yang lebih tinggi sambil bekerja. Karena perawat
melakukan pekerjaannya sambil sekolah banyak tugas dan tanggung
jawabnya yang tidak terselesaikan. Perawat juga sering tidak masuk kerja
dengan alasan kuliah. Banyak teman sejawatnya yang tidak menyukai hal
tersebut karena beban kerja perawat lain meningkat. Bagaimana
penyelesaian konflik tersebut?

Anda mungkin juga menyukai