Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ASUHAN KEPERAWATAN
KATARAK PADA LANSIA
Disusun oleh :
Fadilla Septi (P1337420717005)
Dwi Kusno S. (P1337420717015)
Ganis Riski Y. (P1337420717017)
Itsnaini Wahyu P.D. (P1337420717040)
DEFINISI
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan
penglihatan (Admin,2009).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau
denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
Jadi, berdasarkan ketiga pengertian di atas, katarak merupakan seseorang yang mengalami kekeruhan pada lensa
mata yang diakibatkan oleh beberapa hal dan menyebabkan penurunan atau gangguan penglihatan.
KLASIFIKASI
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang
dari 1 tahun disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009)
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
(Sidarta Ilyas, 2002)
c. Katarak Senil
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih
dari 60 tahun (Sidarta Ilyas, 2002)
d. Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air.
e. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada
katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi.
ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain:
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya
3. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat
tertentu (misalnya kortikosteroid)
(Corwin,2000)
MANIFESTASI KLINIS
KOMPLIKASI
3. Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan uveitis.
4. Sedangkan komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan operasi adalah sebagai berikut : hilangnya vitrous, prolaps iris, endoftalmitis,
astigmatisme pascaoperasi, edema makular sistoid, ablasio retina, opasifikasi kapsul posterior, retina iritasi dan infeksi.
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
PENATALAKSANAAN
1. Kacamata
2. Pembedahan
Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
3. Terapi
Senyawa aktif dalam obat tetes mata yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah saponin.
Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktivitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegenerasi berbagai jenis
protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein keluar dari mata berupa
cairan kental warna putih kekuningan.
Dan saran untuk mencegah penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah – buahan yang banyak
mengandung vitamin C, vitamin A, dan vitamin E.
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
• Indikasi sosial
• Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas
pekerjaan
• Indikasi medis
• Jika ada komplikasi seperti glaucoma
• Indikasi optik
• Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan
hasil visus 3/60
Teknik Pembedahan :
• ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir
tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia
• ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
• Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification)
Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk
menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi
melalui insisi ± 3 mm.
Pemeriksaan diagnostik
1.Scan ultrasound (echography )
2.Kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
3.Lapang pen Pemeriksaan diagnostik glihatan : penurunan mungkin disebabkan glukoma
4.Pengukuran tonograpi (mengkaji TIO, Normal 12-25 mmHg)
5.Pengukuran gonoskopi : membantu membedakan sudut terbuka dari sudur tertutup glukoma
6.Pemeriksaan oftalmologis : mengkaji struktur internal okuler, pupil oedema, perdarahan retina,
dilatasi dan pemeriksaan. Belahan lampu memastikan katarak.
7.Darah lengkap
8.Kolesterol dan Lipid
9.Tes Toleransi Glukosa.
• Asuhan Keperawatan Katarak pada Lansia
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien : Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan :
c. Keluhan Utama : Pandangan kabur, Penurunan tajam penglihatan, Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Riwayat glaukoma, cedera mata, diabetes, gangguan sistem vaskuler,
gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, hipokalsemia.
e. Riwayat Alergi : Alergi yang menyebabkan dermatitis atopik jangka panjang dapat menjadikan katarak.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita katarak, Diabetes Melitus.
g. Riwayat penggunaan obat-obatan : Penggunaan obat kortikosteroid (sering digunakan untuk obat anti-
peradangan), amiodaron (obat untuk mengatur irama jantung), obat golongan statin (Obat untuk
menurunkan kadar kolesterol).
B. POLA FUNGSIONAL
1.Aktivitas
Perubahan aktivitas atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2.Istirahat dan Tidur
Adanya gangguan pola tidur klien terbangun karena matanya terasa nyeri.
3.Nutrisi dan Metabolik
mengkaji makan dan minum klien sehari-hari.
4. Kognitif persepsi
(Neurosensori) Gangguan penglihatan kabur/tak jelas,sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja di
ruang dengan cahaya redup (katarak).
5. Nyeri/Kenyamanan
Ketidak nyamanan ringan karena mata berair, nyeri tiba –tiba yang berat dan
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata.
P: penyebab
Q: kualitas (Quality)
R: Rasio
S: Skala
T: waktu
6. Koping
Cemas, kurang percaya diri dan nampak bingung dengan keadaannya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1.Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
2.Tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar lensa
3.Pupil menyepit
4.Mata merah dengan kornea berawan
5.Peningkatan air mata.
D. Indeks Katz
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kartu mata snellen chart
Penurunan ketajaman penglihatan
2. Lapang penglihatan
Penurunan
3. Pengukuran tonograpi
TIO tidak normal (Normal 12-25 mmHg) dengan komplikasi glukoma
4. Pemeriksaan oftalmologis
Lensa keruh, Pupil coklat. Belahan lampu memastikan katarak.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman b.d Gejala terkait penyakit (00214)
NANDA Hal 466
Definisi : Merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, linkungan, budaya, dan/atau sosial.
Batasan Karakteristik :
a. Merasa tidak nyaman
b. Iritabilitas
c. Gatal
2. Gangguan pola tidur
Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi (00126)
NANDA Hal 274
Definisi: Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topictertentu
Batasan karakteristik :
a. Kurang pengetahuan
b. Perilaku tidak tepat
3. Ansietas b.d Ancaman pada status terkini (00146)
NANDA Hal 343
Definisi :Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu);perasaan takut yang di sebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.hal ini merupakan isyrat
kewaspadaan yang memperingatkan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik:
a. Gelisah
c. Penurunan produktivitas
d. Gelisah
e. Sangat khawatir
f. Putus asa
g. Lemah
X : Perempuan meninggal
C. Genogram
X X X X
X
D. Pola Fungsional
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan ketika ia sakit keluarganya akan
membawanya ke klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Klien makan 3x sehari dan minum 1,5liter air
TB : 160cm
BB : 50kg
3. Pola Eliminasi
Keluaga klien mengatakan klien tidak mengalami
perubahan dalam proses BAB dan BAK.
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Klien mengatakan aktifitasnya terganggu karena pandangannya kabur. Aktifitas
dibantu oleh keluarga.
5. Pola Tidur Dan Istirahat
Gangguan pola tidur namun sesekali klien terbangun karena matanya terasa
nyeri. Klien mengatakan terbiasa tidur 5-7 jam dalam 1 hari.
6. Pola Kognitif dan Persepsi
Klien mengalami penurunan penglihatan serta pendengaran. Klien nampak
cemas dengan keadaannya saat ini. Klien mengatakan takut dengan
penyakitnya saat ini karena penurunan penglihatannya
P: proses patologis
Q: seperti dibakar
R: kedua mata
S: 7
T: hilang timbul (ketika menlihat cahaya)
7. Pola Persepsi Konsep Diri
Klien nampak kurang percaya diri dan nampak bingung dengan
keadaannya ketika di tanya perawat tentang keadaannya. Klien mengatakan
tidak tahu tentang penyakitnya saat ini.
8. Pola Peran Hubungan
Hubungan antara klien dan keluarga sangat baik, keluarga sangat
mendukung kesembuhan klien.
9. Pola Seksual Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki
10. Pola Toleransi – Stress Koping
Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah anak-anaknya yang
selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.
11. Pola Nilai– Kepercayaan
Klien beragama Islam. Klien rajin sholat 5 waktu
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital sign
TD : 190/100 Mmhg
RR : 28x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu: 36 c
2. Pemeriksaan lain
a. Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih,
rambut acak - acakan dengan warna rambut putih, dikepala
terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.P juga mengaku
sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
b. Mata
Tn.P mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia
lanjut. Dan mata Tn.P nampak berair seta . Hal itu dikarenakan
adanya trauma yang terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan
mata kanannya tidak lagi berfungsi. Tn.P tidak menggunakan
kacamata, sehingga dengan begitu Tn.P tidak terlalu bisa
melihat dengan baik.
Klien mengatakan matanya terasa nyeri yang teramat sangat
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa
pada mata kanan dan mata sebelah kiri
c. Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa
mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di
dalam telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan
Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa
mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin
bertambah.
d. Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat
polip dan tidak ada obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung
Tn.P juga tidak ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan
baik.
e. Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.P hanya
tinggal 3 batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos,
lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.P mengalami perubahan
suara. Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah
dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan
adanya karies pada gigi Tn.P
f. Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar
tyroid. Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan
benjolan.
g. Dada
1. Pernapasan
a) Inspeksi : simetris kedua lapangan paru tidak ada lesi
b) Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler
2. Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering
mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo
napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki,
3. Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi. dan
Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.
Tetapi walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna
makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit
h. Ekstremitas
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian
Tn.P tidak mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P
masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu
seperti tongkat.
C. Diagnostik Test
1. SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)
a.Tanggal berapa hari ini? = benar
b.Apa hari minggu itu? = benar
c.Apa nama tempat ini? = benar
d.Apakah nomor telepon anda? = salah
e.Apa nama alamat jalan anda? = benar
f. Berapa umur anda? = benar
g.Kapan anda lahir? = benar
h.Siapa Presiden Indonesia sekarang? = benar
i. Siapa nama gadis ibu anda? = benar
j. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru,
semua jalan ke bawah. = benar
(Jumlah Kesalahan = 1 Scoring : 9)
2. INDEKS KAT
a. Bathing : Tergantung
b. Dressing : Mandiri
c. Toileting : Mandiri
d. Transferring: Mandiri
e. Continence : Mandiri
f. Feeding : Tergantung
(Indeks Katz = C )
D. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah