Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN

KOPERASI
KELOMPOK 1
 Dzikri Hamdani  Nova Apliani (3403170207)
(3403170271)
 Nurmilah (3403170220)
 Erliana Nur Wahidah
(3403170246)  Rivani Kifayatulloh
(3403170253)
 Euis Novitasari
(3403170227)  Teguh Eguh Junaedi
(3403170270)
 Heni Dwi Emalia
(3403170217)  Wulan Yuliasari
(3403170220)
 Lian Nurjayanti
(3403170248)  Yuni Karika Wahyuni
(3403170228)
 Maulana Alif Fiyanto
(3403170230)
 Norma Lusiana Devi
(3403170236)
Pengertian Koperasi Unit Desa

Koperasi Unit Desa Merupakan kesatuan ekonomi terkecil dari


kerangka pembangunan pedesaan yang merupakan suatu
wadah organisasi dan pengembangan bagi berbagai kegiatan
ekonomi diwilayah yang bersangkutan. Dengan kata lain
Koperasi Unit Desa dapat diartikan sebagai gabungan usaha
bersama koperasi - koperasi pertanian atau koperasi-koperasi
desa yang terdapat diwilayah unit desa.
Koperasi Unit Desa dibentuk oleh warga desa dari
suatu desa atau sekelompok desa-desa yang
disebut unit desa, yang merupakan suatu
kesatuan ekonomi masyarakat kecil. Sedangkan
prosedur pembentukan dan pengesahannya harus
disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan perkoperasian yang berlaku.
Koperasi Unit Desa adalah suatu Koperasi serba
usaha yang beranggotakan penduduk desa dan
berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya
biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan.
Menurut instruksi presiden Republik Indonesia No
4 Tahun 1984 Pasal 1 Ayat (2) disebutkan bahwa
pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat
menjadi pusat layanan kegiatan perekonomian
didaerah pedesaan yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dan
dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui
program lintas sektoral.
Adanya bantuan dari pemerintah tersebut
ditujukan agar masyarakat dapat menikmati
kemakmuran secara merata dengan tujuan
masyarakat yang adil makmur akan juga tercapai
dengan melalui pembangunan dibidang ekonomi,
misalnya dengan memberikan kredit kepada
pihak-pihak yang ekonominya masih lemah atau
rakyat kecil terutama didaerah pedesaan Dalam
menjalankan usaha koperasi diarahkan pada
usaha yang berkaitanlangsung dengan
kepentingan anggota, baik untuk menunjang
usaha maupun kesejahteraannya. Melihat
kebutuhan anggota beraneka ragam, maka usaha
koperasi multipurpose yaitu koperasi yang
mempunyai beberapa bidang usaha, misalnya
simpan pinjam, perdagangan, produksi, konsumsi,
kesehatan, dan pendidikan. Koperasi yang
termasuk dalam multipurpose adalah Koperasi
KUD menjadi tumpuan harapan petani di daerah
kerjanya serta merupakan salah satu
kelembagaan agribisnis dalam mendukung
pengembangan system agribisnis di pedesaan.
Agar KUD dapat melakukan peranannya dengan
baik, maka KUD harus dikelola secara produktif,
efektif, dan efisien untuk mewujudkan pelayanan
usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan
manfaat sebesarbesarnya bagi anggotanya,
sehingga mampu bersaing dengan badan usaha
yang lainnya. Pengelolaan yang dimaksud adalah
seluruh komponen yang ada dalam perusahaan
seperti pemasaran, produksi, keuangan, personil,
pembelian, system informasi manajemen dan
organisasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh yang dibentuk oleh
faktor internal, yakni faktor peran serta anggota,
aktivitas dan sumber daya manusia serta faktor
eksternal terhadap kinerja KUD. Ini dapat
diinterpretasikan bahwa peran serta anggota
merupakan faktor penentu terhadap kinerja KUD di
Provinsi . Berarti pada setiap kegiatan pengelola
harus melibatkan anggota secara aktif jika ingin
KUD berhasil, seperti membuat perencanaan,
meningkatkan modal koperasi dengan cara
meningkatkan partisipasi anggota dalam proses
pemupukan modal, dll. Pada dasarnya orang masuk
suatu badan usaha dengan tujuan mendapatkan
manfaat.
Pengurus KUD harus menunjukkan manfaat masuk KUD
kepada para anggota dan masyarakat dengan
melakukan tindakan nyata seperti merealisasikan
pembagian SHU pada saat RAT dan menunjukkan
distribusi SHU ke simpanan sukarela sesuai dengan
aktivitas yang telah dilakukan kepada KUD. Faktor
aktivitas berupa perputaran modal kerja merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas
manajemen KUD di Provinsi dalam mencetak nilai
penjualan dengan mengunakan modal kerja serta
mengubah penjualan itu menjadi keuntungan. Karenanya
periode perputaran modal kerja dimulai dari saat di
mana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai saat di mana kem lagi menjadi kas.
Namun perlu diingat bahwa makin pendek periode
perputaran modal kerja berarti makin cepat
perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya
sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Seknya
makin panjang periode perputaran modal kerja berarti
Rasio perputaran rata-rata piutang (PRrP)
menunjukkan cepat lambatnya piutang dapat
ditagih, di mana kondisi aktual di KUD masih banyak
piutang usaha karena terlalu lama pelunasannya
seperti tagihan rekening listrik di beberapa KUD
yang mana pembayaran listrik ditalangi oleh KUD.
Piutang Kredit usaha tani/kredit ketahanan pangan
mengakibatkan lamanya aktiva mengendap pada
piutang usaha yang memperlambat berputaran
modal kerja pad akhirnya menurunkan memperoleh
keuntungan pada suatu periode tertentu. Hal ini
akan mempunyai dampak terhadap efektivitas
manajemen KUD di Provinsi dalam mencetak nilai
penjualan dengan mengunakan total modal kerja,
serta mengubah penjualan itu menjadi keuntungan.
KUD di Provinsi efektif mencetak nilai penjualan
dengan mengunakan total modal kerja, serta
mengubah penjualan itu menjadi keuntungan, jika
cepatnya periode perputaran modal kerja akan
meningkatkan keuntungan. Seknya kurang efektif
mencetak nilai penjualan dengan mengunakan
total modal kerja, serta mengubah penjualan itu
menjadi keuntungan, jika lambat periode
perputaran modal kerja dan rendahnya
keuntungan. Dengan kata lain efektif tidaknya
KUD di Provinsi mengunakan total modal kerja
perusahaan untuk memperoleh keuntungan
sangat tergantung pada faktor cepat atau
lambatnya periode perputaran modal kerja.
Kualitas sumber daya manusia KUD meliputi
manajer, pengawas, dan karyawan merupakan
faktor penentu keberhasilan KUD. Makin tinggi
kualitas SDM KUD, maka kemungkinan berhasil
makin tinggi, berarti kinerja KUD akan semakin
bagus. Namun kualias SDM KUD di belum sesuai
dengan harapan, karena sulitnya mendapatkan
karyawan yang suka bekerja untuk KUD dengan
”upah/gaji” yang wajar. Pendidikan yang relatif
rendah juga menyebabkan sulitnya mendidik
mereka untuk mampu memahami persoalan-
persoalan tataniaga serta memperhitungkan
Sumber Modal KUD

1. Dukungan modal
Untuk dapat meningkatkan kemampuan memotong
jalur beras dan pupuk diperlukan modal yang besar.
Sementara itu sumber utama permodalan koperasi
dari anggota yang meliputi simpanan pokok,
simpanan wajib dan simpanan sukarela tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan modal yang besar. UU
no. 25 tahun 1992 memungkinkan menggunakan
permodalan dari pihak ketiga selama tidak
bertentangan dengan hukum. Misalnya dari modal
ventura, pinjaman bank dan pemerintah melalui
APBD dan APBN. Langkah yang paling mungkin
untuk mendapatkan dana murah adalah adanya
dukungan modal dari pemerintah melalui APBD dan
APBN. Pemerintah Daerah
maupun pusat dapat mengalokasikan dalam bentuk
dana bergulir (revolving fund).
• GUDANG
• PUPUK
• KUD
• PETANI
Model ini sudah dilakukan oleh Pemda Jembrana ,
yakni memberikan dukungan modal kepada LKM dan
Koperasi. Program LUEP bukan sekedar dana
talangan lagi, namun dijadikan modal penyertaan
atau pinjaman lunak pada KUD untuk jangka waktu
tertentu.
2. Dasar hukum pembentukan Koperasi Unit Desa .

Koperasi Unit Desa dibentuk berdasarkan instruksi


Presiden no.4 tahun 1973 tanggal 5 Mei 1973 yang
merupakan pedoman mengenai pengaturan dan
pembinaan unit desa. Kemudian Inpres no.4 tahun 1973
itu disempurnakan oleh Instruksi Presiden no.2 tahun
1978 tentang peningkatan fungsi BUUD dan KUD dalam
rangka pembangunan secara organisasi ekonomi .
Selaaanjutnya Instruksi Presiden no.2 tahun 1978 lebih
disempurnakan lagi oleh Inpres no.4 tahun 1984 tentang
pembinaan dan pengembangan KUD.
Dasar Pembentukan Unit Usaha
Usaha Koperasi Unit Desa dibentuk berdasarkan
kebutuhan pelayanan kepada anggota seperti usaha
simpan pinjam atau kredit candak kulak, sarana-
sarana pertanian, memasarkan produksi anggota
dan lain-lainnya.
Usaha atau kegiatan yang sifatnya
musiman/sementara atau sifatnya kerjasama, tidak
turut mengolah secara langsung, hanya
mengharapkan jasa, tidak perlu dibentuk sebagai
unit, namanya tetap usaha, misalnya
sewa/kontrak/komisi. Akan tetapi kalau usaha
tersebut sifatnya bersambung (terus menerus) itu
memerlukan penanganan secara khusus dan
personil yang mengelolanya pun secara khusus dan
bersambung, maka hal itu baru harus dibentuk unit.
Struktur Unit Usaha
Perkembangan unit usaha. Unit usaha yang masih
relatif kecil susunan spersonilnya masih
sederhana, wewenang dan tanggung jawabnya
masih kecil. Akan tetapi kalau unit usaha sudah
besar dan kegiatannya sudah meluas, maka
susunan personil tesebut disesuaikan dengan
banyaknya volume kegiatan dan bagian – bagian.
Struktur unit usaha terdiri dari bagian-bagian
personil yang disusun menurut fungsi dan tugas
untuk menunjukkan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing personil sesuai dengan
bagian-bagiannya. Serta tata hubungannya
didalam unit usaha, personil yang menduduki
jabatan dinilai berdsarkan kemampuan dan
kecakapan masing-masing personil.
Batas wewenang dan tanggung jawab tergantung pada
ruang lingkup tugas masing-masing personil dalam unit.
Artinya masing-masing karyawan harus dapat
mempertanggung jawabkan tugas dan wewenang yang
di limpahkan kepadanya sesuai tugas yang di
laksanakannya. Susunan struktur unit usaha disusun
menurut keadaan yang berdasarkan fungsi pokok unit
usaha yang sedang dijalankan dan disusun menurut
kebutuhan serta bisa dirubah disesuaikan menurut
bagian laian boleh ditambah.

Susunan struktur unit usaha baik volumenya masih


kecil maupun sudah besar, dasar penyussunan
strukturnya adalah sama, yang bertitik tolak pada
fungsi pokok unit usaha itu sendiri. Artinya apa yang
menjadi fungsi pokok unit tersebut itulah yang menjadi
bagian-bagian dari unit usaha.
Pembangunan Perekonomian Desa
Pembangunan ekonomi desa tak lepas dari pemerintah.
Pemerintah mensiasatina dengan strategi pembangunan.
Yaitu suatu kombinasi dari kebijaksanaan dan program
yang bertujuan untuk mempengaruhi pola dan laju
pertumbuhan ekonomi . (johnston and kilby, 1975).
Selanjutnya di kemukakan bahwa strategi pembangunan
perekonomian desa adalah :
• Pembinaan kelembagaan .
• Penanaman modal pada prasarana fisik ,sosial ,dan
ekonomi .
• Penyempurnaan pemasaran produksi dan komoditi
pertanian .
• Perumusan kebijaksanaan harga .
Kebutuhan Modal dan Kerja Sama
Koperasi dengan Badan Usaha lain
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan usaha
koperasi berkaitan erat dengan masalah yang terdapat
dalam aspek kelembagaan, terutama mengenai alat
perlengkapan organisasi dan kemampuan para pengelola
usaha koperasi seperti diuraikan di atas. Masalah
strategis lainnya yang sangat berkaitan dengan
pengembangan usaha mencakup masalah kebutuhan
modal dan kerja sama koperasi dengan badan usaha
yang lain.
Masalah permodalan koperasi tampak dalam
strukturnya yang masih dirasakan sangat lemah,
terutama karena sumber permodalan umumnya
masih tertumpu pada simpanan anggota. Apabila
permodalan koperasi hanya tertumpu pada
simpanan pokok dan simpanan wajib, maka modal
yang diperoleh koperasi relatif akan kecil karena
kemampuan sebagian besar anggota koperasi pun
kecil..
Kecilnya modal simpanan anggota, tampaknya
disebabkan oleh adanya anggapan bahwa simpanan itu
hanya sekadar untuk memenuhi ketentuan formal
Undang-undang No. 12/1967 dan Anggaran Dasar
Koperasi bersangkutan, sehingga pengumpulannya tidak
dilakukan dengan disiplin yang tinggi, baik oleh pengu-
rus sebagai pengelola koperasi maupun oleh anggota
yang wajib membayarnya.
Hal itu disebabkan pula oleh toleransi dan tenggang rasa
yang terlalu besar pada pihak pengurus atas kewajiban
anggota untuk membayar simpanannya.
Untuk memperoleh modal yang berasal dari kredit
Bank juga ditemui permasalahan. Tidak sedikit
permohonan kredit dari koperasi yang secara teknis
sebenarnya tidak bisa diterima oleh Bank. Untuk
koperasi yang masih dalam keadaan demikian perlu
dibina terlebih dulu manajemennya agar koperasi
tersebut memenuhi syarat sebagai pemohon kredit.
Koperasi pada umumnya dan Koperasi-koperasi Unit
Desa pada khususnya sebagai lembaga usaha yang
berkewajiban melayani kebutuhan anggota, pada
umumnya sangat terbatas kemampuannya untuk
menunaikan tugas itu, terutama karena kekurangan
modal.
Dalam hal permodalan koperasi pada
umumnya,terutama KUD, di satu pihak masih
sangat tergantung pada bantuan pihak luar.
Dalam hubungan ini, apabila pemberian bantuan
itu kurang diimbangi dengan pemberian
bimbingan yang memadai maka dapat terjadi
pemborosan dalam pemanfaatan modal dan ada
kemungkinan menumbuhkan sikap
ketergantungan yang semakin besar di kalangan
gerakan koperasi. Perkembangan sikap semacam
ini dapat menjadi penghalang bagi usaha
kemandirian koperasi.
Di lain pihak, belum ada sistem perkreditan
dengan persyaratan lunak dan murah yang
diperlukan agar koperasi-koperasi mampu
memenuhi tugasnya untuk melayani kebutuhan
para anggotanya. Masalah lain yang berkaitan
dengan pengembangan usaha koperasi adalah
kurangnya kemampuan koperasi untuk
memanfaatkan kesempatan berusaha yang
tersedia sehingga kegiatan-kegiatannya masih
terbatas di bidang-bidang tertentu.
Masalah lain yang masih memerlukan perhatian
juga adalah belum terbinanya secara mantap pola
dan bentuk kerja sama yang serasi, baik antara
sesama koperasi, secara horisontal ataupun
vertikal, maupun antara koperasi dengan Badan
Usaha Milik Negara dan dengan Badan Usaha
Swasta.
Aspek Kelembagaan Koperasi Belum
Sepenuhnya Dapat Mendukung
Aspek Kelembagaan Kelembagaan koperasi belum
sepenuhnya dapat mendukung gerak langkah
pengembangan usaha. Di samping itu mekanisme
kelembagaan belum berkembang cukup memadai
untuk dapat secara optimal mendukung kegiatan
usaha koperasi. Alat perlengkapan organisasi
koperasi umumnya belum sepenuhnya berfungsi
dengan baik sebagaimana diharapkan. Dalam hal ini
pengurus dan badan pemeriksa serta pelaksana
usaha, seperti manajer dan karyawan koperasi,
kebanyakan belum memiliki keterampilan yang
memadai ataupun jiwa usaha yang diperlukan.
Dengan demikian dalam melaksanakan pengelolaan
organisasi dan usahanya, banyak koperasi yang belum
dapat berjalan seperti yang diharapkan.

Jiwa wirausaha dan wirakoperasi yang sangat diperlukan


dalam pengembangan usaha koperasi, tampaknya
masih merupakan hal yang sulit dimiliki oleh sebagian
besar koperasi dalam waktu yang singkat. Mekanisme
hubungan dan pembagian kerja antara pengurus, badan
pemeriksa dan manajer dalam sebagian besar
Koperasikoperasi Unit Desa belum berjalan secara
serasi. Upaya mendudukkan manajer sebagai pengelola
usaha sehari-hari di koperasi, khususnya KUD,
tampaknya belum terlaksana sesuai dengan yang
diperlukan. Sering peranan manajer masih lebih banyak
bersifat administratif. Pengelolaan usaha lebih banyak
ditangani oleh pengurus.
Dalam pada itu kenyataan ,menunjukkan pula
bahwa di dalam wadah gerakan koperasi,
berlangsungnya kehidupan koperasi lebih banyak
tergantung pada kemampuan pengelolaan para
pengurus, badan pemeriksa dan manajer. Masalah
sikap, tingkahlaku, perbuatan dan kemampuan
para anggota pengurus, badan pemeriksa dan
manajer dalam berorganisasi sangat menentukan
keadaan dan perkembangan setiap koperasi
Penyelenggaraan RAT koperasi sebagai pelaksanaan
asas demokrasi ekonomi pada umumnya dirasakan
belum dapat sepenuhnya menampung keinginan dan
kepentingan anggota. Peran serta anggota dalam
koperasi pada umumnya masih kurang. Keadaan ini
dapat dilihat dari aktivitas anggota dalam membayar
iuran, baik iuran wajib maupun iuran sukarela,
disamping masih banyaknya anggota yang
meminjam uang, tetapi patuh dalam mengemkannya.
Kurangnya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab di
kalangan anggota serta kurangnya peran serta anggota
dalam kegiatan koperasi berakibat terhambatnya usaha
peningkatan swadaya koperasi. Peran serta anggota
akan meningkat apabila koperasi dapat meningkatkan
pelayanannya bagi mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari masih dirasakan kurang
pengertian di kalangan anggota koperasi tentang nilai-
nilai koperasi, khususnya asas-asas, sendi-sendi dasar,
fungsi, peranan dan tugas koperasi serta kesadaran
akan pentingnya koperasi sebagai wahana untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat
sekitarnya. Berdasarkan sejarah perkembangan koperasi
di masa lalu, pada saat ini masih terdapat sementara
anggota masyarakat yang meragukan kemampuan
koperasi untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Faktor faktor yang menunjang
keberhasilan Koperasi Unit Desa
Ada beberakpa faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan Koperasi Unit Desa Mekarsari diantaranya
yaitu ;
Faktor internal, yakni faktor peran serta anggota,
aktivitas dan sumber daya manusia serta faktor
eksternal terhadap kinerja KUD. Ini dapat
diinterpretasikan bahwa peran serta anggota
merupakan faktor penentu terhadap kinerja KUD desa
Mekarsari. Berarti pada setiap kegiatan pengelola
harus melibatkan anggota secara aktif jika ingin KUD
berhasil, seperti membuat perencanaan,
meningkatkan modal koperasi dengan cara
meningkatkan partisipasi anggota dalam proses
pemupukan modal, dll. Pada dasarnya orang masuk
Pengurus KUD harus menunjukkan manfaat masuk
KUD kepada para anggota dan masyarakat dengan
melakukan tindakan nyata seperti merealisasikan
pembagian SHU pada saat RAT dan menunjukkan
distribusi SHU ke simpanan sukarela sesuai dengan
aktivitas yang telah dilakukan kepada KUD.
Faktor aktivitas berupa perputaran modal kerja
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
efektivitas manajemen KUD di desa Mekarsari dalam
mencetak nilai penjualan dengan mengunakan
modal kerja serta mengubah penjualan itu menjadi
keuntungan. Karenanya periode perputaran modal
kerja dimulai dari saat di mana kas diinvestasikan
dalam komponen-komponen modal kerja sampai
saat di mana kem lagi menjadi kas.
Namun perlu diingat bahwa makin pendek periode
perputaran modal kerja berarti makin cepat
perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya
sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Seknya
makin panjang periode perputaran modal kerja berarti
makin lambat perputarannya atau makin rendah tingkat
perputarannya sehingga dapat menurunkan
keuntungan.
Rasio perputaran rata-rata piutang (PRrP) menunjukkan
cepat lambatnya piutang dapat ditagih, di mana kondisi
aktual di KUD masih banyak piutang usaha karena
terlalu lama pelunasannya seperti tagihan rekening
listrik di beberapa KUD yang mana pembayaran listrik
ditalangi oleh KUD. Piutang Kredit usaha tani/kredit
ketahanan pangan mengakibatkan lamanya aktiva
mengendap pada piutang usaha yang memperlambat
berputaran modal kerja pad akhirnya menurunkan
memperoleh keuntungan pada suatu periode tertentu.
Hal ini akan mempunyai dampak terhadap efektivitas
manajemen KUD di desa Mekarsari dalam mencetak nilai
penjualan dengan mengunakan total modal kerja, serta
mengubah penjualan itu menjadi keuntungan.

KUD di desa Mekarsari efektif mencetak nilai penjualan


dengan mengunakan total modal kerja, serta mengubah
penjualan itu menjadi keuntungan, jika cepatnya periode
perputaran modal kerja akan meningkatkan keuntungan.
Seknya kurang efektif mencetak nilai penjualan dengan
mengunakan total modal kerja, serta mengubah
penjualan itu menjadi keuntungan, jika lambat periode
perputaran modal kerja dan rendahnya keuntungan.
Dengan kata lain efektif tidaknya KUD di desa
Mekarsari mengunakan total modal kerja perusahaan
untuk memperoleh keuntungan sangat tergantung
pada faktor cepat atau lambatnya periode perputaran
modal kerja. Kualitas sumber daya manusia KUD
meliputi manajer, pengawas, dan karyawan
merupakan faktor penentu keberhasilan KUD. Makin
tinggi kualitas SDM KUD, maka kemungkinan berhasil
makin tinggi, berarti kinerja KUD akan semakin bagus.
Namun kualias SDM KUD di desa Mekarsari belum
sesuai dengan harapan, karena sulitnya mendapatkan
karyawan yang suka bekerja untuk KUD dengan
”upah/gaji” yang wajar. Pendidikan yang relatif rendah
juga menyebabkan sulitnya mendidik mereka untuk
mampu memahami persoalan-persoalan tataniaga
serta memperhitungkan kondisi-kondisi daerah
kerjanya.
 
Kesimpulan
Bahwa pembentukan KUD diarahkan sepenuhnya
kepada keinginan masyarakat desa. Pemerintah
hanya berinisiatif agar masyarakat desa dalam
kegiatan ekonominya mau bergabung dalam KUD.
Koperasi unit desa sebagai satu bentuk koperasi
harus tunduk pada undang-undang nomor 12/1967
dan undang-undang nomor 25/1992 dan berstatus
badan hukum. Kegiatan BUUD dan KUD masih banyak
tergantung kepada kemudahan-kemudahan dari
pemerintah seperti penyaluran sarana produksi
pertanian, mengadakan pembelian dan penjualan
gabah untuk pengadaan pangan, kredit candak kulak
dan kegiatan lain berdasarkan inisiatif KUD sendiri.

Anda mungkin juga menyukai