Anda di halaman 1dari 26

INSOMNIA

Oleh :
Herizal Idwar
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
FISIOLOGI TIDUR
 Makhluk hidup mempunyai irama sirkardian kehidupan
yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam.

 Fase Tidur  susunan saraf pusat masih bekerja dimana


neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang otak
melakukan sinkronisasi

 Terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang


otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
 Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/ desinkronisasi terdapat pada bagian rostral
batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal
center).
FISIOLOGI TIDUR
PEMBAGIAN TIDUR

 Tidur Dibagi Menjadi 2 Tipe Yaitu:


1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

 Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang


terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM.
Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus
semalam.

 Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan


waktu tidur dan dibagi emnjadi 4 stadium.
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan
waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium
seperti dalm tidur NREM
PEMBAGIAN TIDUR
(NREM)
PEMBAGIAN KETERANGAN

Stadium 1 • berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini


dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran
kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3
sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang teta

Stadium 2 • berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG
menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped)
yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat,
dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang
dapat dibangunkan dengan mudah

Stadium 3 • berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan


gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus
perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak,
sehingga sukar dibangunkan

Stadium 4 • berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir
sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah
gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur
dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS)
PEMBAGIAN TIDUR
(REM)
POLA SIKLUS BANGUN dan
TIDUR

*Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan
menghilang pada jam 9 pagi.
PERUBAHAN TIDUR AKIBAT
PROSES MENUAAN

 Orang usia lanjut mengalami waktu tidur yang


dalam lebih pendek, sedangkan tidur stadium 1
dan 2 lebih lama.
 Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari,
pada malam hari tidak ada gangguan dalam
tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada
kegiatan dan cenderung tidak aktif, malamnya
akan sulit tidur.5
 Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta
perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan
kurang menonjol. Melatonin menurun dengan
meningkatnya umur.
Cont. . .
DEFINISI INSOMNIA

 Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan


dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan
tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung
setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan
signifikan atau gangguan dalam fungsi individu.

 The International Classification of Diseases mendefinisikan


Insomnia sebagai kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3
malam/minggu selama minimal satu bulan

 Menurut The International Classification of Sleep


Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi
hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah
episode tidur tersebut.
KLASIFIKASI
INSOMNIA
Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
• Organik
• Non-organik
• Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
• Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur
seperti mimpu buruk, berjalan sambil tidur, dll)
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe
yaitu:
• Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
• Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
• Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan
tertentu
• Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama
sekali dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.)
Gangguan ini menetap dan diderita minimal 1 bulan.
Cont. . .
Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi,
insomnia diklasifikasikan menjadi:
a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
unspecified (nonorganic)
10
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)
PENYEBAB INSOMNIA
FAKTOR RESIKO
TANDA DAN GEJALA
• Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
• Sering terbangun pada malam hari
• Bangun tidur terlalu awal
• Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
• Iritabilitas, depresi atau kecemasan
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
• Ketegangan dan sakit kepala
• Gejala gastrointestinal
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
 Pola tidur penderita.
 Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
 Tingkatan stres psikis.
 Riwayat medis.
 Aktivitas fisik
 Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara
individual.
KRITERIA DIAGNOSTIK INSOMNIA NON-
ORGANIK BERDASAR PPDGJ
 Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
 Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,
atau kualitas tidur yang buruk
 Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1
bulan
 Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
 Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan
 Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
 Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)
atau gangguan penyesuaian (F43.2)
PENATALAKSANAAN NON-
FARMAKO
Trap Tingkah Laku :

•Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik,


•Teknik Relaksasi
•Terapi kognitif
•Restriksi Tidur
•Kontrol stimulus
Cont. . .
Gaya Hidup Dan Pengobatan Di Rumah

• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur


• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada
malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari
kebisingan
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap
hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
PENATALAKSANAAN
FARMAKO
1. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
2. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :


 Initial Insomnia
 Delayed Insomnia
 Broken Insomnia
Cont. . .
Cont. . .
WARNING !!!

 Kontraindikasi :
 Sleep apneu syndrome
 Congestive Heart Failure
 Chronic Respiratory Disease

 Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil


mempunyai risiko menimbulkan “teratogenic
effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama. Juga
benzodiazepine dieksresikan melalui ASI,
berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
 Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan
juga terapi pada gangguan lain spt depresi dll. Lebih buruk
jika gangguan ini disertai skizophrenia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai