Anda di halaman 1dari 37

PERPAJAKAN 2

NAMA KELOMPOK :
EMIR NUR MUHAMAD FIKRI
MUHAMMAD FAUZAN
M. IHSAN ADITYA LESMANA
VELLA ANGGRAINI
PPH PASAL 23/26

Dasar hukum pajak penghasilan pasal 23 UU PPh No. 36 tahun 2008, yang mengatur tentang mekanisme pemotongan
atas penghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Secara administrasi PPh pasal
23/26 hampir sama dengan PPh pasal 21/26, perbedaan terletak pada subjeknya. Subjek PPh pasal 23 yaitu WP badan
negeri dan BUT. Sedangkan subjek pajak PPh pasal 26 yaitu wajib pajak luar negeri.

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21. PPh pasal 23 ini dibayar atau terutang oleh badan
pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya.

Merujuk pada UU PPh No. 36 tahun 2008, yang dimaksud dengan pajaka penghasilan pasal 26 ialah penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakiloan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto.
Pemotong PPH Pasal 23/26

Berikut ini pihak-pihak yang termsauk pemotong PPh pasal 23 :


1) Badan pemerintah
2) Subjek pajak badan dalam negeri
3) Penyelenggara kegiatan
4) Bentuk usaha tetap
5) perwakilan perusahaan duliar negeri lainnya
6) orang ribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
kepala kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh pasal 23, yaitu :
 akuntan, arsitek, dokter, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT),
kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan bebas
 orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.
Pemotong PPH Pasal 23/26
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 tahun
2008 yaitu :
1. Dividen, termasuk deviden dari perusahaan sauransi kepda pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha (SHU) koperasi.
2. Bunga, termasuk premium,diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
3. Royalty
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya, selain yang telah dipotong PPh
pasal 21
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dari penghasilan lain sehubungan dengan penghargaan yang telah dikenai PPh
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 2 UU PPh
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21 UU PPh
 
PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN DARI
PEMOTONGAN PPH PASAL 23/26
PPH pasal 23 juga mengatur beberapa penghasilan yang tidak dikenakan pajak denga rincian daftar berikut ini:
• Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
• Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha denga hak opsi
• Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseoran terbatas sebagai WP negeri, koperasi, BUMN/BUMD
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan diindonesia dengan syarat :
• Deciden berasal dari cadangan laba yang ditahan
• Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividin paling rendah 25%
dari jumlah modal yang disetor
• Deviden yang diterima oleh WP orang pribadi dalam negeri dan telah dikenakan PPh pasal 21 bersifat final
• Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer, yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
• Sisa hasil usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepda anggotanya
• Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bahan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman dan pembiayaan (kementerian secretariat negara RI, 2008)
JENIS JASA LAINNYA SELAIN YANG DIPOTONG PPH
PASAL 23 SESUAI PERATURAN MENTERI
KEUNTUNGAN NOMOR 1414/PMK.03/2015
• Jasa penilai (appraisal)
• Jasa aktuaris
• Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
• Jasa hukum
• Jasa arsitektur
• Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape
• Jasa perancang (design)
• Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan BUT
• Dan masih banyak lagi.
PERHITUNGAN PPH PASAL 23
PPh pasal 23 dihitung dengan mengalihkan tarif dan jumlah bruto penghasilan
yangdiformulasikan sebagai berikut :
PPh pasal 23 = Tarif X Dasar pengenaan pajak
Dasar pengenaan pajak = jumlah bruto penghasilan
Tarif
Tariff PPh pasal 23 sebagai berikut
1. tariff 15% dikenakan atas penghasilan berupa
Dividen
Bunga
Royalty
Hadiah, bonus, dan penghargaan lain yang tidak dipotong PPh pasal 21
2. tariff 2% dikenakan atas penghasilan berupa :
Sewa
Imbalan jasa yang tidak dipotong PPh pasal 21
CONTOH PERHITUNGAN PPH PASAL 23
ATAS DIVIDEN
Pada tanggal 1 januari 2018 PT. briwijaya raya membanyarkan dividen tunai sebagai berikut :
Nama pemegang saham Jumlah penyetoraan Jumlah dividen

Pt. jenggala 10% 15.000.000

Bank kota 26% 39.000.000

PT. kilisuci 30% 45.000.000

CV. sekartaji 19% 28.500.000

Tuan panjalu 15% 22.500.000


Perhitungan PPh yang dipotong oleh Pt briwijaya raya atas pembanyaran dividen :

Nama pemegang Objek PPh Jumalah PPh yang Jumlah yang keterangan
saham dividen dipotong diterima pemegang
saham
Pt. jenggala PPh pasal 23 15.000.000 15% X 15.000.000 = 12.750.000 Penerima adalah PT,
2.2500.000 tetapi jumlah penyertaan
modalnya < 25% dari total
saham beredar

Bank kota Bukan objek 39.000.000 - 39.000.000 Penerima adalah BUMD ,


PPh dan jumlah penyertaan
modalnya > 25% dari total
saham beredar

PT. kilisuci Bukan objek 45.000.000 - 45.000.000 Penerima adalah PT, tetapi
PPh jumlah penyertaan
modalnya > 25% dari total
saham beredar
Contoh PPh pasal 23/26 atas bunga
PT. pesona alam menerima bunga atas pemberian pinjaman kepada PT briwijaya raya senilai 15 juta.
Penghitungan pasal 23 yang dipotong oleh PT. briwijaya sebagai berikut:
15% X 15.000.000 = 2.250.000
 
Contoh PPH pasal 23/26 atas royalty
PT mitra literasi merupakan sebuah penerbit buku, pada tanggal 5 juli 2018 membayar royalty kepada para pernulis
dengan rincian :

Penulis/penerima Jumlah royalti Keterangan


Tuan adit 45.000.000 Mempunyai NPWP, Berstatus K/2
Tuan jarwo 25.000.000 Tidak mempunyai NPWP, berstatus
TK/0

Nona cantika 50.000.000 mempunyai NPWP, berstatus TK/0


Nyonya jhierfa 85.000.000 Tidak mempunyai NPWP, berstatus
K/0
Penulis/penerim Jumlah royalti Tariff PPh yang Tambahan Total PPh yang Jumlah royalty
a PPh dipotong PPh karena dipotong diterima setelah
pasal 23 tidak ber dipotong PPh
NPWP pasal 23

Tuan adit 45.000.000 15% 6.750.000   6.750.000 38.200.000

Tuan jarwo 25.000.000 15% 3.750.000 3.750.000 7.500.000 17.500.000

Nona cantika 50.000.000 15% 7.500.000   7.500.000 42.500.000

Nyonya jhierfa 85.000.000 15% 12.750.000 12.750.000 25.500.000 59.500.000


Contoh Pasal 23 atas sewa
PT . Super Baja merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan alat berat konstruksi. Pada tanggal
25 Agustus 2018, PT .Super Baja menyewakan alat berat dengan PT Bangun Makmur sebesar Rp 300.000.000 selama
3 tahun. PT . Bangun Makmur membayar sewa p enuh diawal p ada tanggal 26 Agustus 2018. Penghitungan PPh
Pasal 23, sebagai berikut:
 
2% x Rp 300.000.000 = Rp 6.000.000
 
Jadi pembayaran PT .Bangun Makmur memotong PPh Pasal 23 atas jasa sewa yang diberikan oleh PT .Super Baja,
penerimaan PT . Super Baja setelah dikurang PPh Pasal 23 sebesar Rp 294.000.000 (Rp 300.000.000-Rp 6.000.000)
KAPAN SAAT TERUTANGNYA PPh pasal 23 ?
KAPAN PENYETORAN PPh pasal 23 ?
DAN Kapan PELAPORAN PPh PASAL 23 ?
PPH PASAL 26
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Merujuk UU PPH subjek pajak penghasilan pasal 26 yaitu wajib pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap diindonesia.
Penjelasan dari wajib pajak luar negeri selain BUT terutang dalam UU pajak
penghasilan pasal 2 ayat 4 huruf b yang berbunyi : orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal diindonesia, orang pribadi yang berada diindonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
OBJEK PAJAK PPH PASAL 26
Menurut purwono (2010) penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 merupakan imbalan
dengan nama dalam bentuk apapuyang diperoleh wajib pajak luar negeri sehubungan dengan
pekerjaan jasa, kegiatan dan penghasilan yang berasal dari pemanfaatan modal (pasif
income).
Jenis jenis penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan pasal 26 sesuai dengan UU
PPh yaitu:
a. penghasilan yang berasal dari pekerjaan jasa, kegiatan atau pemanfaatan modal (modal
income)
Dividen
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang
Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya, dan/atau
Keuntungan karena pembebasan utang
b. penghasilan dari penjualan harta atau pengalihan harta di Indonesia, barang barang tersebut
meliputi :
a) perhiasan mewah
b) Berlian
c) emas
d) Intan
e) jam tangan mewah
f) barang antuk
g) lukisan mobil
h) Motor
i) kapal pesiar
j) pesawat terbang ringan
C. PREMI ASURANSI YANG DIBAYARKAN KEPADA PERUSAHAAN ASURANSI LUAR NEGERI
d.penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau
special porpuse company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di Negara yang memberikan
perlindungan pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan diindonesia atau bentuk usaha tetap dapat ditetapkan sebagai penjualan
atau pengalihan saham yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
TARIFF PPH PASAL 26
Tariff yang digunakan yaitu 20%, namun bila penghasilan tersebut diterima oleh warga Negara asing
yang merupakan Negara mitra P3B, maka tariff yang berlaku yaitu tariff treaty.
Fungsi P3B yaitu merupakan menghilangkan hak pemajakan negera sumber, atau menurunkan tariff
sesuai kesepakatan. Pada umumnya, tariff P3B dibuat lebih kecil daripada tariff aturan domestic. Berikut
ini contoh tariff Tax Treaty :
Dividen Branch
No Country Interest Royalties
Portofolio Substantial Holding Profit Tax
1 Algeria 15% 15% 15% 15% 10%
2 Australia 10% 10%/15% 15% 15% 15%
3 Austria 10% 10% 15% 10% 12%
4 Bangladesh 10% 10% 15% 10% 10%
5 Belgium 10% 10% 15% 10% 10%
Brunei
6 10% 15% 15% 15% 10%
Darussalam
7 Bulgaria 10% 10% 15% 15% 15%
8 Canada 10% 10% 15% 10% 15%
9 Czech 12,5% 12,5% 15% 10% 12,5%
10 China 10% 10% 10% 10% 10%
11 Denmark 10% 15% 20% 10% 15%
12 Egypt 15% 15% 15% 15% 15%
13 Finland 10% 10%/15% 15% 10% 15%
14 France 15% 10% 15% 10% 10%
15 Germany 10% 10%/15% 15% 10% 10%
16 Hungary 15% 15% 15% 15% N/A
17 India 10% 15% 15% 10% 10%
18 Italy 10% 10%/15% 15% 10% 12%
19 Japan 10% 10% 15% 10% 10%
20 Jordan 10% 10% 10% 10% N/A
21 Korea 10% 15% 15% 10% 10%
22 Korea 10% 10% 10% 10% 10%
23 Kuwait 5% 20% 10% 10% 10%
24 Luxembourg 10% 12,5% 15% 10% 10%
25 Malaysia 15% 15% 15% 15% 12,5%
26 Mexico 10% 10% 10% 10% 10%
27 Mongolia 10% 10% 10% 10% 10%
28 Netherlands 10% 10% 10% 10% 10%
PERHITUNGAN PPH PASAL 26
Secara matematika, besarnya akan disajikan dalam table dibawah ini :
No Objek pajak Penghitungan PPh pasal 26 Merujuk pada hukum dasar
1 a. penghasilan yang berasal dari pekerjaan jasa, kegiatan atau 20% X jumlah penghasilan bruto Undang undang nomor 36 tahun
pemanfaatan modal (modal income) 2008, pasal 26 ayat 1
1) Dividen
2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
3) Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
4) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan
5) Hadiah dan penghargaan
6) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
7) Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya, dan/atau
8) Keuntungan karena pembebasan utang
 
2 penghasilan dari penjualan harta atau pengalihan harta di Indonesia, 20% X jumlah perkiraan penghasilan Undang undang nomor 36 tahun 2008
barang barang tersebut meliputi : neto pasal 26 ayat 2 dan peraturan
kementerian keuangan nomor
1) perhiasan mewah Perkiraan penghasilan neto = harga 82/PMK.03/2009
2) berlian jual X 25% atau 5% X harga jual
3) emas
4) intan
5) jamm tangan mewah
6) barang antuk
7) lukisan mobil
8) motor
9) kapal pesiar
10) pesawat terbang ringan
 
  premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri 20% x perkiraan penghasilan neto Undang undang nomor 36 tahun 2008
pasal 26 ayat 2 dan peraturan
3 kementerian keuangan nomor
624/KMK.04/1994
4 penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham perusahaan 20% x perkiraan penghasilan neto Undang undang nomor 36 tahun 2008
pasal 26 ayat 2a dan peraturan
kementerian keuangan nomor
258/PMK.03/2008
5 penghasilan yang diperoleh suatu bentuk usaha tetap diindonesia, 20% X (PKP.PPH terutang Undang undang nomor 36 tahun 2008,
kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia pasal 26 ayat 4
Contoh : Penghasilan yang bersumber dari pekerjaan jasa, kegiatan dan pemanfaatan
modal
Thomas Edwelson adalah seorang warga Negara Inggris dengan status K/2, ia datang ke
Indo nesia beserta istri dan anaknya untuk menandatangani kontrak kerja dengan PT .Blue
Black sebagai pegawai kontrak selama 4 bulan mulai 1 Mei 2018. la menandatangani
kontrak kerja yang berisi tentang besarnya gaji yang dip ero leh sebesar GBP 25.000 per
bulan. Tuan Thomas menerima gaji pertamanya pada tanggal 31 Mei 2018. Kurs yang
berlaku pada tanggal 31 Mei 2018 1 GBP = R p 17.000. (asumsikan Inggris tidak
mempunyai perjanjian penganaan pajak berganda dengan Indonesia). Penghitungan PPh
Pasal 26 yaitu:
 
20% x (25.000 x 17.000) = R P 85.000.000
 
Jadi gaji yang diterima oleh Thomas setelah dipotong PPh Pasal 26 sebesar R p
340.000.000 (425.000.000 - 85.000.000)
PPH PASAL 24
Pajak penghasilan pasal 24, selanjutnya disingkat PPh pasal 24, merupakan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
di peroleh wajib pajak dalam negeri.
Pada dasarnya, wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan,
baik perusahaan yang diterima atau yang diperoleh dari luar negeri. Jika negara lain
tempat wajib pajak dalam negeri tersebut mengenakan pajak penghasilan maka wajib
pajak tersebut akan membayar atau terutang pajak atas penghasilan di negara yang
bersangkutan ( di luar negeri ).
PROSEDUR PPH PASAL 24

1) PERMOHONAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri akan dapat dikreditkan, tetapi dengan syarat
wajib pajak menyampaikan surat permohonan kepada direktur jenderal pajak dengan di
lampiri :
Laporan keuangan tentang penghasilan yang berasal dari luar negeri
Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri; dan
Dokumen pembayaran pajak diluar negeri
2) PENGGABUNGAN PENGHASILAN
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung total PPh terutang dalam suatu
tahun pajak adalah menentukan jumlah penghasilan ( Biak penghasilan dari dalam negeri
maupun penghasilan dari luar negeri) yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung PPh
tersebut.
3) PENENTUAN SUMBER PENGHASILAN
Dalam penentuan batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang diluar
negeri yang boleh dikreditkan.
4) BESARNYA KREDIT PAJAK YANG DIPERBOLEHKAN
Contoh PENAGGABUNGAN PENGHASILAN
Selama 2018, PT Arya Karya yang beralamat di Yogyakarta menerima dan memperoleh
penghasilan neto yang bersumber dari luar negeri.
1) Laba Usaha di Inggris dari tahun pajak 2018 sebesar Rp 500.000.000
2) Deviden atas kepemilikan saham pada X,Ltd di Jerman sebesar Rp 200.000.000
Yaitu berasal dari keuntungan tahun 2016 yang ditetapkan dalam rapat pemegang
saham tahun 2017 dan baru akan dibayarkan dalam tahun 2018.
3) Deviden atas penyertaan saham sebanyak 70% pada Y Corporation di Hong Kong
yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp 600.000.000, yaitu
berasal dari keuntungan saham tahun 2017 yang berdasarkan keputusan menteri
keuangan ditetapkan akan diperoleh pada tahun 2018.
4) Bunga Obliga pada Z Inc Dikuala lumpur dihitung sebesar Rp 80.000.000 setiap
semester dan diterima pada setiap semester dengan rincian sebagai berikut.
a) Bunga Semester l tahun 2018 diterima bulan September 2018
b) Bunga semester ll tahun 2018 diterima pada bulan Maret 2019.
CONTOH MENENTUKAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
PT Setia Karya Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari CV Tirta di negara Negara X. Dalam tahun 2017 CV
Tirta. Memperoleh keuntungan sebesar US$100.000. Pajak penghasilan yang berlaku di negara X Adalah 58% dan pajak
deviden sebesar 48%
Keuntungan CV Tirta US$ 100.000
Pajak Penghasilan ( Corporate Income Tax ) atas CV Tirta (48%) US$ 58.000
US$ 42.000
Pajak Atas deviden ( 38%) US$ 15.960
Deviden yang dikirim ke indonesia US$ 26.040
Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh pajak penghasilan yang terutang atas PT Setia Karya
Indonesia adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh diluar negeri, dalam
contoh tersebut, yaitu jumlah sebesar US$ 26.040.
Pajak penghasilan ( Corporate Income tax) Atas CV Tirta. Sebesar US$58.000 tidak dapat dikreditkan terhadap pajak
penghasilan yang terutang atas PT Setia Karya Indonesia Karena pajak sebesar US$58.000 Tersebut tidak dikenakan
langsung atas penghasilan atas penghasilan yang penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Setai Karya Indonesia dari
luar negeri, tetapi pajak yang dikenakan atas keuntungan CV Tirta di Negara X.
Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri
Contoh
Rizki ( TK/0), Berdomisili di surabaya memperoleh dan menerima penghasilan neto
Di Negara Argentina, Menerima penghasilan berupa sewa sebesar Rp 200.000.000( Tarif pajak yang berlaku adalah 40%)
Di negara Bosnia mengalami kerugaian usaha sebesar Rp 100.000.000 ( Tarif pajak yang berlaku 25%)
Didalam negeri, memperoleh laba usaha sebesar Rp 200.000.000
 
Mengitung total PKP
Penghasilan dari negara Argentina berupa sewa Rp 200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp 400.000.000
PKP ( TK/0) Rp 54.000.000
PKP Rp 346.000.000
 
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan lainnya.
Menghitung PPh yang tertinggi
PPh Terutang :
5% × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% × Rp 96.000.000 = Rp 24.000.000
Rp 56.500.000
Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan di negara Argentina perbandingan penghasilan
Penghasilan Luar Negri ( Negara Argentina ) × Total PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 200.000.000 × Rp 56.500.000 = Rp 32.658.960
Rp 346.000.000
Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di Negara Argentina
40% × Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh Pasal 24 ) adalah Rp 32.658.960 atau sebesar PPh Maksimum sesuai
perbandingan penghasilan. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan perhitungan total PPh terutang. PPh Maksimum
dikreditkan sesuai perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar diluar negeri. Kemudian dipilih nilai terrendah
diantara ketiganya.
Perhitungan PPh pasal 24 jika terjadi kerugian usaha dalam negeri
Contoh

PT Amatir Petir yang berkantor di indonesia memproleh penghasilan neto pada tahun 2018 sebagai
berikut.
Di negara Belgia memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 500.000.000 ( Tarif pajak yang
berlaku adalah 30 %)
Didalam negeri menderita kerugian sebesar Rp 100.000.000
Kerugian bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 5.000.000.000 .
Menghitung total PKP
Penghasilan dari negara belgia berupa laba usaha Rp 500.000.000
Kerugian usaha dalam negeri Rp 100.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp 400.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP Karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan
yang lain.
Menghitung total PPh terutang
PKP yang mendapat fasilitas pengurangan tarif
Rp 4.800.000.000 × Rp 400.000.000 = Rp 384.000.000
Rp 5.000.000.000
 
PKP yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tarif
Rp 400.000.000 – Rp 384.000.000 = Rp 16.000.000
PPh Terutang
50% × 25% × Rp 384.000.000 Rp 48.000.000
25% × Rp 16.000.000 Rp 4.000.000
Tarif PPh Terutang Rp 52.000.000
Menghitung PPh maksimum dikreditkan sesuai perbandingan penghasilan
Penghasilan Luar Negeri ( Negara Belgia) × Total Tarif PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 500.000.000 × Rp 52.000.000 = Rp 65.000.000
Rp 400.000.000
Mneghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri
Tarif pajak diluar negeri × Penghasilan Luar Negeri
30% × Rp 500.000.000 = Rp 150.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh pasal 24 ) Adalah Rp 52.000.000 atau sebesar total PPh
terutang. Jumlah Ini diperoleh dengan memperbandingan perhitungan Total PPh Terutang. PPh
maksimum di kreditkan sesuai perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar
negeri kemudian, dipilih nilai terrendah diantara ketiganya.
Penghitungan PPh pasal 24 Jika Penghasilam Luar Negeri berasal dari Beberapa Negara
Contoh 6
PT Angkasa Perkasa yang berkantor di Bogor, memperoleh dan menerima penghasilan neto pada tahun 2018.
Di negara Prancis memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 300.000.000 (Tarif pajak yang berlaku
adalah 20%)
Di Negara Qatar memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 400.000.000 ( Tarif pajak yang berlaku
adalah 25%)
Di Negara Rusia menerima penghasilan berupa bunga sebesar Rp 100.000.000 ( Tarif pajak yang berlaku adalah 35%
Didalm negeri, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 200.000.000
Peredaran bruto dari kegiatan usaha di dalam dan luar negeri tersebut sebesar Rp 50.000.000.000
Berikut ini perhitungan kredit pajak luar negeri di perbolehkan (PPh pasal 24)
Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara Prancis berupa laba usaha Rp 300.000.000
Penghasilan dari negara Qatar berupa laba usaha Rp 400.000.000
Penghasilan dari negara Rusia berupa laba usaha Rp 100.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan penghasilan kena pajak karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau
pengurangan yang lain.
Menghitung Total PPh terutang
PPh Terutang :
25 % × Rp 1.000.000.000 = Rp 250.000.000
Menghitung PPh maksimum dikreditkan sesuai dengan perbandingan penghasilan masing masing negara
PPh Maksimum untuk negara Prancis
Penghasilan Negara Prancis × Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 300.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 75.000.000
Rp 1.000.000.000
PPh Maksimum untuk negara Qatar
Penghasilan Negara Qatar × Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 400.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000
Rp 1.000.000.000
PPh maksimum untuk Negara Rusia
Penghasilan Negara Rusia × total PPh terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 100.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 25.000.000
Rp 1.000.000.000
Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri untuk masing masing negara
PPh terutang atau dibayar di Negara Prancis
Tarif pajak negara Prancis × Penghasilan Negara Prancis
20% × Rp 300.000.000 = Rp 60.000.000
PPh terutang atau dibayar di Negara Qatar
Tarif pajak negara Qatar × Penghasilan Negara Qatar
25% × Rp 400.000.000 = Rp 100.000.000
PPh terutang atau dibayar di Negara R
Tarif pajak negara Rusia × Penghasilan Negara Rusia
35% × Rp 100.000.000 =Rp 35.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh Pasal 24) Bagi PT Angkasa Perkasa tahun 2018 dihitung
sebagai berikut.

PPh maksimum dikreditkan


PPh Terutang/ Dibayar PPh Pasal 24 :
Negara Total PPh terutang sesuai dengan perbandingan
di luar negeri Terendah Kolom
penghasilan

Prancis Rp250.000.000 Rp75.000.000 Rp60.000.000 Rp60.000.000


Qatar Rp250.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000
Rusia Rp250.000.000 Rp25.000.000 Rp35.000.000 Rp25.000.000
Total kredit pajak luar negeri di perbolehkan Rp185.000.000
Total kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) Rp 185.000.000 Karena Jumlah ini masih lebih rendah
dibanding total terutang ( Rp 250.000.000)

PENGURANGAN/ PENGEMBALIAN PPh LUAR NEGERI


Jika Terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di Luar negeri, Sehingga besarnya pajak
yang dapat dikreditkan di indonesia menjadi lebih kecil daripada besarnya perhitungan, semula maka selisihnya
ditambahkan pada PPh yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri pada tahun pengurangan atau
pengembalian dilakukan.

PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN KARENA PERUBAHAN PENGHASILAN LUAR NEGERI


Terdapat kemungkinan terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan penghaislan bertambah dan berkurang atas
berakibat pada pajak penghasilan diluar negeri juga bertambah atau berkurang.

1. Apabila terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan adanya tambahan penghasilan luar negeri yang
mengakibatkan pajak atas penghasilan terutang di luar negeri lebih besar daripada yang dilaporkan dalam SPT Tahunan,
sehingga pajak di luar negeri kurang dibayar, maka terdapat kemungkianan PPh terutang di indonesia juga kurang dibayar.
Contoh
Penghasilan neto yangg dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh tahun 20xx sebagai berikut.
Penghasilan neto luar negeri ( Tarif pajak 20%) Rp 1.000.000.000
Penghasilan dalam negeri Rp 2.000.000.000
PPh pasal 25 tahun 20xx Rp 360.000.000
Setelah dilakukan koreksi fiskal atas penghasilan luar negeri, diperoleh data baru bahwa penghasilan luar negeri
adalah Rp 2.000.000.000

SPT ( Sebelum pembetulan ) SPT Pembetulan


1 Penghasilan luar negeri Rp1.000.000.000 1 Penghasilan luar negeri Rp2.000.000.000
2 penghasilan dalam negeri Rp2.000.000.000 2 penghaislan dalam negeri Rp2.000.000.000
3 total penghasilan kena pajak Rp3.000.000.000 3 total penghasilan kena pajak Rp4.000.000.000

4 PPh terutang = 25% x Rp 3 Miliar Rp750.000.000 4 PPh Terutang =25% X Rp 4 Miliar Rp1.000.000.000
5 Kredit pajak luar negeri Rp200.000.000 5 Kredit pajak luar negeri Rp400.000.000
6 PPh harus dibayar Rp550.000.000 6 PPh harus di bayar Rp600.000.000
7 PPh pasal 25 Rp360.000.000 7 PPh Pasal 25 Rp360.000.000
8 PPh pasal 29 Rp190.000.000 8 PPh pasal 29 Rp190.000.000
      9 Masih harus dibayar Rp50.000.000
Pada SPT Pembetulan, Terdapat PPh masih harus dibayar sebesar Rp 50.000.000 Atas kekurangan bayar tersebut tidak
ditagih bunga
Kredit pajak luar negeri dapat dihitung dengan cara
A. Membandingkan tigas hitungan berikut dan diambil angka terrendah
Hitungan I = PPh Terutang
= 25% × Rp 3.000.000.0000 = Rp 750.000.000
Hitungan ll = ( Penghasilann Luar Negeri ÷ Penghasilan kena pajak ) × PPh Terutang
= ( 1 Miliar ÷ 3 Miliar ) × Rp 750.000.000
= Rp 250.000.000
Hitungan lll = PPh dibayar/ Terutang di luar negeri
= Tarif Pajak di luar negeri × Penghasilan di luar negeri
= 20% × 1 Miliar = Rp 200.000.000
Kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah Rp 200.000.000
B. Membandingkan tarif pajak di luar negeri dan tarif pajak efektif atas PPh terutang. Jika tarif pajak di luar negeri lebih
rendah daripada tarif efektif PPh terutang, Kredit pajak luar negeri sama dengan PPh dibayar/ Terutang di luar
negeri \. Sebaliknya, Jika tarif pajak di luar negeri lebih tinggi dari pada tarif efektif PPh terutang, Kredit pajak luar
negeri sama dengan perbandingan penghasilan luar negeri dibagi penghasilan kena pajak kemudian dikalikan dengan
PPh terutang.
Pada Kasus di atas, Tarif pajak di luar negeri adala 20% sedangkan tarif efektif PPh Terutang adalah 25% ( Rp
750.000.000 ÷ Rp 3.000.000.000).Tarif pajak luar negeri lebih rendah daripada tarif efektif PPh terutang, Maka kredit
pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah 20% × Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Kredit pajak luar negeri dapat dihitung dengan cara
Membandingkan tiga hitungan berikut dan diambil angka terrendah
Hitungan l = PPh terutang
= 25% × Rp 4.000.000.000 = Rp 1.000.000.000
Hitungan ll = ( Penghaislan pajak luar negeri ÷ penghasilan kena pajak ) × PPh Terutang
= ( Rp 2 Miliar ÷ Rp 4 Miliar ) x Rp 1 Miliar
= Rp 500.000.000
Hitunagn lll = PPh dibayar/ Terutang di luar negeri
= Traif pajak di luar negeri × Penghasilan Luar negeri
= 20% × Rp 2 Miliar = Rp 400.000.000
Membandingkan tarif pajak diluar negeri dan tarif pajak efektif ats PPh terutang jika tarif pajak
luar negeri lebih rendah daripada tarif efektif PPh terutang, Kredit pajak luar negeri sama
dengan PPh dibayar/ Terutang luar negeri. Sebaliknya, jika tarif pajak luar negeri lebih tinggi dari
pada tarif efektif PPh terutang, Kredit pajak luar negeri sama dengan perbandingan penghasilan
lur negeri dibagi penghasilan kena pajak kemudian dikalikan dengan PPh terutang.
Pada kasus diatas, tarif pajak luar negeri adalah 20% Sedangkan tarif efektif PPh terutang adalah
25% ( Rp 1 Miliar ÷ Rp 4 Miliar ). Tarif pajak luar negeri lebih rendah daripda efektif PPh
terutang. Maka kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah 20 % × Rp 2 Miliar = Rp
400.000.000.
ANY QUESTIONS
MY FRIENDS ?

Anda mungkin juga menyukai