Anda di halaman 1dari 13

Crowd Psychology

Psikologi Massa A-1

Muhammad Maulana 111411131121


Lili Dwi Novianti 111511133104
Rizky Nanda Pratama Ibrahim 111611133019
Titian Kinasih 111611133062
Widya Elsa Diana 111611133075
Seno Wahyusantoso 111611133088
Naufal Al-Farisy 111611133132
Daffa Andaru A 111611133154
Elang Segara Yuthika Aulia 111611133196
Definisi Crowd Psychology

● Ilmu Psikologi mengenai suatu fenomena kerumunan orang, atau yang dikenal sebagai psikologi
massa adalah cabang dari psikologi sosial

Psikolog sosial telah mengembangkan beberapa teori untuk menjelaskan cara-cara di mana psikologi
kerumunan berbeda dan berinteraksi dengan orang-orang di dalamnya. Ahli teori utama dalam psikologi
kerumunan termasuk Gustave Le Bon, Gabriel Tarde, Sigmund Freud, dan Steve Reicher.

Bidang ini berkaitan dengan perilaku dan proses berpikir dari masing-masing anggota kerumunan dan
kerumunan sebagai suatu entitas. Perilaku kerumunan sangat dipengaruhi oleh hilangnya tanggung jawab
individu dan kesan universalitas perilaku, yang keduanya meningkat menjadi suatu pola kelompok atau
massa.
Tipe Crowds Psychology
Ada dua peneliti yang memiliki perbedaan dalam menjelaskan tentang Berlonghi mengklasifikasikan crowds menjadi : spectator,
crowd, yaitu Momboisse (1967) dan Berlonghi (1995) yang demonstrator, atau escaping, untuk mengorelasikan pada tujuan untuk
memfokuskan pada tujuan dari eksistensi yang membedakan diantara apa mereka bertemu (Berlonghi, 1995). Pendekatan lainnya
jenis crowd. Momboisse mengembangkan sebuah sistem dari 4 tipe mengklasifikasikan crowds hadir dari sosiolog Herbert Blumer yang
(Momboisse, 1967) : mengungkapkan sistem dari intensitas emosional . Ia membedakan ada
4 tipe dari crowd yang hampir sama dengan momboisse, yaitu :
1. Casual
1. Casual
2. convensional
2. Conventional
3. expressive
3. Expressive
4. aggressive
4. Acting

Sistemnya ini sangat dinamis secara alami, menganggap bahwa crowd


mengubah intensitas level of emotional dari waktu ke waktu.
Crowds ada yang berbentuk aktif yaitu biasa disebut mobs atau ada yang pasif yang kemudian disebut audience. Crowd aktif dapat dibagi
lebih lanjut menjadi :

1. Aggressive

Aggressive mobs sering melakukan tindakan kekerasan dan fokusnya pada apa yang dihadapi di luar dirinya. Contohnya adalah klub
sepakbola

2. Escapist

. Escapist mobs adalah karakteristik dari beberapa orang yang bisa digolongkan sebagai orang-orang yang panik yang mencoba untuk keluar
dari situasi berbahaya. Contohnya korban bencana alam

3. Acquisitive

Acquisitive mobs terjadi ketika beberapa orang melakukan perlawanan dan perjuangan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas.
Contohnya adalah simpatisan suatu golongan politik

4. Expressive

Expressive mob ialah kumpulan beberapa orang yang bertemu untuk suatu tujuan keaktifan. contohnya penonton konser musik rock
Tipe-tipe kerumunan berdasarkan tujuan dan sifatnya, yaitu:

1. Khalayak penonton (pendengar formal/formal audience),


2. Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)
3. Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)
4. Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)
5. Kerumunan penonton (spectator crowd)
6. Immoral lawless crowds,
7. Acting Lawless crowd,
Sejarah
● Psikologi massa (Crowd Psychology) pertama kali muncul di akhir Abad ke-19
di Eropa, khususnya di Perancis
● Faktor sosial yang melatar-belakangi Psikologi Massa adalah maraknya
kerusuhan sosial serta semakin intensifnya arus industrialisasi dan urbanisasi
di Perancis khususnya dan di negara negara industri di Eropa umumnya
disepanjang pertengahan sapai akhir abad ke-19
● Kemunculan fenomena massa dipengaruhi oleh dua macam peristiwa
Renaissance di abad ke-14 s.d abad ke-17 dan berbagai revolusi di abad ke-
18 sampai ke-19.
● Gabungan dan akumulasi kedua macam peristiwa bersejarah tersebut memantik
timbulnya berbagai-bagai fenomena sosial baru di daratan Eropa umumnya dan
di Inggris, Perancis, Italia khususnya serta di ranah Amerika Utara.
● Bentuk-bentuk fenomena sosial tersebut adalah migrasi besar-besaran ke
daerah perkotaan (urban migration), kian populernya ideal-ideal demokrasi, serta
tidak terbendungnya gelombang kapitalisme, yang kesemuanya telah mengubah
karakter
● Di abad 19, seiring dengan industrialisasi yang kian deras, terorbitlah apa yang
dinamakan sebagai ‘masyarakat massa’ (mass society).
● Menurut (Blumer, 1957), massa eksis berbarengan dengan media massa
(pertama-tama adalah surat-kabar). Kekhawatiran atas fenomena masyarakat
massa dilandaskan pada diagnosa atas semakin hilangnya wibawa institusi
gereja, keluarga, dan militer.hidup masyarakat terutama di abad ke-18 dan ke-
19.
● Trend semacam ini dianggap memicu ‘keterserabutan’ (rootlessness) dan ‘irasionalitas’
(mindlessness) yang menjadikan massa korban empuk bagi impuls-impuls anarkis, dan
bagi agitator atau provokator yang tidak bertanggung-jawab (Reicher, 2001).

● Psikologi Massa muncul pertama sebagai usaha untuk ‘melawan dan memerangi’
fenomena massa yang dianggap serba mengkhawatirkan baik secara ideologis maupun
secara praktis (Barrows, 1981).
Perspektif Teoritis
Convergence Theory

Convergence theory menyatakan bahwasanya perilaku kerumunan bukanlah


produk dari kerumunan tersebut, namun perilaku yang muncul atas individu yang
memiliki pemikiran serupa (Reicher, 2000).

Teori ini dikritik karena tidak memasukkan unsur social determination dari
self dan action, yang dimana disebut bahwa segala aksi kerumunan adalah intensi
dari individu itu sendiri.
Perspektif Teoretis

Social Identity Theory


Social Identity Theory memandang bahwasanya teori tersebut melihat konsep self adalah sistem
kompleks yang dibentuk oleh konsep keanggotaan dan non-anggota di berbagai kelompok sosial.

Kelompok tersebut memiliki nilai moral dan perilaku yang beragam, dan perilaku individu
dipengaruhi kelompok yang dirasa menurut individu tersebut merupakan kelompoknya (Reicher,
2000). Sementara dalam kelompok yang lebih ambigu, individu akan mengasumsikan sendiri nilai
yang dianut dalam kerumunan itu.

Namun, dalam teori ini tidak dijelaskan terkait mekanisme yang menjadi penyebab pergeseran
nilai dan perilaku.
Teori deindividuasi

• berpendapat bahwa dalam situasi kerumunan yang khas, faktor seperti


anonimitas, persatuan kelompok, dan gairah dapat melemahkan kontrol pribadi
(misalnya rasa bersalah, rasa malu, perilaku mengevaluasi diri) dengan
menjauhkan orang dari identitas pribadi mereka dan mengurangi kepedulian
mereka terhadap evaluasi sosial.
•kurangnya pengendalian ini meningkatkan kepekaan individu terhadap
lingkungan dan mengurangi pemikiran rasional, yang dapat menyebabkan perilaku
antisosial. teori yang lebih baru telah menyatakan bahwa kekurangan-kekurangan
bergantung pada seseorang yang tidak mampu, karena situasi, memiliki
kesadaran yang kuat tentang diri mereka sebagai objek perhatian. Kurangnya
perhatian ini membebaskan individu dari keharusan perilaku sosial yang normal.
Perspektif Sigmund Freud
Crowd Behavior berfokus dari gagasan bahwa dengan menjadi bagian dari kerumunan
“Crowd” adalah syarat yang berfungsi untuk membuka “Unconscious Mind” atau alam bawah sadar
seseorang. Hubungan cinta atau ikatan emosional dianggap mampu menyatukan kelompok (Freud
1951).

2 fenomena yang biasanya terjadi pada suatu kelompok atau kerumunan yang tidak terorganisir,
yaitu:

● Emosi yang tidak terkontrol


● Penurunan tingkat intelektual
Perspektif Gustave Le Bon
Dalam Perspektif Le bon mengklaim bahwa ada beberapa karakteristik psikologi kerumunan yaitu
"impulsiveness, irritability, incapacity to reason, the absence of judgement of the critical spirit, the
exaggeration of sentiments, and others...".

Le Bon mengklaim bahwa "seseorang yang tenggelam dalam waktu yang lama di kerumunan
segera menemukan dirinya - baik sebagai akibat dari pengaruh magnet yang diberikan oleh kerumunan
atau dari beberapa penyebab lain yang kita tidak tahu - dalam keadaan khusus, yang sangat mirip
dengan keadaan daya tarik di mana individu terhipnotis menemukan dirinya di tangan hipnotis

Anda mungkin juga menyukai