Anda di halaman 1dari 21

PEMBUKUAN &

PENCATATAN
NAMA KELOMPOK
• Anasya Putri 151810713012
• Tsania Noor 151810713034
• Rizky Setya A 151810713051
• Aisyah Talithandari 151810713086
• Argya Tustika 151810713103
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan
• Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya.
• Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan.
• Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
 
• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas
catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Syarat-Syarat Penyelenggaraan
Pencatatan
1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain :
a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan
bruto yang diterima dan/atau diperoleh;
b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final.
2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau
tempat usaha, pencatatan harus menggambarkan secara jelas
untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan.
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP
orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan
kewajiban.
Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan
Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di
Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Kewajiban
pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto (NPPN). Hal ini sesuai dengan
Pasal 28 ayat (2) UU KUP.
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi
yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan
jumlah bruto dalam setahun kurang dari Rp4,8 miliar. Sebagai
penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap wajib
melakukan pencatatan. Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi
wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
Hak yang berkaitan dengan pembukuan pencatatan
•  Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak
Ketika besaran pajak terutang yang dibayar atau dipotong atau dipungut ternyata lebih
kecil daripada jumlah kredit pajak, wajib pajak berhak menerima kembali kelebihan
tersebut. Dengan kalimat sederhana, Anda berhak menerima kembali kelebihan bayar
ketika membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang sebenarnya.  
Anda dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan bayar pajak dengan
mengirimkan surat permohonan pada Kepala KPP (Kantor Pajak Pratama) atau melalui SPT
(Surat Pemberitahuan). Setelah menerima surat permohonan, Ditjen Pajak akan
mengembalikan kelebihan bayar pajak dalam waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
surat permohonan diterima secara lengkap. Jika wajib pajak termasuk dalam kriteria wajib
pajak patuh, pengembalian ini dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh dan 1
bulan untuk PPN sejak permohonan diterima. Kalau Ditjen Pajak terlambat mengembalikan
kelebihan bayar pajak, wajib pajak berhak menerima bunga sebesar 2% per bulan dengan
maksimum 24 bulan. 
• Hak untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan
Dalam lingkup PPN, Barang Kena Pajak (BKP) atau kegiatan tertentu diberikan fasilitas
pembebasan PPN. BKP tersebut di antaranya kereta api, pesawat udara, kapal laut, buku-
buku, perlengkapan TNI/Polri yang diimpor maupun yang diserahkan di area pabean oleh
wajib pajak tertentu. Fasilitas PPN tidak dipungut ini turut diberikan pada perusahaan yang
melakukan kegiatan di kawasan tertentu, seperti kawasan berikat, di antaranya atas impor
dan perolehan bahan baku.
Lebih menguntungkan mana Pembukuan atau Pencatatan bagi
Wajib Pajak khususnya WP OP?
Lebih menguntungkan pencatatan karena :
• Pencatatan lebih sederhana karena menganut prinsip arus kas.
• Lebih mudah dalam hal perhitungan karena hanya dengan
menghitung omzet dikurangu biaya dengan memakai norma
perusahaan sejenis yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
melalui aturan perpajakan.
Karena jika menggunakan pembukuan lebih sulit karena
harus mengelompokkan kedalam komponen Laba/Rugi dan
harus benar-benar memahami prinsip akutansi. Perhitungan
pajaknya juga lebih rumit.
A. HAK WAJIB PAJAK
1. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak
a. Mengirim surat permohonan pengembalian pajak
ke KPP dan/atau melalui SPT.
b. DJP harus mengembalikan kelebihan pajak maks 12
bulan sejak surat permohonan diterima secara
lengkap.
c. Khusus WP patuh : jk waktu pengembalian
kelebihan pajak maks 3 bulan.
Apabila DJP terlambat mengembalikan kelebihan pajak
WP menerima bunga 2%/bulan maks 24 bulan
2. Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan
• Meminta Surat Perintah Pemeriksaan.
• Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa .
• Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan
pemeriksaan.
• Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan
SPT
• Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam
batas waktu yang ditentukan.

3. Hak Kerahasiaan
Kerahasiaan Wajib Pajak yang Dilindungi :
• Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan wajib
pajak.
• Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia.
• Dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
4. Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan
Kembali
• Wajib Pajak berhak melakukan keberatan apabila :
Wajib Pajak tidak sependapat dengan surat ketetapan pajak
• Wajib Pajak berhak melakukan banding apabila :
Wajib Pajak tidak puas dengan hasil putusan keberatan
• Wajib Pajak berhak mengajukan peninjauan kembali apabila :
Wajib Pajak tidak sependapat dengan surat putusan banding
Peninjauan Kembali -> Langkah Terakhir penyelesaian sengketa
pajak
Peninjauan Kembali dilakukan oleh Mahkamah Agung

5. Hak untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran


Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran
pajak dalam kondisi tertentu.
6. Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan
Wajib pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh Badan dengan alasan tertentu.

7.Hak untuk Pengurangan PPh Pasal 25


Dalam undang-undang ketentuan umum perpajakan, wajib pajak memilik
hak untuk mengajukan permohonan pengurangan besaran angsuran PPh
Pasal 25 dengan alasan tertentu.

8. Hak untuk Pembebasan Pajak


Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan
pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan dengan alasan tertentu.

9. Hak Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak


Wajib pajak yang termasuk ke dalam wajib pajak patuh dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan
untuk PPN dan 3 bulan untuk PPh terhitung sejak tanggal permohonan.
10. Hak untuk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah
Untuk pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan
hibah atau dana pinjaman luar negeri, PPh terutang atas
penghasilan yang diterima kontraktor, konsultan, dan supplier
utama ditanggung oleh pemerintah.

11. Hak untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan


Fasilitas PPN tidak dipungut diberikan pada perusahaan yang
melakukan kegiatan di kawasan tertentu, seperti kawasan berikat,
di antaranya atas impor dan perolehan bahan baku.
B. KEWAJIBAN WAJIB
PAJAK
1. Kewajiban Mendaftarkan Diri
Wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) di kantor pajak pratama (KPP) atau kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi
perpajakan (KP2KP)

2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak


Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak harus melakukan penghitungan,
pembayaran dan pelaporan pajak terutangnnya sendiri. Dalam melaksanakan kewajiban
ini, dapat melakukannya secara mudah dan cepat melalui aplikasi OnlinePajak.

3. Kewajiban Memberi Data


data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau
usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk
informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu
kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada
instansi lain di luar Ditjen Pajak.
4. Kewajiban dalam Hal Diperiksa

Kewajiban yang diperiksa di antaranya:


• Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan,
khususnya jenis Pemeriksaan Kantor.
• Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi dasar serta berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau
objek yang terutang pajak. Untuk jenis Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak harus
memberikan akses untuk melihat dan menyimpan data.
• Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu serta
memberi bantuan untuk memperlancar proses pemeriksaan.
• Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.
• Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik, khususnya
untuk jenis Pemeriksaan Kantor.
• Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.
C. HAK FISKUS
• Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWB) dan
atau melakukan pengukuhan pengusaha kena pajak
secara jabatan.
• Menerbitkan surat tagihan pajak.
• Melakukan pemeriksaan dan penyegelan.
• Melakukan penyidikan.
• Menerbitkan surat paksa dan melaksanakan penyitaan.
D. KEWAJIBAN FISKUS
1. Kewajiban Umum
Memberikan bimbingan, penyuluhan, dan penerangan kepada wajib pajak.

2. Kewajiban Khusus
• Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sementara dalam waktu tiga hari setelah formulir pendaftaran
diterima.
• Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam jangka waktu tiga bulan setelah formulir pendaftaran
diterima.
• Menerbitkan surat keputusan atas pengukuhan pengusaha kena pajak (sebagai wajib pajak pertambahan nilai),
dalam jangka waktu tujuh hari sejak formulir pendaftaran diterima.
• Menerbitkan surat keputusan kelebihan pajak dalam jangka waktu satu bulan setelah tanggal diajukannya surat
keputusan kelebihan pajak oleh wajib pajak.
• Menerbitkan surat perintah untuk membayar kelebihan pajak dalam jangka waktu satu bulan setelah
diajukannya surat keputusan kelebihan pembayaran pajak.
• Menerbitkan surat keputusan angsuran/penundaan pembayaran pajak dalam jangka waktu tiga bulan untuk
angsuran/penundaan surat ketetapan pajak, surat ketetapan pajak tambahan, serta surat pemberitahuan pajak
dan dalamwaktu sepuluh hari untuk pengurangan angsuran pajak penghasilan.
• Memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan oleh wajib pajak
dalam waktu tiga bulan sejak diterimanya surat permohonan
keberatan.
• Memberikan keputusan atas pengurangan/penghapusan bunga,
denda, serta kenaikan dan pengurangan/pembatalan terkait ketetap
pajak dalam waktu tiga bulan sejak tanggal penerimaan permohonan.
• Merahasikan data/informasi mengenai wajib pajak yang telah
disampaikan.
Kemana UU Perpajakan
berpihak?
Melihat dari perbandingan hak-hak dan kewajiban WP yang
dibandingan dengan hak dan kewajiban fiskus, UU perpajakan
lebih berpihak kepada Wajib Pajak dalam upaya pemaksimalan
penerimaan negara sektor pajak. Namun, dilihat dari kondisi
terkini Fiskus dalam menjalankan kewajiban umum yaitu edukasi
dirasa masih kurang, karena masih banyak pihak luar DJP (Fiskus)
yang terlibat dalam kewajiban tsb.
DAFTAR PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai