Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN TB PADA IBU

HAMIL DENGAN DM
KELOMPOK 1

1. IKRAM LIHAWA 5. PRATIWINSIH LABORO

2. CECI RAHMATIYAH NIHE 6. RINA ANGRAINI KAHARU

3. KARMILAWATI ISMAIL 7. SABRINA HAYATI

4. MARGARHETA R. MAHADJANI 8. NADIA AHMAD


NI SI
F I
DE
Tuberkulosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex

Diabetes adalah penyakit yang


berlangsung lama atau kronis serta
ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah
yang tinggi atau di atas nilai normal.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah
akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik
dapat menimbulkan berbagai gangguan
organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol
sistem pertahanan tubuh, dalam hal
Hubungan DM
ini paru mengalami gangguan fungsi
dengan infeksi
Hubungan pada epitel pernapasan dan juga
TB antara TB
dan DM sudah lama motilitas silia. Gangguan fungsi dari
diketahui. Orang dengan
sistem imun rendah karena endotel kapiler vaskular paru,
penyakit kronik seperti DM kekakuan korpus sel darah merah,
memiliki risiko lebih tinggi
berkembangnya TB laten perubahan kurva disosiasi oksigen
menjadi TB aktif. Pasien akibat kondisi hiperglikemia yang
DM memiliki 2 sampai 3
kali risiko untuk menderita lama menjadi faktor kegagalan
TB dibanding orang tanpa mekanisme pertahanan melawan
DM.
Paru pada penderita infeksi. Peningkatan risiko TB aktif
DM akan mengalami pada penderita DM diduga akibat dari
perubahan patologis,
seperti penebalan epitel gangguan sistem imun yang ada pada
alveolar dan lamina basalis penderita DM, peningkatan daya lekat
kapiler paru yang
merupakan akibat kuman Mycobacterium TB pada sel
sekunder dari komplikasi penderita DM, adanya komplikasi
mikroangopati sama
mikroangiopati, makroangiopati dan
i
Manifestas
i n f e k si T B
klini s
pada DM

Pada pasien TB yang juga menderita DM dapat ditemukan gejala,


seperti batuk lebih dari 2 minggu, batuk berdarah, sesak nafas,
demam, keringat malam, dan penurunan berat badan, namun
gejala cenderung lebih banyak dan keadaan umum lebih buruk
dan memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Infeksi TB
paru dengan DM dapat memberikan gambaran infiltrat di lobus
manapun daripada pola klasik di bagian segmen apeks posterior.
Hal ini didukung oleh beberapa laporan penelitian oleh Park dkk.
dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan gejala antara pasien
TB yang menderita DM dan non-DM. Alisjahbana dkk. dalam
penelitiannya di Indonesia menunjukkan bahwa pasien TB
dengan DM sebelum mendapatkan terapi memiliki gejala yang
lebih banyak dibandingkan pasien TB tanpa DM
Deteksi dini dan
Pencegahan aktivasi TB
laten

 WHO merekomendasikan untuk deteksi dini adanya infeksi

TB pada pasien DM, demikian sebaliknya mendeteksi


adanya DM pada pasien TB. Pada pasien yang terdiagnosis
DM, para dokter disarankan mengevaluasi secara rutin akan
adanya keluhan seperti batuk > 2 minggu, demam yang
terus menerus, penurunan berat badan dan keringat malam.
Bila ditemukan gejala tersebut disarankan melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mengevaluasi adanya infeksi
TB. Pemberian profilaksis terapi bagi yang menderita TB
laten dengan menggunakan isoniazid selama 9 bulan.
Risiko multi drug
resistant tuberculosis
pada DM

 Jenis obat yang pernah dilaporkan mengalami resistensi

adalah rifampisin dan isoniazid. Tidak ada penjelasan


pasti yang menerangkan hubungan DM pada kejadian
MDR. Salah satu hipotesis meyebutkan hubungan katG
gen yang berperan dalam perlindungan mycobacterium
terhadap penghancuran oksidatif dan juga dalam
mengkode enzim yang mengubah isoniazid menjadi
bentuk aktif. Pada DM tipe 2, produksi oksigen reaktif
mengalami gangguan, sehingga strain dengan mutasi
KatG mungkin akan dapat bertahan hidup.
Tatalaksan
a

 Prinsip pengobatan TB paru pada pasien DM serupa dengan

yang bukan pasien DM, dengan syarat kadar gula darah


terkontrol. Panduan dari perhimpunan dokter paru Indonesia
(PDPI) menyarankan paduan OAT dan lama pengobatan
yang pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan
sarat gula darah terkontrol dengan baik. Apabila kadar gula
darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat
dilanjutkan sampai 9 bulan. Jenis kombinasi dan lama
pengobatan TB paru tergantung dari kasus TB paru yang
diderita pasien dan disesuaikan dengan kategori
pengobatan TB. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan pengobatan TB paru pada
Prognosis

 Pasien dengan DM dan TB memiliki risiko kematian yang lebih

tinggi selama terapi juga peningkatan risiko kekambuhan


setelah pengobatan, juga dapat memberikan risiko penularan
yang lebih besar. Baker dkk. memberikan kesimpulan bahwa
DM meningkatkan risiko kegagalan terapi dan kematian
sekaligus, kematian saja, dan angka kekambuhan pada
penderita TB. Hal ini menekankan akan kebutuhan perhatian
yang lebih lanjut mengenai uji saring terhadap DM dan TB di
kedua populasi, perbaikan kadar gula darah, panduan terapi,
peningkatan monitoring klinik dan terapi.
S IH
KA
I MA
ER
T

Anda mungkin juga menyukai