OUR MENU
2.
1.
STUDY
KONSEP
KASUS
3.
PEMBAHASAN
DEFINISI STRESS
Menurut Charles menyebutkan bahwa
stres adalah tuntutan-tuntutan
eksternal yang mengenai seseorang,
misalnya obyek- obyek dalam
lingkungan atau suatu stimulus yang
secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan
yang tidak menyenangkan yang berasal
dari luar diri seseorang.
DEFINISI MANAJEMEN STRESS
2. Secondary prevention
Exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
3. Tertiary prevention
Strateginya kita menangani dampak stress yang
terlanjur ada, kalau diperlukan meminta
bantuan jaringan supportive (social-network)
ataupun bantuan profesional.
PENDEKATAN MENGATASI STRESS
1. Relaksasi Otot
Pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang
sadar untuk memulihkan ketegangan otot.
2. Biofeedback
Dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu
yang
di kendalikan secara sukarela atau sadar.
3. Meditasi
Mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan
mengarahkan ulang pemikiran seseorang jauh dari dirinya
sendiri.
Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan psikologis
dari respons stress berperang atau lari.
PENDEKATAN MENGATASI STRESS
4. Restrukturisasi kognitif
Respons seseorang terhadap stressor menggunakan
sarana proses kognitif, atau pemikiran
DAMPAK AKIBAT STRESS
1. Dampak Fisiologik
Mudah masuk angin, mudah pening-pening,
kejang otot (kram), dll.
2. Dampak Psikologik:
a. Keletihan emosi, jenuh, dll
b. Terjadi depersonalisasi
c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan
menurun, sehingga menurun pula
rasa kompeten & rasa sukses
3. Dampak Perilaku
a. Manakala stress menjadi distress, prestasi
belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku
yang tidak diterima oleh masyarakat.
b. Level stress yang cukup tinggi berdampak
negative pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah
tepat.
c. Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat
seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
OUR MENU
2.
1.
STUDY
KONSEP
KASUS
3.
PEMBAHASAN
STUDY KASUS
Pemeriksaan kejiwaan yang "Raju merasa dirinya jahat,
dilakukan terhadap Raju (8), karena hakim berulang-ulang
tersangka penganiayaan menyebutnya anak nakal. Itu
yang sempat ditahan selama tetap jadi ingatannya. Dia juga
14 hari oleh Pengadilan tidak mau mengaji dan
Negeri Stabat, Sumatera sekolah. Ini mungkin akibat
Utara, menunjukkan, ketakutan stigma yang
berbagai proses didengarnya dari teman-teman
pemeriksaan dan sekolahnya," kata Josestte
persidangan membuat Raju MR Tuappatinaja, kordinator
trauma dan berpotensi tim evaluasi dari Competence
mengalami post traumatic Psilogical Firm.
stress disorder, gejala
terhambatnya perkembangan
mental dan sulitnya
menggali potensi diri.
STUDY KASUS
Josestte yang berbicara Namun sebagaimana
kepada wartawan, Senin umumnya anak-anak,
(6/3/2006) di Medan, lebih secara psikologi Raju belum
lanjut menyatakan, bisa memahami konsep, ide
pemeriksaan tim psikolog abstrak yang dipertanyakan
yang terdiri dari tiga psikolog hakim, jaksa dan
itu dilaksanakan pada Sabtu pengacaranya. "Anak
(4/3/2006). Tim bertemu Raju seusia Raju baru bisa
di Rumah Sakit Pertamina, memahami konkret
Pangkalan Brandan, tempat operasional. Dia
Raju dirawat karena hanya sanggup
terserang demam panas dan menghubungkan secara
radang tenggorokan. Tim ini praktis satu kejadian dengan
selama empat jam berusaha kejadian
meyakinkan Raju bahwa dia lainnya.
anak yang baik.
STUDY KASUS
Belum bisa memahami
konsep, saya tidak bisa Ini karena Raju diperlakukan
bayangkan kondisi dalam situasi yang tidak dia
persidangan formil dengan mengerti. Dampak terburuk
posisi Raju di tengah yang yang mungkin bisa dialami
tidak mencerminkan Raju, bila rehabilitasi
peradilan anak, wajar bila terhadapnya terlambat
Raju berubah," kata Josestte. dilakukan atau tidak dilakukan
Dikatakannya lagi, pikiran sama sekali, dia bisa
Raju sangat tertekan ketika mengalami Post Traumatic
ia berusaha memahami Stress Disorder atau gejala
istilah-istilah terdakwa, terhambatnya perkembangan
sidang, jaksa, berkas dan mental dan sulitnya
sebagainya. menggali
potensi diri.
Dampaknya, ia bisa pusing
tanpa ada sebab yang jelas.
STUDY KASUS
Disebutkan, Josestte, Raju
bisa tidak berkembang
Tidak sesulit anak yang
kejiwaannya secara
pemurung dan pendiam.
maksimal. Ia akan kesulitan
"Raju paling trauma dengan
meraih kesempatan dan
ruangan sidang dan sosok
mengembangkan
hakim dan polisi. Dia anak
intelektualitas dirinya.
yang punya jiwa sosial dan
Kendati demikian, katanya
empati yang tinggi, dia
lagi, anak seperti Raju
biasa memperhatikan
memiliki kondisi kejiwaan
teman-temannya," urainya.
yang mudah untuk dipulihkan
"Malah saat disidang
karena Raju memang tipe
sendirian di tengah
anak ceria.
kericuhan, yang ia
khawatirkan bukan
keselamatannya, malah
orang tuanya," kata
STUDY KASUS
Seperti diketahui Raju Dalam perkembangan
disidangkan di terakhir, pada
Pengadilan Negeri Minggu (4/3/2006),
Stabat di Kabupaten keduanya sudah
Langkat Sumatera berdamai.
Utara, karena kasus Keluarga Raju dan
perkelahian dengan keluarga Armansyah
Armasnyah, 14 tahun. dipertemukan Komisi
Dalam proses Perlindungan Anak
persidangan dia sempat Indonesia (KPAI), diketuai
ditahan. Kasus ini Giwo Rubianto Wiyogo,
mendapatkan simpati termasuk Anton Medan,
dari masyarakat karena pengasuh Pondok
penahanan itu dinilai Pesantren Terpadu At-
berlebihan. Taibin.
STUDY KASUS
2.
1.
STUDY
KONSEP
KASUS
3.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Kasus di atas mengungkapkan bahwa
terdapat anak bernama Raju berusia 14 tahun
mengalami trauma dan berpotensi mengalami post
traumatic stress disorder, gejala terhambatnya
perkembangan mental dan sulitnya menggali
potensi diri. Terjadi pemeriksaan tim psikolog yang
terdiri tiga psikolog yang melakukan pendekatan
pada Raju.
PEMBAHASAN
Sesuai dengan konsep di atas macam
stres yang diderita oleh Raju adalah stres psikis/
emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal dan social. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan kasus di atas, yaitu "Raju paling trauma
dengan ruangan sidang dan sosok hakim dan
polisi. Dia anak yang punya jiwa sosial dan
empati yang tinggi, dia biasa memperhatikan
teman-temannya," urainya. "Malah saat disidang
sendirian di tengah kericuhan, yang ia
khawatirkan bukan keselamatannya, malah orang
tuanya," kata Josestte.”
PEMBAHASAN
Faktor yang menimbulkan stres pada
diri Raju adalah faktor lingkungan. Terlihat
dari kutipan pada bab 3 bahwa, "Raju merasa
dirinya jahat, karena hakim berulang-ulang
menyebutnya anak nakal. Itu tetap jadi
ingatannya. Dia juga tidak mau mengaji dan
sekolah. Ini mungkin akibat ketakutan stigma
yang didengarnya dari teman-teman
sekolahnya," kata Josestte MR Tuappatinaja,
kordinator tim evaluasi dari Competence
Psilogical Firm.”.
PEMBAHASAN
Dari hal ini juga dapat diartikan stres
yang dialami Raju dipengaruhi oleh faktor
pikiran dia yaitu pemaknaan diri dan
lingkungan. Pikiran menginterpretasi dan
menerjemahkan pengalaman perubahan
dan menentukan kapan menekan tombol
panik. Bagaimana Raju memberi
makna/label pada pengalaman dan
antisipasi ke depan, bisa membuat Raju
relax atau stress.
PEMBAHASAN
Pendekatan yang dilakukan
terhadap Raju adalah restrukturisasi
kognitif, yaitu respons seseorang
terhadap stressor menggunakan sarana
proses kognitif atau pemikiran.
Disimpulkan dari kutipan
“Dikatakannya lagi, pikiran Raju sangat
tertekan ketika ia berusaha memahami
istilah-istilah terdakwa, sidang, jaksa,
berkas dan sebagainya.”
PEMBAHASAN
Dari kutipan kasus “Tim bertemu Raju di
Rumah Sakit Pertamina, Pangkalan Brandan,
tempat Raju dirawat karena terserang demam
panas dan radang tenggorokan.” dapat diketahui
bahwa Raju mengalami stres yang berdampak
fisiologik. Dilihat dari dampak sosialnya yaitu
pencapaian pribadi Raju menurun, sehingga
berakibat pula menurunnya rasa kompeten &
rasa sukses.
PEMBAHASAN
Raju juga mengalami dampak pada
perilaku yaitu manakala stress menjadi distress,
prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak diterima oleh
masyarakat.
Keduanya dapat kita lihat dari kutipan
kasus di atas “Disebutkan, Josestte, Raju bisa
tidak berkembang kejiwaannya secara
maksimal. Ia akan kesulitan meraih kesempatan
dan mengembangkan intelektualitas dirinya.”
KESIMPULAN
1. Macam stres yang diderita oleh Raju adalah stres
psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal dan sosial.
2. Faktor yang menimbulkan stres pada diri Raju
adalah faktor lingkungan.
3. Stres yang dialami Raju dipengaruhi oleh faktor
pikiran dia yaitu pemaknaan diri dan lingkungan.
KESIMPULAN
4. Pendekatan yang dilakukan terhadap Raju
adalah restrukturisasi kognitif, yaitu
respons seseorang terhadap stressor
menggunakan sarana proses kognitif atau
pemikiran.
5. Raju mengalami stres yang berdampak
fisiologik, dampak sosialnya yaitu pencapaian
pribadi Raju menurun, dan
berdampakperilaku yaitu manakala stress
menjadi distress, prestasi belajar menurun
dan sering terjadi tingkah laku yang tidak
diterima oleh masyarakat.