Hukum Antimonopoli
Hukum Antimonopoli
1. Monopoli
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
2.Monopsoni
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (a) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
3.Penguasaan pasar
Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan
hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
4.PERSENGKONGKOLAN
Dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengahambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa pelaku usaha pesaing dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan menjadi berkurang,
baik jumlah, kualitas maupun kecepatan waktu yang disyaratkan
5.Posisi DOMINAN
Dua atau tiga pelaku usaha satau satu kelompok pelaku usaha menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa
6.Jabatan rangkap
Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu yang dapat menimbulkan
praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
7.Pemilikan saham
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan
kegiatan usaha dalam bidang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan
beberapa perusahaan yang sama bila kepemilikan tersebut mengakibatkan persentase
penguasaan pasar yang dapat dikatakan menggunakan posisi dominan (UU Nomor 5 Tahun
1999 Pasal 27).
8.Penggabungan,peleburan,dan pengambilalihan
Dalam menjalankan perusahaan, pelaku usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan
berbadan hukum, yang menjalankan perusahaan bersifat tetap dan terus-menerus dengan tujuan
mencari laba, secara tegas dilarang melakukan tindakan penggabungan , peleburan, dan
pengambilalihan yang berakibat praktik monopoli dan persaingan tidak sehat (UU Nomor 5
Tahun 1999 Pasal 28). Hanya penggabungan yang bersifat vertikal yang dapat dilakukan sesuai
dengan UU Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 14.
Perjanjian yang Dilarang dalam Monopoli
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
dengan pelaku usaha lain untuk melakukan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai
produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
kerja sama dengan membentuk gabungan rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang
perusahaan atau perseroan yang lebih besar, mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
dengan tetap menjaga dan mempertahankan pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu
rangkaian langsung maupun tidak langsung.
kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan
atau perseroan anggotanya, yang bertujuan 9. Perjanjian tertutup
untuk mengontrol produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
7. Oligopsoni pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan
memasok atau tidak memasok kembali barang dan
atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha tempat tertentu.
menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa 10.Perjanjian dengan pihak luar negeri
dalam suatu pasar komoditas
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
Hal-hal yang Dikecualikan dalam Monopoli
Di dalam Undang-Undang Anti Monopoli Nomor 5 Tahun 1999,terdapat hal-hal yang dikecualikan,yaitu
Pasal 50
▪ Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
▪ Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang,
hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian
yang berkaitan dengan waralaba;
▪ Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak mengekang dan atau
menghalangi persaingan;
▪ Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk memasok kembali
barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan;
▪ Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup masyarakat luas;
Sanksi dalam Monopoli dan Persaingan Usaha
PASAL 48 PASAL 49
1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai
dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, 1) pencabutan izin usaha; atau
Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah-
rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) 2) larangan kepada pelaku usaha yang
dan setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar
rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya telah terbukti melakukan pelanggaran
6 (enam) bulan. terhadap undang-undang ini untuk
2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan menduduki jabatan direksi atau komisaris
Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
26 Undang-Undang ini diancam pidana denda serendah-
rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan setinggi- selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh),
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima)
bulan.
3) penghentian kegiatan atau tindakan
tertentu yang menyebabkan timbulnva
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang kerugian pada pihak lain.
ini diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000
(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp5.000.000.000
(lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
KESIMPULAN