PRE FORMULASI
Pendahuluan
• Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya
sebelum dan formulasi yang artinya
perumusan atau penyusunan.
• Preformulasi meliputi pengkajian tentang
karakteristik/sifat-sifat dari bahan obat dan
bahan tambahan obat yang akan diformulasi.
Tujuan
• Membuat formula yang tepat sehingga
menghasilkan produk akhir berupa sediaan
farmasi yang aman, berkhasiat, stabil dan
nyaman ketika digunakan.
Pertimbangan Umum Pre Formulasi
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat.
• Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu
bentuk padat ( puyer, tablet, kapsul, suppositoria ),
bentuk setengah padat ( salep, pasta, krim ) dan bentuk
cair ( larutan, suspensi, emulsi )
• Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :
– sifat-sifat fisika-kimia zat aktif
– kerja obat yang diinginkan
– Kondisi pasien
2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan
– Bila ada bahan obat bentuk kristal dalam sediaan maka larutkan
dulu dengan pelarut yang sesuai. Contoh : Asam Salisilat, maka
harus dilarutkan dulu dengan Etanol 95%, kemudian segera
dicampur dengan bahan tambahan sampai kering.
– Bila ada bahan obat yang bersifat higroskopis ( mudah lembab ), maka
digerus dalam mortir/lumpang panas untuk menguapkan air yang
terkandung pada bahan obat tersebut.
– Bila ada bahan obat berupa minyak atsiri, maka ditambahkan terakhir
supaya tidak ikut digerus terlalu lama karena minyak atsiri sangat
mudah menguap.
• Bentuk sediaan setengah padat.
Cara mencampur bahan-bahan obat maupun
bahan tambahan obat berpedoman pada 4
ketentuan umum cara pembuatan salep.
• Bentuk sediaan cair
– Bentuk sediaan larutan : bahan obat dilarutkan dengan pelarut
secukupnya, kemudian ditambah dengan sisa pelarut sampai
volume
atau berat yang diminta.
– Bentuk sediaan suspensi : bahan obat yang tidak larut dicampur
dengan bahan pensuspensi, kemudian ditambah pelarut dengan
volume yang sudah ditentukan sampai terbentuk suspensi, setelah
itu dicampur dengan sisa pelarut sampai volume atau berat yang
diminta.
– Bentuk sediaan emulsi : dibuat dulu korpus emulsi, kemudian
campur dengan bahan obat dan diambahkan sisa pelarut sampai
volume atauberat yang diminta.
• D. Pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat.
Khasiat obat atau efek terapi obat adalah respon yang dialami oleh tubuh
setelah penggunaan obat.
Hal-hal yang mempengaruhi khasiat obat :
Dosis obat yang digunakan.
Dosis obat ( zat aktif ) yang digunakan harus mampu menimbulkan
efek terapi bagi si pemakai. Dosis tersebut disebut dosis terapi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tiap-tiap
obat mempunyai dosis terapi masing-masing. Di dunia industri obatobatan, dosis terapi ini
dibuat dalam dosis tertentu yang dikenal
dengan istilah dosis lazim. Dosis lazim ini umumnya ditujukan untuk
orang dewasa. Untuk bayi, anak-anak, dan orang tua harus dilakukan
penyesuaian dosis.
Contoh dosis lazim :
Parasetamol 500 mg/tablet, Kloramfenikol 250mg/tablet, Ampisilin
500mg/tablet.
• Absorpsi obat.
Agar suatu obat dapat menghasilkan efek terapi / khasiat, obat
tersebut harus larut, kemudian diasbsorpsi/menembus membran
biologis dan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan dan organ-organ
tubuh.
Untuk obat pemakaian oral, absorbsi dipengaruhi oleh kelarutan obat
di dalam
lambung. Umumnya makin cepat larut dalam lambung makin cepat
pula absorpsinya sehingga makin cepat pula efek terapi yang
ditimbulkan.
Untuk obat pemakaian luar seperti salep, obat tetes mata, obat tetes
hidung, suppositoria, absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat
dalam selaput lendir yang terdapat pada mata, hidung, telinga, rectum
dan vagina.
• Cara pemberian obat.
Cara pemberian obat akan berpengaruh pada kecepatan absorpsi zat
aktif.
Cara pemberian obat dikelompokkan dalam :
o Secara oral, yaitu penggunaan obat melalui mulut.
Obat paling sering digunakan dengan cara oral karena alami, tidak
sulit dan aman dalam penggunaan. Tetapi efek terapi obat lebih
lambat dibandingkan pemakaian secara parenteral.
o Secara Topikal, yaitu penggunaan obat melalui permukaan kulit dan
menghasilkan efek lokal dan sebagian dapat diabsorbsi kedalam
jaringan dibawah kulit.
o Secara rektal, yaitu penggunaan obat melalui anus / rektum.
Beberapa obat sering diberikan secara rektal untuk memperoleh
efek lokal. Tetapi bisa juga untuk efek sistemik, seperti obat-obat
analgesik. Obat diabsorpsi melalui rectum, tidak melalui
metabolisme di hati. Efek terapi yang dihasilkan lebih cepat
dibandingkan secara oral.
o Secara parenteral, yaitu penggunaan obat melalui penyuntikan
dengan alat jarum suntik ( intravena, intramuscular, subcutan ).
Efek terapi yang dihasilkan paling cepat dibandingkan dengan
bentuk sediaan lain, terutama yang secara intravena karena
langsung masuk dalam darah.
• Bentuk sediaan.
Untuk mengetahui pengaruh bentuk sediaan obat terhadap khasiat
obat telah dilakukan penelitian uji klinis berupa pengukuran kadar obat
dalam darah setelah pemberian obat . Penelitian tersebut digunakan
untuk membandingkan absorpsi obat dari berbagai bentuk sediaan,
khususnya sediaan obat untuk pemakaian oral.
Pengukuran kadar obat dilakukan beberapa kali, dimulai dari saat obat
diminum sampai 12 jam sesudahnya. Hasil pengukuran dirupakan
dalam bentuk grafik.
• Di bawah ini grafik kadar obat dalam darah
versus waktu setelah
pemberianobatdari berbagai bentuk sediaan
untuk zat aktif yang
sama.
• Keterangan grafik :
Waktu yang diperlukan untuk mencapai Konsentrasi Efektif Minimum dari
ketiga bentuk sediaan tersebut berbeda. Urutan dari yang paling cepat :
sediaan cair, sediaan pulveres/puyer, dan sediaan tablet.
Sehingga dapat disimpulkan :
Dari ketiga bentuk sediaan tersebut sediaan cair paling cepat menghasilkan
efek terapi / khasiat. Sediaan berikutnya adalah pulveres, kemudian sediaan
tablet.
Hal ini disebabkan :
- sediaan cair sudah berada dalam bentuk larutan sehingga lebih mudah
diabsorpsi dibandingkan sediaan pulveres dan sediaan tablet.
- pulveres memerlukan waktu beberapa saat untuk larut dalam cairan
lambung sebelum akhirnya diabsorpsi.
- Sediaan tablet memerlukan waktu untuk hancur terlebih dulu, sebelum
akhirnya larut dan diabsorpsi.
• Dalam memilih bentuk sediaan yang tepat
supaya diperoleh khasiat yang
optimum, ada hal lain yang harus
dipertimbangkan oleh dokter maupun
penyusun formula obat yaitu kelebihan dan
kekurangan masing-masing
bentuk sediaan.
• Kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan padat.
Kelebihan :
- Besar kecilnya dosis dapat ditentukan oleh dokter sesuai dengan
keadaan penderita.
- Sangat sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil dalam bentuk cair,
misalnya golongan Antibiotik ( contoh : Ampisilin, Amoksisilin,
Chloramphenicol ,dll ). Obat golongan Antibiotik selalu diproduksi dalam
bentuk padat, yaitu tablet, kaplet, kapsul dan serbuk / sirup kering.
- Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair.
Kekurangan :
- Selama penyimpanannya kadang-kadang serbuk menjadi
lembab/lengket.
- Tidak tertutupinya rasa tidak enak dari beberapa bahan obat, misal
pahit, sepat ( meskipun bisa dikurangi dengan penambahan pemanis ).
• Kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan padat.
Kelebihan :
- Besar kecilnya dosis dapat ditentukan oleh dokter sesuai dengan
keadaan penderita.
- Sangat sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil dalam bentuk cair,
misalnya golongan Antibiotik ( contoh : Ampisilin, Amoksisilin,
Chloramphenicol ,dll ). Obat golongan Antibiotik selalu diproduksi dalam
bentuk padat, yaitu tablet, kaplet, kapsul dan serbuk / sirup kering.
- Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair.
Kekurangan :
- Selama penyimpanannya kadang-kadang serbuk menjadi
lembab/lengket.
- Tidak tertutupinya rasa tidak enak dari beberapa bahan obat, misal
pahit, sepat ( meskipun bisa dikurangi dengan penambahan pemanis ).
• Kelebihan dan kekurangan sediaan bentuk cair.
Kelebihan :
- Penyerapan/absorbsi obat lebih cepat dibanding sediaan padat.
- Keseragaman dosis lebih terjamin dibanding sediaan padat karena
dalam bentuk larutan bahan obat terdispersi secara molekuler.
- Bila akan diencerkan atau dicampur dengan bahan obat lain
keseragaman
obat tetap terjaga.
- Lebih disukai oleh penderita yang tidak bisa menelan tablet atau kapsul.
- Dapat diberi perasa atau pewarna yang menarik sehingga bisa
menimbulkan kepatuhan minum obat pada penderita, terutama
anakanak.
• Kekurangan :
• - Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak
stabil/mudah rusak dalam air.
• - Tidak praktis untuk dibawa kemana-mana.
• - Lebih mudah ditumbuhi jamur atau mikroba
lain dibandingkan bentuk
• padat.
• Pertanyaan
1. Pertimbangan apa saja yang diperlukan ahli farmasi sebelum
membuat produk obat ? Beri penjelasan singkat.
2. Mengapa kelarutan sangat berpengaruh pada khasiat obat ?
3. Bagaimana cara menjaga kestabilan suatu sediaan obat?
4. Jelaskan cara-cara yang ditempuh untuk memperbesar kelarutan
suatu zat.
5. Mengapa cara pemberian obat mempengaruhi khasiat obat ?
6. Sebutkan keuntungan bentuk sediaan cair.
7. Apa yang dimaksud dengan cara mencampur bahan metode
ayakan?
8. Akan dibuat sirup obat batuk dengan zat aktif Dektrometorfan. Beri
beberapa alternatif bentuk sediaan yang sesuai untuk anak-anak.
9. Apa fungsi ∝ -𝑡𝑜𝑐𝑜𝑝ℎ𝑒𝑟𝑜𝑙 pada sediaan emulsi?.
10. Bahan tambahan apa saja yang diperlukan untuk membuat sediaan
cream ?
Muh. Fajar Fauzi
KAPSUL
Muh. Fajar Fauzi
UNGUENTUM
Muh. Fajar Fauzi
LARUTAN
Muh. Fajar Fauzi
EMULSI
Muh. Fajar Fauzi
SUSPENSI
Muh. Fajar Fauzi
SUPPOSITORIA
Muh. Fajar Fauzi
TABLET