Anda di halaman 1dari 56

ILMU RESEP II

Muh. Fajar Fauzi


Muh. Fajar Fauzi

PRE FORMULASI
Pendahuluan
• Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya
sebelum dan formulasi yang artinya
perumusan atau penyusunan.
• Preformulasi meliputi pengkajian tentang
karakteristik/sifat-sifat dari bahan obat dan
bahan tambahan obat yang akan diformulasi.
Tujuan
• Membuat formula yang tepat sehingga
menghasilkan produk akhir berupa sediaan
farmasi yang aman, berkhasiat, stabil dan
nyaman ketika digunakan.
Pertimbangan Umum Pre Formulasi
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat.
• Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu
bentuk padat ( puyer, tablet, kapsul, suppositoria ),
bentuk setengah padat ( salep, pasta, krim ) dan bentuk
cair ( larutan, suspensi, emulsi )
• Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :
– sifat-sifat fisika-kimia zat aktif
– kerja obat yang diinginkan
– Kondisi pasien
2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan

Bahan tambahan diperlukan untuk :


• Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet, larutan, dll ).
Contoh :
– Sediaan tablet selain zat aktif, digunakan bahan tambahan berupa bahan pengisi untuk
memperbesar volume tablet, bahan pengikat untuk merekatkan serbuk bahan obat, bahan
penghancur untuk mempercepat pecahnya tablet di dalam lambung, dan bahan penyalut
yang digunakan untuk memperbaiki kestabilan, mengontrol penghancuran dan
mempercantik penampilan tablet.
– Pada sediaan larutan digunakan bahan tambahan berupa pelarut untuk melarutkan bahan
obat, dapat juga ditambahkan bahan penstabil untuk mencegah peruraian bahan obat,
bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba, bahan pemberi warna dan rasa
untuk memperbaiki rasa dan penampilan produk.
– Sediaan salep, pasta, krim dan lain-lain.
» Menjaga kestabilan sediaan obat ( misal : pengawet, pensuspensi, pengemulsi ).
» Menjaga kestabilan zat aktif ( misal : antioksidan ).
• 3. Kenyamanan saat penggunaan.
– Kenyamanan saat digunakan penting untuk diperhatikan karena akan
mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat. Jika obat berasa tidak enak
maka orang akan enggan mengkonsumsinya.
– Rasa yang tidak enak dari obat dapat ditutupi dengan penambahan
corrigens saporis, bau yang tidak enak ditutupi dengan corrigens odoris,
dan warna yang kurang menarik ditutupi dengan corrigens coloris.
– Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal Ampisilin dan Amoksisilin
dapat diatasi dengan penggunaan bentuk garamnya yaitu Ampisilin
trihidrat dan Amoksisilin trihidrat yang tidak pahit.
– Sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu : halus,
mudah dioleskan, tidak terlalu lengket dan tidak meninggalkan bekas
noda pada pakaian.
• 4. Kestabilan sediaan obat.
– Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan
yang stabil, tidak menampakkan tanda-tanda kerusakan.
Tandatanda kerusakan yang umum ditemui pada sediaan obat
misalnya:
terjadi perubahan warna, bau, rasa, timbulnya kristal pada
permukaan tablet/kaplet, memisahnya air dan minyak pada
sediaan krim / emulsi.
– Untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu dilakukan :
• penambahan bahan tambahan tertentu ( misalnya : pengawet ).
• pengemasan yang tepat.
• pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.
5. Khasiat obat.
Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan :
• Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika zat aktif
tidak stabil dalam media air, maka tidak diformulasi
dalam bentuk cair.
• Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh
mengurangi khasiat zat aktifnya.
• Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.
Formula Beberapa Bentuk Sediaan Obat
• Formula Tablet
– Bahan obat aktif : 1% - 50%
– Bahan tambahan obat : 50% - 90%,
– terdiri dari :Pengisi, pengikat, penghancur, pelicin, pelumas, pemberi warna,
perasa, penyalut.
• Formula Unguentum
– Bahan obat aktif : 1% - 10%
– Bahan tambahan obat : 90% - 99%,
– terdiri dari : Dasar salep, pengawet, pewarna.
• Formula Krim
– Bahan obat aktif : 1% - 10%
– Bahan tambahan obat : 90% - 99%
– terdiri dari :Dasar krim, pewangi, pengawet, pewarna.
• Formula Suspensi
– Bahan obat aktif : 1% - 10%
– Bahan tambahan obat : 90% - 99%
– terdiri dari :Pembawa/pelarut, pensuspensi,
perasa, pengawet.
• Formula Injeksi
– Bahan obat aktif : 1% - 20%
– Bahan tambahan obat : 80% - 99%
– terdiri dari : Pembawa, pengisotoni, pengawet.
Tugas Awal
Tuliskan bahan obat yang dibuat sediaan suspensi,
a. ...........................
b. ...........................
c. ...........................
d. ..........................
Tuliskan bahan obat yang dibuat sediaan injeksi
a. ..............................
b. ..............................
c. ..............................
d. ..............................
Sifat-sifat fisika-kimia bahan obat dan
bahan tambahan obat
• Rasa, bau dan warna zat
Rasa, bau dan warna zat harus diketahui agar bisa
menentukan bahan tambahan obat seperti :
• corrigens saporis
• corrigens odoris
• corrigens coloris
• Kelarutan
– Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui
terutama kelarutan dalam air.
– Bahan obat yang mudah larut dalam air akan lebih
mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat
memberikan efek terapi.
Sehingga untuk zat aktif yang mudah larut dan
stabil dalam air, lebih baik bila dibuat dalam
bentuk cair.
– Bahan obat yang relatif tidak larut dalam air, absorpsinya kurang
sempurna. Oleh karena itu dilakukan upaya untuk mempertinggi
kelarutan obat dengan cara :
• mikronisasi ( memperkecil ukuran partikel zat supaya mudah
larut ).
• membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air ( misal pada
pembentukan senyawa kompleks NaI3, KI3 ).
• menggunakan bentuk garamnya ( misal : Phenobarbital sukar larut dalam
air, diganti bentuk garamnya yaitu Phenobarbital Na yang mudah larut
air ).
• menggunakan pelarut campuran ( misal : air dan etanol seperti pada
sediaan Elixir ).
• Bila bahan obat sukar larut air tetapi diinginkan bentuk cair, maka dibuat
bentuk suspensi dengan penambahan bahan pensuspensi.
• Ukuran partikel.
Ukuran partikel berpengaruh pada :
– Laju disolusi bahan obat (kecepatan melarutnya
obat)
– Keseragaman isi
– Laju pengendapan
• Kestabilan bahan obat
Reaksi-reaksi kimia yang mempengaruhi
kestabilan bahan obat :
– Hidrolisa
• Reaksi hidrolisa adalah reaksi peruraian suatu zat oleh air.
• Bahan obat yang mudah terhidrolisa harus dibuat dalam
bentuk padat ( tablet, kapsul, serbuk
• Untuk bahan obat yang mudah terhidrolisa tersebut bila
tetap hendak dibuat bentuk cair sebaiknya dipilihkan pelarut
non air, misal : Etanol, Propilenglikol, Gliserin atau dibuat
sediaan sirup kering / dry syrup.
• Oksidasi
– Pada beberapa bahan obat akan terjadi reaksi oksidasi bila
terpapar cahaya terlalu lama, terkena panas atau bila bereaksi
dengan gas oksigen. Contoh : Iodium, Kalium Permanganat (PK)
– Terjadinya reaksi oksidasi ditandai dengan berubahnya warna, bau
bahan obat, atau terbentuknya endapan.
– Untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi perlu ditambahkan
bahan antioksidan.
– Antioksidan untuk sediaan farmasi yang pembawanya berupa air
adalah Natrium bisulfit dan Asam Askorbat ( Vitamin C ).
Sedang pada sediaan farmasi berupa minyak digunakan
antioksidan Alfatokoferol ( Vitamin E ).
Contoh Beberapa Bahan Tambahan Obat
Bahan Tambahan Lain
• Berikut ini adalah sifat-sifat fisika-kimia dari beberapa
bahan obat yang diambil dari daftar monografi pada buku
Farmakope Indonesia edisi III dan alternatif formulasinya.
• Bahan obat : Parasetamolum / Parasetamol Asetaminofen
– Pemerian : serbuk hablur, warna putih, tidak berbau, rasa pahit
– Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian
– Etanol (95%)P, larut dalam 13 bagian Aceton P, dalam 40 bagian
Gliserin P, dalam 9 bagian Propilenglikol P, larut dalam larutan
Alkali Hidroksida.
– Sifat-sifat lain : Parasetamol stabil dalam suasana berair.
– Kegunaan : Analgesik dan antipiretik.
• Karena Parasetamol baik dalam keadaan
kering maupun berair/lembab, maka
Parasetamol dapat diformulasi dalam bentuk
padat (tablet, kapsul atau pulveres).
• Bentuk cair. Karena Parasetamol agak sukar
larut dalam air, maka tidak dapat dibuat dalam
bentuk larutan, tetapi dibuat dalam bentuk
Suspensi atau dalam bentuk Eliksir.
FORMULA TABLET PARASETAMOL 500 mg/tablet

• Bahan obat aktif :50% (Parasetamol)


• Bahan tambahan obat : 50%
– Pengisi 35% : Laktosa
– Pengikat 2% : Metil selulosa
– Penghancur 10% : Amylum Maydis
– Pelicin 1% : Silika koloidal
– Pelumas 1% : Magnesium stearat
– Pemberi warna 0,2% : Tartazin
FORMULA SUSPENSI PARASETAMOL 125 mg/5 ml

• Bahan obat aktif : 10% (Parasetamol)


• Bahan tambahan obat : 90%
– Pembawa 86,5% : Air
– Pensuspensi 2% : CMC (karboksi metil selulosa)
– Perasa 1% : Karamel
– Pengawet 0,5% : Metil paraben
Cara Pencampuran Bahan
• Apabila dalam sediaan obat terdapat lebih dari dua bahan, maka
pencampuran harus dilakukan sebaik mungkin supaya didapatkan
campuran yang homogen.
• Ada beberapa metode pencampuran, yaitu :
– Spatula.
Bahan digerus di atas kertas dengan memakai spatula. Metode ini
hasilnya kurang maksimal, terlebih bila serbuk yang dicampur jumlahnya
banyak.
– Triturasi.
Bahan digerus di dalam lumpang porselen atau lumpang kayu, bisa
juga lumpang dari kaca. Lebih disukai lumpang porselen yang permukaan
dalamnya kasar. Hasil yang diperoleh cukup bagus. Saat
ini metode inilah yang paling umum digunakan di apotek dan di laboratorium.
– Ayakan.
Bahan dicampur dengan cara melewatkannya
melalui ayakan. Hasil campuran yang diperoleh
biasanya agak halus. Cara ini kurang diyakini
homogenitasnya.
– Tumbling.
Bahan diguling-gulingkan supaya tercampur
merata. Metode ini digunakan untuk mencampur
serbuk dalam jumlah besar, dengan menggunakan
mesin penggiling serbuk yang dirancang khusus.
Selain itu, cara mencampur bahan obat maupun
bahan tambahan obat harus sesuai dengan sifat-
sifat fisika-kimia masing-masing bahan.

Beberapa bahan obat akan menampakkan reaksi


yang tidak diinginkan bila dicampur, misalnya
terjadi penggumpalan, perubahan warna atau
reaksi lain yang akan menyebabkan menurun
atau hilangnya khasiat dari bahan obat tersebut.
Pedoman Cara Mencampur Bahan-Bahan
Obat
• Bentuk sediaan padat.
– Bila terjadi reaksi penggumpalan antara bahan-bahan obat, maka
sebelum dicampur masing-masing bahan obat dilapisi dulu
dengan bahan tambahan.
Contoh : Asam Salisilat dan Seng Oksida bila dicampur langsung
maka lama kelamaan akan mengeras, sehingga sebelum keduanya
dicampur, masing-masing dilapisi dulu dengan bahan tambahan.

– Bila ada bahan obat bentuk kristal dalam sediaan maka larutkan
dulu dengan pelarut yang sesuai. Contoh : Asam Salisilat, maka
harus dilarutkan dulu dengan Etanol 95%, kemudian segera
dicampur dengan bahan tambahan sampai kering.
– Bila ada bahan obat yang bersifat higroskopis ( mudah lembab ), maka
digerus dalam mortir/lumpang panas untuk menguapkan air yang
terkandung pada bahan obat tersebut.

– Bila ada bahan obat yang merupakan campuran eutektik yaitu


campuran yang titik leburnya menjadi lebih rendah dibanding bila
bahan tersebut berdiri sendiri, misalnya Camphora dan Mentholum,
maka biarkan campuran tersebut meleleh terlebih dulu, kemudian
dikeringkan dengan bahan tambahan.

– Bila ada bahan obat berupa minyak atsiri, maka ditambahkan terakhir
supaya tidak ikut digerus terlalu lama karena minyak atsiri sangat
mudah menguap.
• Bentuk sediaan setengah padat.
Cara mencampur bahan-bahan obat maupun
bahan tambahan obat berpedoman pada 4
ketentuan umum cara pembuatan salep.
• Bentuk sediaan cair
– Bentuk sediaan larutan : bahan obat dilarutkan dengan pelarut
secukupnya, kemudian ditambah dengan sisa pelarut sampai
volume
atau berat yang diminta.
– Bentuk sediaan suspensi : bahan obat yang tidak larut dicampur
dengan bahan pensuspensi, kemudian ditambah pelarut dengan
volume yang sudah ditentukan sampai terbentuk suspensi, setelah
itu dicampur dengan sisa pelarut sampai volume atau berat yang
diminta.
– Bentuk sediaan emulsi : dibuat dulu korpus emulsi, kemudian
campur dengan bahan obat dan diambahkan sisa pelarut sampai
volume atauberat yang diminta.
• D. Pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat.
Khasiat obat atau efek terapi obat adalah respon yang dialami oleh tubuh
setelah penggunaan obat.
Hal-hal yang mempengaruhi khasiat obat :
 Dosis obat yang digunakan.
Dosis obat ( zat aktif ) yang digunakan harus mampu menimbulkan
efek terapi bagi si pemakai. Dosis tersebut disebut dosis terapi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tiap-tiap
obat mempunyai dosis terapi masing-masing. Di dunia industri obatobatan, dosis terapi ini
dibuat dalam dosis tertentu yang dikenal
dengan istilah dosis lazim. Dosis lazim ini umumnya ditujukan untuk
orang dewasa. Untuk bayi, anak-anak, dan orang tua harus dilakukan
penyesuaian dosis.
Contoh dosis lazim :
Parasetamol 500 mg/tablet, Kloramfenikol 250mg/tablet, Ampisilin
500mg/tablet.
•  Absorpsi obat.
Agar suatu obat dapat menghasilkan efek terapi / khasiat, obat
tersebut harus larut, kemudian diasbsorpsi/menembus membran
biologis dan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan dan organ-organ
tubuh.
Untuk obat pemakaian oral, absorbsi dipengaruhi oleh kelarutan obat
di dalam
lambung. Umumnya makin cepat larut dalam lambung makin cepat
pula absorpsinya sehingga makin cepat pula efek terapi yang
ditimbulkan.
Untuk obat pemakaian luar seperti salep, obat tetes mata, obat tetes
hidung, suppositoria, absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat
dalam selaput lendir yang terdapat pada mata, hidung, telinga, rectum
dan vagina.
• Cara pemberian obat.
Cara pemberian obat akan berpengaruh pada kecepatan absorpsi zat
aktif.
Cara pemberian obat dikelompokkan dalam :
o Secara oral, yaitu penggunaan obat melalui mulut.
Obat paling sering digunakan dengan cara oral karena alami, tidak
sulit dan aman dalam penggunaan. Tetapi efek terapi obat lebih
lambat dibandingkan pemakaian secara parenteral.
o Secara Topikal, yaitu penggunaan obat melalui permukaan kulit dan
menghasilkan efek lokal dan sebagian dapat diabsorbsi kedalam
jaringan dibawah kulit.
o Secara rektal, yaitu penggunaan obat melalui anus / rektum.
Beberapa obat sering diberikan secara rektal untuk memperoleh
efek lokal. Tetapi bisa juga untuk efek sistemik, seperti obat-obat
analgesik. Obat diabsorpsi melalui rectum, tidak melalui
metabolisme di hati. Efek terapi yang dihasilkan lebih cepat
dibandingkan secara oral.
o Secara parenteral, yaitu penggunaan obat melalui penyuntikan
dengan alat jarum suntik ( intravena, intramuscular, subcutan ).
Efek terapi yang dihasilkan paling cepat dibandingkan dengan
bentuk sediaan lain, terutama yang secara intravena karena
langsung masuk dalam darah.
• Bentuk sediaan.
Untuk mengetahui pengaruh bentuk sediaan obat terhadap khasiat
obat telah dilakukan penelitian uji klinis berupa pengukuran kadar obat
dalam darah setelah pemberian obat . Penelitian tersebut digunakan
untuk membandingkan absorpsi obat dari berbagai bentuk sediaan,
khususnya sediaan obat untuk pemakaian oral.
Pengukuran kadar obat dilakukan beberapa kali, dimulai dari saat obat
diminum sampai 12 jam sesudahnya. Hasil pengukuran dirupakan
dalam bentuk grafik.
• Di bawah ini grafik kadar obat dalam darah
versus waktu setelah
pemberianobatdari berbagai bentuk sediaan
untuk zat aktif yang
sama.
• Keterangan grafik :
Waktu yang diperlukan untuk mencapai Konsentrasi Efektif Minimum dari
ketiga bentuk sediaan tersebut berbeda. Urutan dari yang paling cepat :
sediaan cair, sediaan pulveres/puyer, dan sediaan tablet.
Sehingga dapat disimpulkan :
Dari ketiga bentuk sediaan tersebut sediaan cair paling cepat menghasilkan
efek terapi / khasiat. Sediaan berikutnya adalah pulveres, kemudian sediaan
tablet.
Hal ini disebabkan :
- sediaan cair sudah berada dalam bentuk larutan sehingga lebih mudah
diabsorpsi dibandingkan sediaan pulveres dan sediaan tablet.
- pulveres memerlukan waktu beberapa saat untuk larut dalam cairan
lambung sebelum akhirnya diabsorpsi.
- Sediaan tablet memerlukan waktu untuk hancur terlebih dulu, sebelum
akhirnya larut dan diabsorpsi.
• Dalam memilih bentuk sediaan yang tepat
supaya diperoleh khasiat yang
optimum, ada hal lain yang harus
dipertimbangkan oleh dokter maupun
penyusun formula obat yaitu kelebihan dan
kekurangan masing-masing
bentuk sediaan.
• Kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan padat.
Kelebihan :
- Besar kecilnya dosis dapat ditentukan oleh dokter sesuai dengan
keadaan penderita.
- Sangat sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil dalam bentuk cair,
misalnya golongan Antibiotik ( contoh : Ampisilin, Amoksisilin,
Chloramphenicol ,dll ). Obat golongan Antibiotik selalu diproduksi dalam
bentuk padat, yaitu tablet, kaplet, kapsul dan serbuk / sirup kering.
- Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair.
Kekurangan :
- Selama penyimpanannya kadang-kadang serbuk menjadi
lembab/lengket.
- Tidak tertutupinya rasa tidak enak dari beberapa bahan obat, misal
pahit, sepat ( meskipun bisa dikurangi dengan penambahan pemanis ).
• Kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan padat.
Kelebihan :
- Besar kecilnya dosis dapat ditentukan oleh dokter sesuai dengan
keadaan penderita.
- Sangat sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil dalam bentuk cair,
misalnya golongan Antibiotik ( contoh : Ampisilin, Amoksisilin,
Chloramphenicol ,dll ). Obat golongan Antibiotik selalu diproduksi dalam
bentuk padat, yaitu tablet, kaplet, kapsul dan serbuk / sirup kering.
- Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair.
Kekurangan :
- Selama penyimpanannya kadang-kadang serbuk menjadi
lembab/lengket.
- Tidak tertutupinya rasa tidak enak dari beberapa bahan obat, misal
pahit, sepat ( meskipun bisa dikurangi dengan penambahan pemanis ).
• Kelebihan dan kekurangan sediaan bentuk cair.
Kelebihan :
- Penyerapan/absorbsi obat lebih cepat dibanding sediaan padat.
- Keseragaman dosis lebih terjamin dibanding sediaan padat karena
dalam bentuk larutan bahan obat terdispersi secara molekuler.
- Bila akan diencerkan atau dicampur dengan bahan obat lain
keseragaman
obat tetap terjaga.
- Lebih disukai oleh penderita yang tidak bisa menelan tablet atau kapsul.
- Dapat diberi perasa atau pewarna yang menarik sehingga bisa
menimbulkan kepatuhan minum obat pada penderita, terutama
anakanak.
• Kekurangan :
• - Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak
stabil/mudah rusak dalam air.
• - Tidak praktis untuk dibawa kemana-mana.
• - Lebih mudah ditumbuhi jamur atau mikroba
lain dibandingkan bentuk
• padat.
• Pertanyaan
1. Pertimbangan apa saja yang diperlukan ahli farmasi sebelum
membuat produk obat ? Beri penjelasan singkat.
2. Mengapa kelarutan sangat berpengaruh pada khasiat obat ?
3. Bagaimana cara menjaga kestabilan suatu sediaan obat?
4. Jelaskan cara-cara yang ditempuh untuk memperbesar kelarutan
suatu zat.
5. Mengapa cara pemberian obat mempengaruhi khasiat obat ?
6. Sebutkan keuntungan bentuk sediaan cair.
7. Apa yang dimaksud dengan cara mencampur bahan metode
ayakan?
8. Akan dibuat sirup obat batuk dengan zat aktif Dektrometorfan. Beri
beberapa alternatif bentuk sediaan yang sesuai untuk anak-anak.
9. Apa fungsi ∝ -𝑡𝑜𝑐𝑜𝑝ℎ𝑒𝑟𝑜𝑙 pada sediaan emulsi?.
10. Bahan tambahan apa saja yang diperlukan untuk membuat sediaan
cream ?
Muh. Fajar Fauzi

KAPSUL
Muh. Fajar Fauzi

UNGUENTUM
Muh. Fajar Fauzi

LARUTAN
Muh. Fajar Fauzi

EMULSI
Muh. Fajar Fauzi

SUSPENSI
Muh. Fajar Fauzi

SUPPOSITORIA
Muh. Fajar Fauzi

TABLET

Anda mungkin juga menyukai