Anda di halaman 1dari 30

TEKNOLOGI SEMIKONDUKTOR

“PROSES FLOAT ZONE SILIKON”


DOSEN : Bpk. KISWANTA

Disusun Oleh:

Muhammad Adam 161010150037


Muhammad Khoir 161010150064

Kelas 06TELE001
PEMBAHASAN

2.1 Silikon
2.1.1 Pengertian Silikon
Silikon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Si dan nomor atom 14. Senyawa yang
dibentuk bersifat paramagnetik. Unsur kimia ini ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius. Silikon merupakan unsur metaloid
tetravalensi, bersifat lebih tidak reaktif daripada karbon (unsur nonlogam yang tepat berada di atasnya pada tabel periodik,
tapi lebih reaktif daripada germanium, metaloid yang berada persis di bawahnya pada tabel periodik. Kontroversi
mengenai sifat-sifat silikon bermula sejak penemuannya: silikon pertama kali dibuat dalam bentuk murninya pada tahun
1824 dengan nama silisium (dari kata bahasa Latin: silicis), dengan akhiran -ium yang berarti logam. Meski begitu, pada
tahun 1831, namanya diganti menjadi silikon karena sifat-sifat fisiknya lebih mirip dengan karbon dan boron.
Silikon adalah polimer nonorganik yang bervariasi, dari cairan, gel, karet, hingga sejenis plastik keras. Beberapa
karakteristik khusus silikon: tak berbau, tak berwarna, kedap air, serta tak rusak akibat bahan kimia dan proses oksidasi,
tahan dalam suhu tinggi, serta tidak dapat menghantarkan listrik.
Silikon merupakan elemen terbanyak kedelapan di alam semesta dari segi massanya, tapi sangat jarang
ditemukan dalam bentuk murni di alam. Silikon paling banyak terdistribusi pada debu, pasir, planetoid,
dan planet dalam berbagai bentuk seperti silikon dioksida atau silikat. Lebih dari 90% kerak bumi terdiri
dari mineral silikat, menjadikan silikon sebagai unsur kedua paling melimpah di kerak bumi (sekitar 28%
massa) setelah oksigen.
2.1.2 Karakteristik Silikon
2.1.2.1 Fisika

Silikon berbentuk padat pada suhu ruangan, dengan titik lebur dan titik didih masing-masing 1.400 dan
2.800 derajat celsius. Yang menarik, silikon mempunyai massa jenis yang lebih besar ketika dalam
bentuk cair dibanding dalam bentuk padatannya. Tapi seperti kebanyakan substansi lainnya, silikon tidak
akan bercampur ketika dalam fase padatnya, tapi hanya meluas, sama seperti es yang memiliki massa jenis
lebih kecil daripada air. Karena mempunyai konduktivitas thermal yang tinggi (149 W·m−1·K−1), silikon
bersifat mengalirkan panas sehingga tidak pernah dipakai untuk menginsulasi benda panas.
 Dalam bentuk kristalnya, silikon murni berwarna abu-abu metalik. Seperti germanium, silikon
agak kuat tapi sangat rapuh dan mudah mengelupas. Seperti karbon dan germanium, silikon
mengkristal dalam struktur kristal kubus berlian, dengan jarak kisi 0,5430710 nm (5.430710 Å).
 Orbital elektron terluar dari silikon mempunyai 4 elektron valensi. Kulit atom 1s,2s,2p, dan 3s
terisi penuh, sedangkan kulit atom 3p hanya terisi 2 dari jumlah maksimumnya 6. Silikon bersifat
semikonduktor.
Konfigurasi [Ne] 3S23P2
Fase Solid
Titik leleh 1687 ⁰K ( 1410 ⁰C, 5909 ⁰F )
Titik didih 3538 ⁰K ( 2355 ⁰C, 5909 ⁰F )
Distribusi elektron 8,2
Energi pengionan, eV/atm 8,2
Jari-jari kovalen atom 790 ( 1,17A0 )
Jari-jari ion 0,41 ( Si4+ )
Keelektronegativan 1,8
Berat atom standar 28,085 g.mol-1
Bahan beku 50,21 KJ.mol-1
Kapasitas bahan ( 250C ) 19,789 J.mol.K-1
Bahan penguapan 359 KJ.mol-1
Energi ikat diri, KJ mol-1 210-250
2.1.2.2 Kimia

Bubuk Silikon
Silikon merupakan metaloid, siap untuk memberikan atau berbagi 4 atom terluarnya, sehingga
memungkinkan banyak ikatan kimia. Meski silikon bersifat relatif inert seperti karbon, silikon masih
dapat bereaksi dengan halogen dan alkali encer. Kebanyakan asam (kecuali asam nitrat dan
asam hidrofluorat) tidak bereaksi dengan silikon. Silikon dengan 4 elektron valensinya mempunyai
kemungkinan untuk bergabung dengan elemen atau senyawa kimia lainnya pada kondisi yang sesuai.
Silikon yang eksis di alam terdiri dari 3 isotop yang stabil, yaitu silikon-28, silikon-29, dan silikon-
30, dengan silikon-28 yang paling melimpah (92% kelimpahan alami). Out of these, only silicon-29 is
of use in NMR and EPR spectroscopy. Dua puluh radioisotop telah diketahui, dengan silikon-32
sebagai yang paling stabil dengan paruh waktu 170 tahun dan silikon-31 dengan waktu paruh 157,3
menit. Sisa isotop radioaktif lainnya mempunyai paruh waktu kurang dari 7 detik dan kebanyakan
malah kurang dari 0,1 detik. Silikon tidak mempunyai isomer nuklir.

Isotop dari silikon mempunyai nomor massa berkisar antara 22 sampai 44. Bentuk peluruhan paling
umum dari 6 isotop yang nomor massanya dibawah isotop paling stabil (silikon-28) adalah β+,
utamanya membentuk isotop aluminium (13 proton) sebagai produk peluruhannya. Untuk 16 isotop
yang nomor massanya diatas 28, bentuk peluruhan paling umumnya adalah β−, utamanya membentuk
isotop fosfor (15 proton) sebagai produk peluruhan.
2.1.2.3 Keberadaan

Quartz crystal cluster dari Tibet, mineral alami ini mempunyai rumus kimia SiO₂

Jika diukur berdasarkan massanya, silikon membentuk 27,7% massa kerak bumi dan merupakan
unsur kedua yang paling melimpah di kerak bumi setelah oksigen.[11] Silikon biasanya ditemukan
dalam bentuk mineral silikat yang kompleks, dan lebih jarang lagi dalam bentuk silikon dioksida (silika,
komponen utama pada pasir). Kristal silikon murni amat sangat jarang ditemukan di alam.
Mineral silikat- berbagai macam mineral yang terdiri dari silikon, oksigen, dan berbagai logam reaktif
—membentuk 90% massa kerak bumi. Hal ini dikarenakan suhu panas pada proses pembentukan sistem
tata surya, silikon dan oksigen mempunyai afinitas yang besar satu sama lain, sehingga membentuk
senyawa kimia. Karena oksigen dan silikon adalah unsur non-gas dan non-logam terbanyak pada puing
supernova, mereka membentuk banyak silikat kompleks yang kemudian bergabung ke batuan
planetesimal yang membentuk planet kebumian. Disini, mstriks mineral silikat yang tereduksi
menangkap logam-logam yang reaktif untuk teroksidasi (aluminium, kalsium, natrium, kalium, dan
magnesium). Setelah gas-gasnya lepas, campuran silikat ini kemudian membentuk sebagian besar kerak
bumi. Karena silikat-silikat ini bermassa jenis rendah, baja, nikel, dan logam non-reaktif lainnya masuk
ke dalam inti bumi, sehingga menyisakan magnesium dan silikat besi di lapisan atas.
Beberapa contoh mineral silikat yang ada di kerak bumi antara lain kelompok piroksena, amfibol, mika,
dan feldspar. Mineral-mineral ini terdapat pada tanah liat dan beberapa jenis batuan seperti granit dan
batu kapur.
Silika terdapat pada mineral-mineral yang terdiri dari silikon dioksida murni dengan bentuk kristal yang
berbeda-beda: quartz, agate ametis, rock crystal, chalcedony, flint, jasper, dan opal. Kristal-kristal ini
memiliki rumus empiris silikon dioksida, tapi tidak terdiri dari molekul-molekul silikon dioksida. Silika
secara struktur mirip dengan berlian, terdiri dari padatan kristal tiga dimensi yang terdiri dari silikon
dan oksigen. Silika yang tidak murni membentuk kaca alam obsidian. Silika biogenik ada pada struktur
diatom, radiolaria dan siliceous sponge.
2.2 Ekstrak Metalurgi

Ekstraksi Metalurgi adalah pengetahuan yang mengkaji tentang cara-cara pengolahan logam dari
bijihnya hingga memperoleh logam yang siap untuk digunakan. Proses metalurgi dibagi menjadi 3
prinsip pengerjaan :

1. Perlakuan awal
2. Proses reduksi
3. Pemurnian (refining)
 
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain :

a. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang terekstrak dan kecepatan
ekstraksi.
b. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut.
c. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut.
Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
d. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain,
rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semakin kecil.
e. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut dengan zat terlarut.
f. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, karena kontak antara zat
terlarut dengan pelarut lebih lama.( Ubay, 2011).
 
2.3 Ektraksi Silikon

Ekstraksi Metalurgi adalah pengetahuan yang mengkaji tentang cara-cara pengolahan logam dari
bijihnya hingga memperoleh logam yang siap untuk digunakan. Proses metalurgi dibagi menjadi 3 prinsip
pengerjaan : (1) Perlakuan awal, dengan cara melakukan pemekatan bijih (concentration of ore) agar bijih
yang diinginkan terpisah dari materi pengotor (gangue). (2) Proses reduksi, yaitu mereduksi senyawa logam
yang ada pada bijih agar berubah menjadi logam bebas. (3) Pemurnian (refining), yaitu melakukan
pengolahan logam kotor melalui proses kimia agar diperoleh tingkat kemurnian tinggi.

a. Pemekatan Bijih
Pemekatan bijih ialah bertujuan untuk memisahkan mineral dari pengotornya sehingga diperoleh
kadar bijih tinggi. Pemekatan dapat dilakukan melalui dua teknik pemisahan, yaitu pemisahan secara fisis
dan pemisahan secara kimia. Pemisahan secara fisis terdiri dari : Pemisahan pengapungan (flotation
separation), Pemisahan gaya berat (gravity separation), Pemisahan magtetik (magnetic separation),
Pemisahan pencairan (liquation separation), dan Pemisahan amalgam (amalgams separation). Pemisahan
secara kimia terdiri dari : Proses pelindian (leaching), Proses pemanggangan (roasting), Pengapungan buih
(froth flotation) adalah proses pemisahan mineral menjadi bijih dari pengotor dengan cara mengapungkan
bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan buih. Prosess ini banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti
Cu, Pb, Zn, Ag, Au, dan Ni. Teknik pengerjaannya dilakukan dengan cara menghembuskan udara ke dalam
butiran mineral halus (telah mengalami proses crushing) yang dicampur dengan air dan zat pembuih.
Butiran mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan, sehingga terpisahkan dengan materi
pengotor (gangue) yang tinggal dalam air (tertinggal pada bagian bawah tank penampung). Pengikatan
butiran bijih akan semakin efektif apabila ditambahkan suatu zat collector.
Prinsip dasar pengikatan butiran bijih oleh gelembung udara berbuih melalui molekul collector adalah :
Butiran zat yang mempunyai permukaan hidrofilik akan terikat air sehingga akan tinggal pada dasar
tank penampung. Butiran zat yang mempunyai permukaan non-polar atau hidrofob akan ditolak air ,
jika ukuran butirannya tidak besar, maka akan naik ke permukaan dan terikat gelembung udara.
Kebanyakan mineral terdiri dari ion yang mempunyai permukaan hidrofil, sehinga partikel tersebut
dapat diikat air. Dengan penambahan zat collector, permukaan mineral yang terikat molekul air akan
terlepas dan akan berubah menjadi hidrofob. Dengan demikian ujung molekul hidrofob dari collector
akan terikat molekul hidrofob dari gelembung, sehingga mineral (bijih) dapat diapungkan. Molekul
collector mempunyai struktur yang mirip dengan detergen. Salah satu macam zat collector yang sering
dipakai untuk pemisahan mineral silfida adalah Xanthate.
b. Proses reduksi
Ada dua jenis reduksi senyawa logam, yaitu reduksi kimia dan reduksi elektrolitik. Kita ketahui
bahwa kereaktifan logam menentukan sekali di dalam memilih metode yang akan digunakan. Senyawa-
senyawa dari logam dengan kereaktifan rendah kebanyakan mudah direduksi. Sebaliknya senyawa-
senyawa dari logam sangat reaktif sukar direduksi.
● Reduksi kimia senyawa logam
Ketika sulfida-sulfida dari beberapa logam kurang reaktif dipanaskan, terjadilah proses reduksi. Ion
sulfida akan diubah menjadi belerang dioksida.
Misalnya Cu2S(s) + O2(g) 2 Cu(l) + SO2(g)
Ektraksi logam pada zaman dahulu dimulai dengan menggunakan bara arang sebagai reduktornya.
Karbon dan karbon monoksida (CO), mempunyai kemampuan mereduksi beberapa oksida logam
menjadi logam.
Misalnya 2CuO(s) + C(s) 2 Cu(l) + CO2(g)
CuO(s) + CO(g) 2 Cu(l) + CO2(g)
Gas netral seperti metana (CH4), dapat juga digunakan untuk mereduksi tembaga (II) oksida panas
menjadi logam tembaga. 4 CuO(s) + CH4(g) 4 Cu(l) + 2 H2O(g) + CO2(g) Namun perlu diingat tidak
semua senyawa logam dapat direduksi oleh C atau CH4.
Reaksi yang terjadi ini disebut pemanggangan (roasting) sekaligus peleburan (smelting).
Oksida-oksida logam yang memiliki posisi rendah sampai menengah pada deret kereaktifan logam
dapat direduksi dengan menggunakan kokas pada tanur. Oksida Fe, Pb, dan Sn direduksi dengan cara
ini. Ion seng, tembaga, dan nikel direduksi secara elektrolitik pada katode dari larutan garamnya.
Peleburan (smelting) dimaksudkan adalah proses reduksi bijih pada suhu tinggi hingga mendapatkan
material lelehan. Produk reduksi selama proses pelelehan disebut matte. Matte umumnya berupa
campuran sulfida, atau logam dan sulfida, dimana persentase logamnya meningkat sebagai hasil
pelelehan.
c. Pemurnian-pemurnian (refining)
Adalah suatu proses untuk merubah logam kotor menjadi logam dengan kemurnian tinggi. Ada
beberapa cara yang digunaan untuk melakukan pemurnian logam, yaitu : pelelehan (fusion), destilasi,
kristalisasi, elektrolisis, proses Parkes , proses Van Arkel (vapour phase refining), zone-refining, proses
Mond (purification via the volatile carbonyl compound), dan proses Bassemer (open hearth process).
Pemurnian dengan pelelehan (fusion) Proses ini biasanya dipakai untuk memurnikan logam Sn, Pb dan
Bi. Batang logam kotor ditempatkan dalam tungku yang dipanaskan pada suhu di atas titik leleh logam.
Lelehan logam murni ada di bagian atas, sedangkan pengotor berada pada bagian bawah. Untuk
memisahkan lelehan logam murni dari pengotor dilakukan dengan memiringkan tungku sehingga
lelehan logam murni mengalir ke celah samping tunggku.
● Pemurnian dengan destilasi
Logam-logam mudah menguap dapat dimurnikan dengan destilasi. Misalnya Hg, pemisahan Zn-Cd-Pb
dengan destilasi praksional. terpisahkan dari yang satu dengan yang lainnya.

● Pemurnian dengan kristalisasi


Metode ini banyak dilakukan untuk memurnikan logam-logam lantanida melalui garam rangkapnya
dengan kalium dan natrium. Demikian juga untuk pemisahan Pt dan Ir melalui amonium
heksakloroplatinat dan iridiat.

● Pemurnian dengan elektrolisis


Sel elektrolitik yang dipakai harus terbuat dari anode logam kotor (logam yang akan dimurnikan),
sedangkan katode terbuat dari logam murni yang dilapisi lapisan tipis grafit agar logam murni yang
dihasilkan mudah dilepas, sedangkan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam dari logam yang
akan dimurnikan. Selama elektrolisis berlangsung logam kotor sebagai anode akan larut, sedangkan
logam murni akan diendapkan pada katode. Pemurnian dengan cara ini hanyalah dapat dilakukan untuk
logam-logam yang keelektropositifannya rendah seperti Cu, Sn, Pb, Au, Zn, Cr, dan Ni. Jadi metode ini
digunakan untuk logam yang tidak bereaksi dengan air, mudah dioksidasi pada anode, dan mudah
direduksi pada katode
2.4 Proses ektsraksi silikon dengan metode reduksi

Mineral silikon merupakan mineral terbanyak ke dua di alam setelah gas helium. Walau terbilang
banyak pengambilan atau pemisahan Silikon murni dari mineralnya cukup sulit. Karenanya Silikon
diekstraksi dari senyawa oksida (silica) aau sulfidanya dengan metode reduksi. berikut tahapan-
tahapannya.

Tahapan 1

SiO2 dipanaskan dengan kokas (karbon) pada suhu ± 3000oC dalam tungku pembakaran
maupun tanur listrik. Pereaksi ditambahkan dari atas tungku. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

SiO2(s) + C(s) –> Si(l) + 2CO(g)


Tahapan 2

Lelehan Silikon yang dihasilkan dikeluarkan dari bawah tungku dan akan membentuk padatan.
Si yang dihasilkan cukup murni dan dapat digunakan antara lain untuk pembuatan paduan dengan
logam lain (alloy) Jika ingin memperoleh silikon dengan kemurnian lebih tinggi, maka dilanjutkan ke
tahap3 berikut.

Tahapan 3

Silikon dipanaskan dengan gas clorida. Reaksi yang terjadi adalah:

Si(s) + 2Cl2(g) –> SiCl4(l)

Tahapan 4

Lelehan SiCl4 selanjutnya dimurnikan dengan proses distilasi


Tahapan 5

SiCl4 lalu direduksi menjadi Si melalui pemanasan dengan H2 atau Mg. reaksi yang terjadi:

SiCl4 + 2H2 –> Si + 4HCl


SiCl4 + 2Mg –> Si + 2MgCl2

Tahapan 6

Produk reaksi dicuci dengan air panas untuk memperoleh Si

Tahapan 7

Silikon dimurnikan dengan alat zone refining. Dalam alat ini, batangan Si dilewatkan secara
perlahan melalui alat pemanas. Pada zona pemanasan, batangan Si tersebut akan meleleh. Karena zat
pengotor lebih mudah larut dalam lelehan dibanding dalam padatan Si, maka padatan tersebut akan
terkumpul didalam lelehan Si. Daerah lelehan yang tidak murni tersebut akan berpindah sepenjang
batangan Si, selama proses berlangsung. Ketika daerah lelehan yang tidak murni telah sampai ke ujung,
maka ujung ini akan dibiarkan membentuk padatan sebelum dipotong.
Diagram tahapan ekstraksi silikon

SiO₂ dipanaskan dengan kokas (karbon)


● SiO₂ + 2C(s) → Si(I) +2CO (g)

Terbentuk padatan Si

Silikon dipanaskan
● Si(s) + 2CI(g) → SiCI₄(I)
Proses pemurnian dengan cara distilasi

Proses reduksi
● SiCl₄ + 2H₂ → Si + 4HCI
● SiCI₄ + 2Mg → Si + 2MgCI₂

Pencucian

Zone refining
2.5 Penggunaan Silikon

Penggunaan penting dari silikon adalah dalam pembuatan transistor, chips, komputer dan sel surya.
Untuk tujuan itu diperlukan silikon ultra murni. Silikon juga digunakan dalam berbagai jenis alise
dengan besi (baja). Sedangkan senyawa silikon digunakan dalam industri. Silica dan silikat digunakan
untuk membuat gelas, keramik, porselin dan semen.
Larutan pekat natrium silikat (Na2SiO3), suatu zat padat amorf yang tidak berwarna, yang disebut
water glass, digunakan untuk pengawetan telur dan sebagai perekat, juga sebagai bahan pengisi (fillir)
dalam detergent.
Silikon karbida (SiC), merupakan zat padat yang sangat keras digunakan untuk ampelas (abrasive)
dan pelindung untuk pesawat ulang alik terhadap suhu yang tinggi sewaktu kembali kebumi. Silica gel,
suatu zat padat amorf yang sangat berfori, dibuat dengan melepas sebagian air dari asam silikat
(H2SiO3) atau (SiO2H2O). silica gel bersifat higroskopis (mengikat air) sehingga digunakan sebagai
pengering dalam berbagai macam produk.
Unsur silikon dan senyawa intermetaliknya banyak digunakan sebagai paduan untuk membentuk
aluminium, magnesium, tembaga, dan logam lainnya yang memiliki ketahanan tinggi.

Silikon metalurgi dengan kemurnian 98-99% digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
organosilicic dan resin silikon, segel, serta pelumas.

Dalam bidang elektronik, chip silikon digunakan dalam berbagai peralatan elektronik. Sel surya
juga menggunakan irisan tipis kristal silikon sebagai salah satu komponen utamanya.

Silikon dioksida digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi unsur silikon dan silikon
karbida. Kristal silikon berukuran besar digunakan untuk gelas piezoelektrik.

Dispersi koloid silikon dalam air digunakan sebagai agen pelapis dan sebagai bahan untuk
pembuatan enamel tertentu.

Bahan-bahan yang mengandung silikon yang dikenal baik


a. Keramik.
b. Semen
c. Kaca
d. Silikon
e. Zeolit
 
2.6 Penyalahgunaan Silikon

Di masyarakat, kata silikon bukan lagi hal yang tabu terutama di bidang kecantikan. Penggunaan
silikon khususnya yang cair sudah di larang oleh pemerintah sejak tahun 1970. Namun hingga kini
masih saja terjadi penyalahgunaan penyuntikan untuk tujuan mempercantik bagian tubuh tertentu para
wanita. Hal ini di lakukan karena kurangnya pengetahuan terhadap silikon itu sendiri. Penyuntikan
silikon cair tidak mengakibatkan kematian, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang bersifat
permanen. Kerusakan tersebut terjadi karena silikon cair yang disuntikkan langsung ke dalam tubuh
seperti sifat cairan umumnya akan mencari tempat yang rendah. Sebagian silikon mungkin berkumpul
di tempat- tempat tertentu sehingga membentuk benjolan.

Silikon bentuk cair dalam dunia medis, menurut dr. Donny V. Istiantoro dari Jakarta Eye Center,
digunakan dalam operasi retina. Retina dapat lepas dari posisinya karena berbagai faktor, sehingga perlu
dibantu perlekatannya dengan silikon cair.

Silikon sering digunakan untuk membuat serat optik dan dalam operasi plastik digunakan untuk
mengisi bagian tubuh pasien dalam bentuk silikone.

Silikon dalam bentuk mineral dikenal pula sebagai zat kersik.


Sebagian besar silikon digunakan secara komersial tanpa dipisahkan, terkadang dengan sedikit
pemrosesan dari senyawanya di alam. Contohnya adalah pemakaian langsung batuan, pasir silika, dan
tanah liat dalam pembangunan gedung. Silika juga terdapat pada keramik. Banyak senyawa silikon
modern seperti silikon karbida yang dipakai dalam pembuatan keramik berdaya tahan tinggi. Silikon
juga dipakai sebagai monomer dalam pembuatan polimer sintetik silikone.

Unsur silikon juga berperan besar terhadap ekonomi modern. Meski banyak silikon digunakan pada
proses penyulingan baja, pengecoran aluminium, dan beberapa proses industri kimia lainnya, sebagian
silikon juga digunakan sebagai bahan semikonduktor pada elektronik-elektronik. Karena
penggunaannya yang besar pada sirkuit terintegrasi, dasar dari komputer, maka kelangsungan teknologi
modern bergantung pada silikon.

Silikon juga merupakan elemen esensial pada biologi, meskipun hanya dibutuhkan hewan dalam
jumlah amat kecil. Beberapa jenis makhluk hidup yang membutuhkannya antara lain jenis porifera dan
mikroorganisme jenis diatom. Silikon digunakan untuk membuat struktur tubuh mereka.
 
 
THANK YOU
For Your Attention

Anda mungkin juga menyukai