Anda di halaman 1dari 26

Tata Guna Lahan dan Transportasi

A n g g o t a Ke l o m p o k

Haviva Ivana Z
180508001004

Raisya Lutfia F
180508001004

Nadaa Haniyah
180508001047

Yoeniar R
180508001044
BAB 4
Perkembangan Kota Dalam Konstelasi Regional

PENDAHULUAN

4.1 Faktor Perkembangan


4.2 Peranan dan Fungsi Kota
Kota
dalam Lingkup Wilayah
dalam Lingkup Wilayah

4.1.1 Teori Basis Ekonomi 4.2.1 Sistem kota-kota dan sistem


(Economic Base Theory) perkotaan

4.1.2 Teori Kutub Pertumbuhan 4.2.2 Peranan dan fungsi kota dalam
(Growth Pole Theory) konstelasi wilayah yang lebih luas

4.2.3 Sistem kota-kota global

4.2.4 Fenomena mega-urban


PENDAHULUAN
Pokok pembahasan utama nya adalah kota dalam konstelasi regional, yang memandang kota
sebagai nodal (kota dan sistem kota kota). Kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi
merupakan faktor penting untuk menciptakan perkembangan kota kota.

Perkembangan kota yang satu dengan yang lain nya memiliki perbedaan dalam tingkat
perkembangan di berbagai wilayah dan Negara yang dipengaruhi oleh faktor faktor antara lain
Economic Base Theory dan Growth Pole Theory

Dalam suatu sistem kota-kota, kota menjadi unsur atau elemen utama yang merupakan simpul-
simpul atau nodes, sedangkan hubungan atau interaksi antar-nodes merupakan pembentuk sistem,
dan akan berwujud sebagai aliran (flows) dalam suatu jejaring.

Dalam kontelasi wilayah yang lebih luas, kota kota memiliki hierarki, peranan atau fungsi kota dalam
hierarki sangat tergantung pada jumlah penduduk kota, tingkat perkembangan yang telah dicapai.
Namun pada banyak Negara berkembang, terjadi pula apa yang disebut sebagai fenomena primate
city.
4.1 Faktor Perkembangan Kota dalam Lingkup Wilayah
4 . 1 . 1 Te o r i B a s i s
E ko n om i
(Economic Base
Theory)
Pertumbuhan ekonomi dari suatu wilayah tergantung oleh demand dari luar wilayah tsb atau pendukung
utama suatu kota berasal dari penjualan barang/jasa yang berada diluar komunitas local (ekspor)

Berdasarkan scenario pertumbuhan menurut Wilbur Thompsons dapat diidentifikasi beberapa tahapan
perkembangan kota :
Export Spesialization, berfokus pada ekonomi lokal yang berorientasi ekspor
Export Complex, ekspor berkembang pada tahap selanjutnya sehingga timbul industry lain
dengan beragam produk
Economic Maturation, sector basis semakin ditunjang oleh non basis, yang ditandai dengan
berkembangnya sector jasa.
Regional Metropolis, batas wilayah mengekspansi wilayah lain dan muncul pusat serta
hinterland sebagai supplier.
Technical Profesional Virtuosity, kota memasuki sistem global, dengan industry hulu
pendukung berada dinegara lain.

Dalam teori economic base, ada dua konsep yang berpengaruh terhadap perkembangan kota yaitu,
economic of scale & urbanization economies.
Economic of scale adalah keuntungan karena dapat berproduksi secara berspesialisasi sehingga produksi
lebih besar dan biaya perunit nya lebih efisien , sedangkan urbanization economies adalah penghematan
karena urbanisasi.
Gambar 4.1 Struktur Dasar Ekonomi Perkotaan

SEKTOR NON-BASIS
Barang dan Jasa untuk
penjualan di dalam kota

Penyediaan barang
dan jasa untuk Pengeluaran di
sektor basis sektor non-basis

HAL. 126

Impor barang Ekspor barang


dan jasa dan jasa

SUPLAI SEKTOR BASIS PASAR


EKSTERNAL Barang dan Jasa untuk EKSTERNAL
Pengeluaran Pendapatan
penjualan di dalam kota
HAL. 127

is
bas
n
No

Ba
s is

0 Persentase Pekerja 100 0 1 2 3


Multiplier
Gambar 4.2 Hubungan antara komponen
basis dan nonbasis serta multiplier ekonomi
perkotaan dengan ukuran kota
4.1.2 Te o r i Ku t u b
Per tu mb u h an
(Growth Pole
Theory)

Teori ini menjelaskan perkembangan ekonomi kota dalam suatu wilayah yang luas dengan adanya
sumber daya yang menyebar dan penyerapan sumber daya yang timpang atau singkatnya Pusat
pembangunan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain.

Konsep konsep yang ada pada theory ini adalah :

Prospulsive Industry, industry sebagai pemicu perkembangan

Circular and Cumulative Causation, proses yang memungkinkan akumulasi perkembangan

Multiplier Effect, ketimpangan dapat diatasi oleh tricling down process dan spread effect
Kota pada dasarnya merupakan pusat pertumbuhan (growth pole) yang dapat diartikan
dengan dua cara yaitu secara fungsional dan geografis. Tidak semua kota dapat
dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan, karna pusat pertumbuhan harus memiliki 4 ciri
yaitu ;
• Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan
• Ada efek pengganda (multiplier effect)
• Adanya konsentrasi geografis
• Bersifat mendorong wilayah belakangnya.

Selain dari teori yang diuraikan diatas terdapat teori lain nya seperti Teori Central Place yaitu
suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang barang dan jasa
jasa untuk wilayah sekitarnya. Dan ada juga teori economic base/urban base yaitu perkembangan
ekspor akan secara langsung mengembangkan pendapatan dikota, disamping itu perkembangan
ekspor menimbulkan pula perkembangan industry industry yang menyediakan bahan mentah
dan jasa jasa untuk industry yang memproduksikan barang ekspor yang akan mendorong
pertambahan pendapatan kota yang lebih lanjut.
4.2 Peranan dan Fungsi Kota dalam Lingkup Wilayah
4 . 2 . 1 Sistem Kota-Kota dan
Sistem Perkotaan
Sistem kota-kota (system of cities) terjadi karena adanya keterkaitan antara satu kota dengan
kota yang lain baik secara spasial maupun fungsional. Keterkaitan antar kota dalam salam suatu
sistem terjadi karena adanya kota sebagai pusat koleksi/distribusi komoditas dan kota sebagai
simpul yang berbeda ukurannya tergantung jumlah penduduk, fungsi, dan hierarkinya.
Sistem Perkotaan (Urban System) merupakan aglomerasi kota dengan wilayah sekitarnya yang
masih memiliki sifat kekotaan. Suatu sistem perkotaan terdiri dari orang, kapital, faktor produksi,
ide-ide, informasi, dan inovasi. Pengembangan transportasi meningkatkan mobilitas penduduk dan
transfer komoditas antarwilayah.
Dalam sistem perkotaan, kota menjadi unsur utama dan merupakan simpul-simpul dalam
sistem ini.
Menurut Soegijoko (2005), ada 4 peran penting yang diemban oleh keterkaitan antar simpul-
simpul ini yaitu:
1. Mewujudkan integrasi spasial
2. Memungkinkan adanya diferensiasi dan spesialisasi dalam sistem perkotaan
3. Sebagai wahana untuk pengorganisasian kegiatan dalam ruang
4. Memfasilitasi serta menyalurkan perubahan-perubahan dari satu simpul ke simpul lainnya
dalam sistem.
Ditinjau dari lingkup wilayahnya, sistem kota-kota dapat mempunyai cakupan nasional atau subnasional.
Contoh subnasional: sistem perkotaan dalam satu pulau atau provinsi.
(bila cakupannya kabupaten --> sistem perkotaan lokal)

kota

functional urban areas

• Functional urban areas (kawasan sekitar kota)


• Daily urban systems (kota kota di functional urban areas yang saling berketerkaitan satu sama
lain dengan kegiatan aliran atau flows)

Dalam suatu sistem kota-kota, terjadinya pola keteraturan antara peringkat dan ukuran kota secara
konseptual dikenal sebagai Rank Size Rule.
Hierarki kota-kota dalam suatu negara sangat tergantung pada tingkat pembangunan ekonomi negara
tersebut. Ukuran kota kota di negara yang tingkat pembangunannya masih sangat rendah relatif hanya
berfungsi sebagai pusat pemenuh keperluan sektor pertanian dan penjualan hasil sektor itu sendiri.
Sedangkan kota besar, umumnya memiliki hubungan fungsional dengan kota di luar negeri.
Selain rank size rule, fenomena primate city pun terjadi di negara-negara berkembang.
Primate city atau kota unggul pada dasarnya merupakan pusat terpenting dari kegiatan industri, jasa-jasa
khusus dan daerah yang menciptakan potensi pasar terbesar. Namun keunggulan kota ini tidak dapat
diimbangi oleh kota-kota pada hierarki dibawahnya.
Seperti yang dinyatakan oleh Chong (1976, dalam Evers 1997) semua ibu kota di negara Asia Tenggara
pastilah terbesar di negaranya.

Pelabuhan Tanjung Priok Pusat perbelanjaan (Mal Grand Indonesia)

Stadion Gelora Bung Karno


4 . 2 . 2 P e r a n a n d a n Fu n g s i
Ko t a d a l a m Ko n s t e l a s i
Wilayah yang lebih luas
Dalam proses pembangunan, penanaman modal akan lebih memperbesar peranan kota-kota dlaam
perekonomian dan menyebabkan kegiatan ekonomi dalam ruang menjadi lebih efisien, karena para
pengusaha telah memilih lokasi yang paling baik dalam kegiatan ekonominya.
Peranan kota dalam pembangunan ekonomi sangat tergantung kepada fungsi yang dijalankan oleh kota
tersebut dalam perekonomian dimana menjadi pusat industri, perdagangan, dan pemerintahan.

John Friedmann (1973 dalam Soegijoko, 2005) mengemukakan bahwa kota-kota sangat berperan dalam
pembangunan nasional. Di negara negara berkembang pada umumnya tujuan pembangunan nasional
antara lain:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan


produksi dengan laju yang lebih pesat dari pertumbuhan penduduk

2. Peningkatan integrasi sosial melalui peningkatan partisipasi yang lebih efektif


dalam pembuatan keputusan publik yang menyangkut masyarakat
3. Peningkatan integrasi keruangan dengan menebarkan proses pembangunan ke
segenap kawasan dengan yang seimbang.
Di Indonesia, National Urban Development Strategy (NUDS, 1985) telah mengidentifikasi empat fungsi
dasar kota/perkotaan:

2. Interregional Communication.
1. Hinterland Services.
Kota yang memiliki dukungan fungsi yang
Fungsinya berkaitan dengan bidang ekonomi
kuat dari hinterland-nya.

3. Goods Processing ( Manufacturing) 4. Residential Subcenter


Manufaktur cenderung lebih dekat di Warga dengan pusat kota besar tumbuh
kawasan perkotaan yang lebih besar dengan lebih pesat.

Berdasarkan fungsinya dalam sistem pusat permukiman nasional, kota-kota di Indonesia terdiri dari:

Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


Gambar 4.4
Contoh PKN: Peta
Rencana tata ruang
pulau Jawa Bali

HAL. 144

Gambar4.5
Contoh PKW: Peta
Rencana struktur
ruang provinsi Jawa
Barat 2010
HAL. 145
Ta b e l 4 . 1 T i p o l o g i ( B e s a r a n d a n f u n g s i
u t a m a ) ko t a d i I n d o n e s i a Ta h u n 2 0 0 5
Fungsi Utama Outlet
Besaran kota th
No Ibu kota kab/kota Fungsi Kota Dominasi kegiatan wilayah di sekitarnya di masa mendatang
2005 Pelabuhan Bandara
Di jawa
1 DKI Jakarta Metro Utama Primer Primer PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
2 Surabaya Metro Utama Sekunder   PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
3 Bandung Metro - Sekunder PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
4 Tangerang Metro - - PKN Industri, Perdagangan, Jasa
5 Semarang Metro Utama Sekunder Sekunder PKN Perdagangan
6 Malang Metro - - PKW Pertanian, Industri, Permukiman, Jasa
7 Bekasi Metro - - PKN Industri, Perdagangan
8 Pekalongan Besar - - PKW Industri, Permukiman, Jasa
9 Surakarta Besar - Tersier PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
10 Tegal Besar Pengumpan reg. - PKW Pertanian, Industri, Perdagangan, Jasa
11 Yogyakarta Besar - Sekunder PKN Perdagangan, Jasa
12 Bogor Besar - - PKW Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
13 Depok Besar - - PKN Permukiman, Jasa
             
Di Luar Jawa
1 Medan Metro Utama Sekunder Primer PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
2 Palembang Metro Utama Tersier Sekunder PKN Industri, Perdagangan, Jasa
3 Makasar Metro Pengumpan reg. Primer PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
PKN Industri, Permukiman, Perdagangan, Jasa
4 Bandar Lampung Metro Utama Tersier Tersier
5 Padang Metro Utama Sekunder Sekunder PKN Perdagangan, Jasa
6 Denpasar Metro Utama Tersier Primer PKN Perdagangan, Jasa
7 Samarinda Besar Utama Sekunder Tersier PKN Industri, Perdagangan, Jasa
8 Pekanbaru Besar Utama Sekunder Sekunder PKN Perdagangan, Jasa, Permukiman
9 Banjarmasin Besar Pengumpan lokal Sekunder PKN Industri, Perdagangan
10 Manado Besar Pengumpan reg. Primer PKN Perdagangan, Jasa
11 Bengkulu Besar   Tersier PKW Industri, Perdagangan, Jasa
12 Pontianak Besar Utama Sekunder Sekunder PKN Perdagangan, Jasa, Permukiman
Balikpapan Besar Pengumpan reg. Primer PKN Industri Migas, Permukiman, Perdagangan, Jasa
13
14 Batam Besar Utama Primer Primer PKN Industri, Perdagangan, Jasa
15 Jambi Besar Pengumpan reg. Tersier PKN Industri, Perdagangan, Jasa
16 Kupang Besar Utama Sekunder Sekunder PKN Pertanian, Industri, Jasa
17 Mataram Besar - Sekunder PKN Industri, Perdagangan, Jasa
4.2.3 Sistem Kota-
Kota Global

Global artinya dunia sedangkan lization artinya adalah proses. Secara bahasa arti
Globalisasi adalah Suatu proses yang mendunia, suatu proses yang membuat manusia saling terbuka
dan bergantung satu sama lainnya tanpa batas waktu dan jarak.
Globalisasi yang ditandai dengan bebasnya aliran, modal, manusia, barang, serta informasi,
pada gilirannya membawa implikasi semakin terintegrasinya system sosio-ekonomi dan politik
secara global. Castells, sebagaimana dikutip Firman (dalam Iwan Kustiwan,2010:4.30) berpendapat
bahwa ruang tempat (space of places) telah berubah menjadi space of flows.
Globalisasi telah mengakibatkan restrukturisasi kota dan wilayah di dunia (Knock, 1994;
Sassen, 1994, dalam Firman, 2003 dalam Iwan Kustiwan, 2010). Yang artinya, peranan kota dan
wilayah bisa naik turun sesuai dengan kinerjanya.
Globalisasi terkait dengan beberapa faktor (T. Firman, 2003):
1. Kemajuan teknologi produksi yang selanjutnya dimanfaatkan bagi segmentasi produksi indsutri
global
2. Institusi finansial dunia telah berkembang membentuk suatu jaringan (networks), yang dapat
menompang proses segmentasi industry

3. Kemanjuan teknologi komunikasi dan informasi sangat memfasilitasi pengaliran modal, komoditas
serta informasi. Maka kantor-kantor pusat industri (headquarters) dapat mengendalikan operasi
cabang-cabang serta anak perusahaannya.

4. Lembanga Internasional WTO ( World Trade Organization) memfasilitasi bebasnya aliran tersebut
untuk menghapuskan hambatan-hambatan (bariers) yang bersifat tarif maupun nontarif. khususnya
negara yang sedang berkembang.

Sebagai akibat dari situasi dimaksud, Negara-negara berkembang menjadi terintegrasi ke dalam system
perekonomian global (dunia). Hal tersebut bertransformasi secara besar-bessaran terhadap sistem kehidupan
ekonomi, social, dan politik.
Salah satu peran kota adalah sebagai pusat kegiatan industry manufaktur. Di zaman modern dan semakin
tingginya teknologi, karakteristik kota manufaktur memiliki persyaratan lokasi. Hal tersebut mengakibatkan
perubahan pola keterkaitan pada kota lain dan hinterlandnya. Distribusi lokasi industry manufaktur kemungkinan
akan kurang terpusat dan melibatkan perusahaan multinasional.
Secara ekonomi, yang mempengaruhi perkembangan sistem kota-kota global adalah kapitalisme
global. Friedman, 1986 (dalam Kustiwan, 2010:4:33) mengidentifikasi Hirarki Kota-kota di Dunia,
sebagai berikut:
Negara Pusat Negara Semi-Periphery
Negara Pusat Negara Semi-Periphery
Primer Sekunder Primer Sekunder
Primer Sekunder Primer Sekunder
Eropa:
Eropa:
London Brussels
London Brussels
Paris Milan
Paris Milan
Rotterdam Vienna
Rotterdam Vienna
Frankfurt Madrid
Frankfurt Madrid
Zurich
Zurich
Amerika:
Amerika:
New York Toronto Sao Paulo Buenos Aires
HAL. 149
New York Toronto Sao Paulo Buenos Aires
Chicago Miami Rio de Janeiro
Chicago Miami Rio de Janeiro
Los Angeles Houston Caracas
Los Angeles Houston Caracas
San Fransisco Mexico City
San Fransisco Mexico City
Asia:
Asia:
Tokyo Sydney Singapore Hongkong
Tokyo Sydney Singapore Hongkong
Taipei
Taipei
Manila
Manila
Bangkok
Bangkok
Seoul
Seoul
Afrika:
Afrika:
Johannesburg
Johannesburg

Tabel 4.2 Hierarki Kota-Kota di


Dunia
Tabel 4.3 Aktivitas dan
Organisasi kapitalisme Global
Komoditas Aktivitas Struktur Pasar Organisasi

Barang Manufaktur Produksi Industri Pasar Dunia Perusahaan transnasional

Uang Pinjaman, hutang Pasar uang dunia, pasar pertukaran Bank, discount houses, dealer
mata uang asing, pasar mata uang euro pertukaran mata uang asing

Pasar obligasi primer dan sekunder,


Jaminan Finansial Jaminan hutang, spekulasi pasar keuangan di masa yang akan Bank dan lembaga sekuritas
datang

Perubahan, spekulasi, Pasar pertukaran uang, pasar mata Bank, dealer pertukaran mata
Mata Uang resiko minimal uang euro uang asing

Saham Isu, kebangkrutan Pertukaran saham Issuing houses, broker saham


HAL. 150
Bahan Mentah Pedagang, komisi Pasar komoditas, pasar ke depan Broker, perniagaan keuangan

Asuransi Mengasuransikan Pasar asuransi Lloyd's dan organisasi asuransi


lainnya

Ongkos Angkut Menyewa Pertukaran kapal/pengangkutan Perusahaan penyewaan

Akuntansi, hukum, pajak, Penyediaan jasa


periklanan, public relation, profesional Pasar dunia Perusahaan
konsultansi jasa manajemen, dll

Agen perjalanan, pesawat


Transportasi tiket, barang bawaan Pasar dunia terbang, kereta, perusahaan
penyewaan mobil

Hotel Penyediaan makanan dan Pasar dunia Hotel dan restoran


akomodasi

Keuangan Pribadi Penyediaan uang tunai, Pasar dunia Bank, perusahaan perkreditan
saham, dan kredit
Gambar 4.7 Jaringan global
kota-kota di Dunia

HAL. 150
4 . 2 . 4 Fe n o m e n a
mega-urban
Globalisasi ekonomi, teknologi dan informasi mengakibatkan perubahan dalam proses dan pola urbanisasi
di Asia sejak tahun 1970an. Perubahan dan dinamika spasial, social dan ekonomi tidak terjadi pada
wilayah sekitar atau wilayah di antara dua kota metropolis tetapi terjadi juga padakota-kota kedua
(secondary urban centres) terutama yang di daerah yang mengalami percepatan industrialisasi (Mc Gee,
1990 dalam Iwan Kustiwan, 2008).

Proses urbanisasi di pinggiran kota besar terjadi lebih cepat dibandingkan di kota besar itu sendiri.
Fenomena ini diperkenalkan dalam konsep kotadesasi yang dikembangkan oleh Mc Gee.

Megalopolis adalah wilayah yang didominasi oleh sistem kegiatan pusat kota. Di banyak negara di
Asia, proses Kotadesasi agak berbeda selama itu terjadi di beda tempat, sering terjadi di daerah yang
berdekatan peri-urban (pinggiran kota.
Pertumbuhan kota yang semakin besar memunculkan desa-kota (rural-urban) yang akhirnya
mewujudkan wilayah kota mega (mega cities). Menurut Mc Gee, struktur kota mega adalah terdiri dari:
Kota besar Wilayah pinggiran
Desa-kota Desa berkepadatan penduduk tinggi
Desa berkepadatan penduduk rendah Kota kecil
Proses perumbuhan kota mega (mega-cities) ditandai dengan pergeseran desa menjadi kota pergeseran
kegiatan ekonomi formal ke informal dan pesatnya pertumbuhan kota utama (primate city). Menurut Mc
Gee terdapat lima daerah kota mega (mega cities) di Asean yg terbagi dalam 3 katagori:
1. Kawasan berkepedatan tinggi , terdapat di
Jabodetabek

2. Kawasan berkepadatan rendah,

3. Kawasan sekitar batas silang (cross-border),

Kotadesasi Mc Gee kemudian mendasari Extended Metropolitan Region - EMR dengan ciri-ciri (Mc Gee,
1991 dalam Iwan Kustiwan):
1. Berkepadatan penduduk tinggi

2. Sebagian besar penduduk bergantung pada sektor pertanian

3. Mengalami transformasi kegiatan dari pertanian ke beberapa kegiatan non


pertanian (perdagangan, transportasi dan industri)
intensitas mobilitas penduduk yang tinggi dimungkinkan tersedianya transportasi
yang murah

4. Interaksi yang tinggi antara aktivitas perdesaan dan perkotaan

5. Pencampuran guna lahan yang intensif antara permukiman dan aktivitas


ekonomi, seperti pertanian, industri rumah tangga dan kawasan industri.
Sehingga jika dikaitkan dengan urbanisasi, EMR memiliki sifat Region based urbanization daripada
City based Urbanization. EMR merupakan urbanisasi berbasis wilayah (spasial) sehingga batas wilayah
antara perdesaan dan perkotaan tidak jelas akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat. EMR yang disebut
juga MUR (Mega-Urban Regions) terdiri atas komponen kota inti (core city), wilayah metropolitan dan
wilayah desa.

HAL. 154

Gambar 4.8 Konfigurasi Ruang Wilayah


Mega Urban di Negara-Negara Asia
Pertanyaan / Soal

1. Mengapa Primate City kebanyakan hanya terjadi di Asia Tenggara?


(Ibu Kota terbesar di negaranya)

2. Di Indonesia, sejauh mana dampak globalisasi perekonomian terhadap tata ruang wilayah dan
kota nya?

Anda mungkin juga menyukai