Anda di halaman 1dari 26

Nama kelompok:

1. ADI SATRIA
2. ARTA DIAN FITRAH
3. ARYA MUKTI WIBOWO
4. DIVA RAMADHANI
Penentuan Amoniak Dalam Air

A. TUJUAN

Mempelajari metode analisis ammonia dengan indofenol serta aplikasinya untuk


penentuan kandungan ammonia dalam sampel air alam.

B. DASAR TEORI

Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion ammonium
merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam bentuk gas, ammonia
membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Ammonia banyak digunakan
dalam proses produksi urea, industry bahan kimia, serta industry bubur kertas dan
kertas. Ammonia yang terukur di perairan berupa ammonia total (NH3 dan NH4).
Ammonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan ammonium (NH4) dapat terionisasi
(Effendi, 2003).Konsentrasi ammonia yang tinggi pada permukaan air menyebabkan
kematian ikan pada perairan tersebut. Nilai pH sangat mempengaruhi apa jumlah
ammonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Pada kondisi pH rendah akan
beracun bila jumlah ammonia banyak, sedangkan pada pH tinggi hanya dengan
jumlah ammonia yang rendah sudah bersifat racun
(Jenie, 1993).
C. Alat dan Bahan
 Alat
1. spektrofotometerr UV-Vis
2. Labu takar
3. gelas beker
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
6. Pipet pump
7. wadah sampel
8. Kuvet
9. tisu

 Bahan
1. larutan standar NH4 10 ppm
2. fenol 10%,
3. larutan natrium nitropussida
4. larutan oksidator
5. Aksampe
6. sampel 1 (ammonia)
7. sampel 2 (ammonia + Cr(VI))
8. sampel 3 (ammonia + nitrit)
D. Prosedur Kerja

1.Pada pembuatan larutan standar, ke dalam 7 buah labu takar 25 ml


dimasukkan berturut-turut 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6 ml larutan
standar NH4 10 ppm.

2.Ditambahkan tiap labu takar dengan 2 ml larutan fenol 10% dan dikocok
sampai sempurna.

3. Selanjutnya ditambahkan ke tiap labu takar 1 ml natrium nitroprussida dan


2 ml oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap labu takar
dengan akuades sampai batas.

4. Larutan lalu dituang ke wadah sampel dan ditutup serta dibiarkan pada
suhu ruang selama kira-kira 1 jam.

5.Pada penentuan panjang gelombang maksimum indofenol, digunakan


larutan yang mengandung 0,3 ml larutan standar NH4 10 ppm sebagai
pengukuran dan larutan yang mengandung 0 ml larutan standar NH4 10 ppm
sebagai blangko.

6.Pengukuran absorbansi dilakukan untuk panjang gelombang antara 580 –


680 nm dengan interval 10 nm.
Lanjutan

7.Pengukuran larutan standar digunakan larutan yang mengandung 0 ml


larutan standar NH4 10 ppm sebagai blangko.

8. Kemudian diukur semua larutan standar yang telah dibuat sebelumnya


menggunakan panjang gelombang maksimum. Lalu dibuat kurva kalibrasinya.

9. Pada penentuan kandungan ammonia dalam sampel, ke dalam 3 buah labu


takar 25 ml dimasukkan 0,3 ml larutan sampel 1, 2, dan 3, serta ditambahkan
tiap labu takar dengan 2 mllarutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna.

10. Selanjutnya ditambahkan ke tiap labu takar 1 ml natrium nitroprussida


dan 2 ml oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap labu takar
dengan akuades sampai batas.

11. Larutan lalu dituang ke wadah sampel dan ditutup. Setiap jenis sampel
dibuat 3 kali. Kemudian larutan dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1
jam.

12. Setelah itu, diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang


gelombang maksimumnya.
E .Hasil Dan Pembahasan
F . Kesimpulan
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar ammonia dalam air metode
indofenol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pada analisis ammonia ini
dilakukan tiga macam percobaan, yaitu penentuan panjang gelombang maksimum,
pembuatan kurva kalibrasi, dan penentuan konsentrasi ammonia dalam beberapa
sampel air. Adapun sampel air yang akan dianalisis kadar amonianya, yakni sampel 1
(ammonia), sampel 2 (ammonia+Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia+nitrit). Pada analisis
amonia ini digunakan spektrofotometer UV-Vis. Penggunaan spektrofotometer UV-Vis ini
dikarenakan pada metode indofenol ini akan membentuk senyawa kompleks
indophenol-blue yang berwarna biru. Senyawa indophenol-blue ini tentunya
mengandung kromofor, sehingga tentu dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis karena spektrofotometer ini hanya dapat menganalisa
senyawa yang mengandung kromofor (zat warna).
 Lanjutan
Pada penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan salah satu jenis
larutan standar dengan konsentrasi tertentu (pada percobaan ini digunakan konsentrasi 0,12
ppm). Penggunaan konsentrasi yang akan digunakan tidak terlalu berpengaruh ingin
digunakan konsentrasi berapapun asalkan saat pengujian selalu digunakan konsentrasi yang
sama. Pengujian dilakukan pada panjang gelombang 580 – 680 nm dengan interval 10 nm.
Semakin pendek interval yang digunakan akan semakin baik karena akan lebih teliti.

Pada penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar NH4


dengan konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2;
dan 0,24 ppm yang diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 620 nm.
Pada sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk mengurangi
tingkat kesalahan pengukurannya.

Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar konsentrasi


0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 ppm, sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi antara
C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis y = 0,602x – 0,018
dan R2= 0,846. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut, maka absorbansi tiap
sampel yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan tersebut dan dapat
diketahui konsentrasi ammonia dalam setiap sampel. Pada sampel 1 (ammonia)
diperoleh konsentrasi 12,643±1,441 ppm, pada sampel 2 (ammonia+Cr(VI)) diperoleh
konsentrasi 11,258±0,399 ppm, dan pada sampel 3 (ammonia+nitrit) diperoleh
konsentrasi 11,720±0,799 ppm. Jika dibandingkan dengan batas maksimum kadar
ammonia dalam air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
KEP-51/MENLH/10/1995 dapat dikatakan bahwa ketiga sampel air tersebut telah
tercemar ammonia dan tidak layak digunakan.
ANALISA KADAR FOSFAT SECARA ASAM
ASKORBAT (C6H8O6)
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

A. TUJUAN               
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar
fosfat secara asam askorbatt dalam sampel air sungai
pertanian menggunakan metode spektrofotometri.

B. PRINSIP
Amonium molibdat dan kalium antimoniltartrat bereaksi
dalam suasana asam dengan ortofosfat hingga membentuk
asam fosfomolibdat. Asam fosfomolibdat tersebut kemudian
direduksi oleh asam askorbat sampai menjadi molibden biru.
Warna ini sebandingg dengan konsentrasi fosfat. Konsentrasi
fosfat didapatkan dari kurva kalibrasi yang ditentukan dengan
menggunakan alat spektrofotemer yaitu spektronik 20 pad
panjangg gelombang maksimumnya yaitu 880 nm.
C. ALAT DAN BAHAN    

a. Alat
1. Spektronik 20                                                : 1 buah
2. Neraca analitik                                            : 1 buah
3. Erlenmeyer 250 mL                                      : 2 buah
4. Labu ukur 100 mL dan 250 mL                   : 1 buah
5. Gelas ukur 100 mL                                       : 2 buah
6. Pipet ukur 10 mL                                          : 1 buah
7. Pipet volume 10 mL, 20 mL dan 25 mL     : 1 buah
8. Gelas beaker 1000 mL                                : 1 buah
9. Pipet tetes : 1 buah
10. Botol semprot : 1 buah
11.Botol sampel (kaca) 100 mL                      : 5 buah

b. Bahan
1. Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat                                     : 35 mL
2. Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4)                      : 0,2195 gr
3. Ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2O)                     : 4 gr
4. Asam askorbat (C6H8O6)                                                      : 1,76 gr
5. Larutan HNO3 pekat
6. Indikator Fenolftalein (PP)
7. Akuades
D. Prosedur Kerja

 Pengawetan dan penyimpanan sampel air sungai :


1. Wadah sampel berupa botol kaca dicuci menggunakan larutan HNO3 pekat
sebanyak 3 kali pembilasan.
2. Sampel air yang diambil, disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring.
3. Sampel air yang telah diambil segera didinginkan pada suhu 4°C dan akan
bertahan selama 48 jam.

 Pembuatan larutan H2SO4 5 N :


1. Dipipet sebanyak 35 mL H2SO4 pekat ke dalam beaker glass yang telah berisi 100 mL
akuades.
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL, ditandabataskan menggunakan akuades dan
dikocok hingga homogen.

 Pembuatan larutan ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2O)


1. Ditimbang sebanyak 4 g padatan ammonium molibdat
2. Dilarutkan dengan 50 mL akuades dalam beaker glass
3. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL, ditandabataskan dan dikocok hingga
homogen.

 Pembuatan larutan asam askorbat (C6H8O6)


1. Ditimbang sebanyak 1,76 g padatan asam askorbat (C6H8O6)
2. Dilarutkan dengan 50 mL akuades dalam beaker glass
3. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL, ditandabataskan dan dikocok hingga
homogen.
Lanjutan

 Pembuatan larutan campuran


1. Dipipet sebanyak 50 mL larutan H2SO4 5 N ke dalam beaker glass 100
mL.
2. Ditambahkan 15 mL larutan ammonium molibdat.
3. Ditambahkan 30 mL larutan asam askorbat.
4. Diaduk sampai homogen.

 Pembuatan Larutan Standar Fosfat 500 ppm


1. Ditimbang padatan kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4)
sebanyak 0,2195 gr.
2. Dilarutkan dengan 50 mL akuades dalam beaker glass
3. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL, ditandabataskan dan dikocok
hingga homogen.

 Pembuatan Larutan baku fosfat 100 ppm


1. Dipipet sebanyak 20 mL larutan standar fosfat 500 ppm, dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL.
2. Ditandabataskan menggunakan akuades dan dikocok hingga homogen.
Lanjutan
 Pembuatan Larutan baku fosfat 1,0 ppm; 3,0 ppm; 5,0 ppm; 7,0 ppm; 14,0 ppm; 0,0
Ppm
1. Dipipet sebanyak 1 mL; 3 mL; 5 mL; 7 mL; dan 14 mL, larutan baku fosfat 100
ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Ditandabataskan menggunakan akuades dan dikocok hingga homogen.

 Penentuan panjang gelombang maksimum


1. Larutan standar dimasukkan ke dalam kuvet
2. Kuvet dimasukkan ke dalam spektronik 20
3. Diukur pada panjang gelombang minimal yaitu 750 nm.
4. Diatur absorbansinya hingga angka 0
5. Diulangi pengukuran dengan panjang gelombang dari 750-880 nm dengan
kisaran 10 nm.
6. Dicatat dan ditentukan panjang gelombang maksimum.

 Pembuatan kurva kalibrasi


1. Dipipet sebanyak 50 mL masing-masing larutan baku fosfat 0,0 ppm (akuades);
1,0 ppm; 3,0 ppm; 5,0 ppm; 7,0 ppm; dan 14,0 ppm; ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator fenoftalein, jika terbentuk warna merah muda
ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5 N sampai warna hilang.
3. Ditambahkan 8 mL larutan campuran dan diduk hingga homogen.
4. Dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
5. Dibuat kurva kalibrasi dan ditentukan persamaan y=ax
Lanjutan
 Pembuatan larutan blanko

1. Dipipet sebanyak 50 mL akuades dan dimasukkan ke dalam


Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator fenoftalein, jika terbentuk
warna merah muda ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5 N
sampai warna hilang.
3. Ditambahkan 8 mL larutan campuran dan diaduk hingga
homogen.

 Penentuan kadar fosfat dalam sampel air limbah


1. Dipipet sebanyak 50 mL sampel air dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator fenoftalein, jika terbentuk
warna merah muda ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5 N
sampai warna hilang.
3. Ditambahkan 8 mL larutan campuran dan diaduk hingga
homogen.
4. Dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum.
E. HASIL
a. Perhitungan Larutan untuk kurva kalibrasi
 Pembuatan Larutan Standar fosfat 500 ppm :
Sebanyakkk 0,2195 gr kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4)
dilarutkan alamm 100 mL larutan.

 Pembuatan larutan baku fosfat 100 ppm :


M1.V1= M2.V2
500 ppm .V1 = 100 ppm . 100 mL
  V1= 20 mL
                
 Pembuatan variasi konsentrasi larutan baku fosfat untuk kurva baku (1,0;
3,0;
5,0; 7,0; dan 14,0 ppm):
1. Pembuatan larutan baku fosfat 1,0 ppm
M1.V1 = M2.V2
100 ppm. V1 = 1,0 ppm . 100 mL
                        V1  = 1 mL
                                   
Jadi, diambil sebanyak 1 mL larutan standar fosfat 100 ppm dan
dilarutkan
dalam 100 mL larutan
Lanjutan

2. Pembuatan larutan baku fosfat 3,0 ppm :


M1.V1 = M2.V2
100 ppm .V1 = 3,0 ppm . 100 mL
               V1 = 3 mL

Jadi, diambil sebanyak 3 mL larutan standar fosfat 100 ppm dan dilarutkan
dalam 100 mL larutan.

3. Pembuatan larutan baku fosfat 5,0 ppm :


M1.V1  = M2.V2
100 ppm .V1 = 5,0 ppm . 100 mL
              V1 = 5 mL
                         
Jadi, diambil sebanyak 5 mL larutan standar fosfat 100 ppm dan dilarutkan
dalam 100 mL larutan.

4. Pembuatan larutan baku fosfat 7,0 ppm


M1V1  = M2V2
100 ppm .V1 = 7,0 ppm . 100 mL
              V1 = 7 mL
                         
Jadi, diambil sebanyak 7 mL larutan standar fosfat 100 ppm dan dilarutkan
dalam 100 mL larutan.

5. Pembuatan larutan baku fosfat 14,0 ppm


M1.V1 = M2V2
100 ppm .V1 = 14,0 ppm . 100 mL
               V1 = 14 mL
                         
Jadi, diambil sebanyak 14 mL larutan standar fosfat 100 ppm dan dilarutkan
dalam 100 mL larutan.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Hajaja
c. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
(λmax)
d. Perhitungan Kadar pada sampel air sungai

Diketahui   :
Persamaan Lambert-Beer  : A = e . b. C
  Persamaan kurva standar  : y  = 0.031x  (R2 = 0.990)
                 Slope = 0.031
                          Absorbansi Sampel =
Ditanyakan : Konsentrasi v dalam sampel air sungai
(ppm)= ?
Jawab          :
                                 Konsentrasi h dalam sampel air sungai
(ppm)
                                 A = e . b. C
PENETAPAN KADAR BESI (Fe)
SECARA SPEKTROFOTOMETRI

A. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar besi (Fe) dalam sampel

B. METODE
Spektrometri secara ortho Fenantrolin

C. PRINSIP KERJA
Ion besi (III) dalam suasana asam dan panas, direduksi oleh hidroksilamin hidroksida menjadi
besi (II). Ferro dengan 1,10-fenatrolin pada pH 3,2-3,3 membentuk senyawa Ferro fenantrolin
khelat yang berwarna orange yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Labu ukur 25 mL (5 buah),50 mL (3 buah)
 Pipet ukur 1 mL (3 buah), 5 mL (1 buah)
 Gelas beaker 100 mL (5 buah)
 Pipet volume 25 mL (5 buah)
 Serbet
 Batu didih
 Pemanas listrik
 Kuvet
 Botol semprot

Bahan :
 Hidroksilamin HCl 10 %
 Fenantrolin 0,1 %
 HCl pekat
 Buffer Ammonium Asetat
 Larutan standar besi 100 ppm
 Sampel air
E. CARA KERJA

 Pengenceran larutan standar Fe 100 ppm

1. Pengenceran larutan standar Fe 100 ppm


Diambil 25 mL larutan standar Fe 100 ppm ke dalam labu ukur 250
mL,diencerkandengan aquades sampai tanda tera.

2. Pengenceran larutan standar Fe 10 ppm menjadi 1 ppm.


Diambil 10 mL larutan standar Fe 10 ppm ke dalam labu ukur100
mL,diencerkandengan aquades sampai tanda tera.

3. Pengenceran larutan standar Fe 10 ppm menjadi 2 ppm.


Diambil 20 mL larutan standar Fe 10 ppm ke dalam labu ukur 100 mL,diencerkan
dengan aquades sampai tanda tera.

4. Pengenceran larutan standar Fe 10 ppm menjadi 3 ppm.


Diambil 30 mL larutan standar Fe 10 ppm ke dalam labu ukur 100
mL,diencerkandengan aquades sampai tanda tera.
 Pengujian Kadar Besi

1. Diambill 25 mL sampel, blanko, dan derat standar. Kemudian dimasukkan ke dalam beaker
glass 100 mL.

2. Ditambahkan 1 ml HCl pekat. 0,5 ml hidroksilamin HCl dan beberapa butir batu didih.

3. Dipanaskan diatas pemanas listrik, sampai semua besi larut, volume larutan menjadi 10 mL.
Volume larutan ± 100 mL (jika sempel mengandung unsure-unsur penggangu, maka dilakukan
pemanasan sampai kering. Kemudian di larutkan kembali dengan 2 mL HCl pekat dan 5 mL air
suling).

4. Didinginkan kedalam labu ukur 25 mL sampai suhu kamar.

5. Ditambahkan 5 mL larutan buffer ammonium asetat dan 1 mL fenantrolin.

6. Diencerkan sampai tanda tera,aduk hingga homogen. Didiamkan 10-15 menit.

7. Dibacaabsorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.

8. Drhitungkadar (mgl) Fe dalam sampel tersebut.


F. Hasil Pengamatan
 Data pengamatan

Panjang gelombang 510 nm


Larutan Konsentrasi Absorbansi

Standar 1 1 ppm 0,098

Standar 2 2 ppm 0,180

Standar 3 3 ppm 0,183

Dari data pembacaan, diperoleh :


r = 0,881156
Absorbansi sampel = 0,143
Konsentrasi sampel = 1,7482ppm
 Perhitungan
Abs = a+b×c
0,143 = 0,0687 + 0,0425 × c
C = Abs-ab
C = 0,143-0,06870,0425
C = 1,7482 ppm

G. Kesimpulan
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan
metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Pada percobaan ini kita menentukan kadar besi (II) dalam suatu larutan sampel dengan
panjang gelombang 510 nm. Seperti yang dijelaskan di atas, karena kita menggunakan
instrumen, maka kita akan menghitung konsentrasi dengan  berdasarkan interaksi antara
energi dan materi. Energi dalam hal ini adalah energi dari sinar UV visible yang kemudian
dilewatkan pada suatu larutan sampel yang dicurigai mengandung besi (II) dengan
konsentrasi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai