Anda di halaman 1dari 32

SKIZOFRENIA PARANOID

Pembimbing:
dr. Lailan Sapinah, M.ked (KJ), Sp.KJ

Disusun Oleh:
dr. Tosyarna Br Dalimunthe
Laporan Kasus Internsip 2018-2019
RSUD Datu Beru, Takengon
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor
yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang.
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.
Menurut DSM-IV-TR, tipe-tipe dari skizofrenia
diantaranya tipe paranoid, tipe katatonik, tipe
residual, tipe undifferentiated (tak terbedakan), tipe
disorganized (tidak terorganisasi).
Skizofrenia tipe paranoid adalah waham kejar,
atau waham kebesaran atau halusinasi auditorik
dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif
yang relatif masih terjaga.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN SKIZOFRENIA
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan
yang ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi
terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan
dari luar dirinya, waham/delusi, dan gangguan persepsi.
Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen yang mana
diagnosisnya belum dapat ditegakkan memakai suatu uji
laboratorium tertentu, diagnosisnya ditegakkan berdasarkan
gejala yang dinyatakan karakteristik untuk skizofrenia.
EPIDEMIOLOGI
Data WHO menunjukkan bahwa di tahun 2002 saja diketahui
tidak kurang dari 154 juta penduduk dunia yang depresi, 25
juta skizofrenia, 91 juta mengalami gangguan mental akibat
alkohol, 15 juta gangguan mental karena penyalahgunaan
obat, 50 juta epilepsi, dan 24 juta alzheimer dan demensia
lainnya. Hal yang lebih mencengangkan lagi bahwa terdapat
rata-rata 877.000 orang bunuh diri setiap tahun.
Berdasarkan laporan RISKESDAS Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pda tahun 2007 prevalensi gangguan jiwa
berat (Skizofrenia) di Indonesia adalah sebesar 4,6‰.
Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (20,3‰)
yang kemudian secara berturut turut diikuti oleh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (18,5‰), Sumatera Barat
(16,7‰), Nusa Tenggara Barat (9,9‰), Sumatera Selatan
(9,2‰). Prevalensi terendah terdapat di Maluku (0,9‰).
ETIOLOGI

Etiologi Skizofrenia

1. neurobiologi 2. Psikoreligius 3. Psikososial


Prevalensi Skizofrenia pada Populasi
Spesifik

Populasi Prevalensi (%)


1. Populasi Umum 1,0
2. Saudara kandung bukan kembar pasien skizofrenia 8,0
3. Anak dengan salah satu orangtua pnderita skizofrenia 12,0
4. Kembaran dizigotik pasien skizofrenia 12,0
5. Anak yang kedua orang tua menderita skizofrenia 40,0
6. Kembar monozigotik pasien skizofrenia 47,0
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
GEJALA SKIZOFRENIA

Gejala Skizofrenia

1.Gejala Positif 2. Gejala Negatif


Fase Skizofrenia

Tanda dan gejala premorbid telah ada sebelum
Fase Premorbid proses penyakit muncul dan merupakan gangguan
yang sedang berkembang menuju fase prodromal.


Fase terdiagnosisnya Skizofrenia. Awalnya mengeluhkan gejala somatik dan berpura-pura
(malingering). Pasien individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang mendasar

Fase Prodromal (pekerjaan sosial) dan muncul gejala yang non spesifik, misal gangguan tidur, ansietas,
iritabilitas, mood depresi, konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan adanya defisit perilaku
misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial. Gejala positif seperti curiga mulai
berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis.


Fase perbaikan yang memasuki
Fase Psikotik fase stabilisasi.
Diagnosis Skizofrenia
PPDGJ III
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala yang
kurang jelas) :
a) - “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ;
atau,
- “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan,
- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b) - “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau,
- “delusion of influence”: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau,
- “delusion of passivitiy” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau pengindraan khusus).
- “delusional perception” : pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi auditorik :
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien,atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa, (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dan dunia lain).
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas :
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
• Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality)
dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut
dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
DSM-IV
A. Gejala Karakteristik : Terdapat dua (atau lebih) dari kriteria di bawah ini, masing-
masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau
kurang, bila berhasil diobati) :
a)Waham
b)Halusinasi
c)Bicara kacau (misalnya, sering melantur atau inkoherensi)
d)Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
e) gejala negatif; yaitu adanya afek yang datar, alogia atau kehilangan minat.
Catatan : Hanya dibutuhkan satu gejala dari kriteria A, Bila wahamnya kacau
(bizar) atau halusinasi terdiri atas suara yang terus menerus mengkomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap.
B. Disfungsi sosial /okupasional : selama suatu porsi waktu yang signifikan sejak
awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkatan
yang telah dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak-
kanak atau remaja, kegagalan mencapai tingkat pencapaian interpersonal,
akademik, atau okupasional diharapkan).
C. Durasi : Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode
bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil
diobati) yang memenuhi kriteria A dan dapat mencakup periode gejala prodromal
atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan
dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau dua atau lebih gejala yang
terdaftar dalam kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lemah ( contoh:
keyakinan aneh, pengalaman perseptual yang tidak lazim).
D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoafektif dan gangguan
mood dengan cara psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode
depresif, manik, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase
aktif; maupun (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
relatif singkat dibanding durasi periode aktif dan residual.
E. Eksklusi kondisi medis umum /zat: Gangguan tersebut tidak disebabkan efek
fisiologis langsung dari suatu zat (penyalahgunaan obat, obat medis) atau kondisi
medis umum.
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: Jika ada riwayat gangguan
autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan
Skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat
selama setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati). 
• Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan
hanya setelah sekurangnya 1 tahun berlaku sejak awitan awal
gejala fase aktif):
• Episodik dengan gejala residual antarepisode (episode
didefinisikan sebagai kemunculan kembali gejala psikotik
prominen); juga rinci apakah: dengan gejala negatif prominen
Episodik tanpa gejala residual antarepisode
• Berkelanjutan (gejala psikotik prominen terdapat selama
seluruh periode pengamatan); juga rinci apakah: dengan gejala
negatif prominen
• Episode tunggal remisi parsial; juga rinci apakah: dengan
gejala negatif prominen
• Episode tunggal remisi sempurna
• Pola lain atau yang tidak terdefinisikan
KLASIFIKASI SKIZOFRENIA

SKIZOFRENIA

1. 2. 3. 4. TAK
RESIDUA
PARANOI HEBEFRE KATATONI TERDIFER
L
D NIK K ENSIASI
SKIZOFRENIA PARANOID
• Tipe skizofrenia paranoid yang memenuhi kriteria menurut DSM IV berikut :
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau
katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
• Menurut PPDGJ III Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Sebagai tambahan :
▫ Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara  –  suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain – 
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (deusion of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar– kejar beraneka ragam, adalah yang paling
khas; - Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
PENATALAKSANAAN

1. FASE AKUT
Obat injeksi:
• Olanzapine, dosis 10 mg/injeksi, intramuskulus, dapat
diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari.
• Aripriprazol, dosis 9,75 mg/injeksi (dosis maksimal
29,25mg/hari), intramuskulus.
• Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat
diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari.
• Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis
maksimum 30mg/hari.
2. FASE STABILISASI
Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala
atau untuk mengontrol, meminimalisasi risiko atau
konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan
proses kesembuhan (recovery). Setelah diperoleh dosis
optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8
– 10 minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini
dapat juga diberikan obat anti psikotika jangka panjang (long
acting injectable), setiap 2-4 minggu.
3. FASE RUMATAN
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh
dosis minimal yang masih mampu mencegah kekambuhan.
Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan sampai dua
tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali
kekambuhan, terapi diberikan sampai limatahun bahkan
seumur hidup.
BAB 3 LAPORAN KASUS
KETERANGAN PRIBADI
PASIEN
KETERANGAN DIRI
• Nama : Tn. WA ALLO/INFORMAN
• Jenis Kelamin : Laki-Laki • Nama : Hamka
• Tempat dan Tanggal Lahir: Uning • Jenis Kelamin : Laki-Laki
Niisen, 27- April- 1971
• Umur : 40 tahun
• Umur : 48 tahun
• Agama : Islam
• Status Perkawinan : Menikah
• Pendidikan : SMA
• Bangsa : Indonesia
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Alamat dan No.Hp : Bener
• Pendidikan : SMA Meriah, 0852xxxx2262
• Alamat dan No.Hp : Wihtenang • Hubungan Dengan Pasien : Adik
To
• Keakraban Dengan Pasien : Baik
• Nama, Alamat Keluarga : Hamka,
Wihtenang To • Sudah Berapa Lama Mengenal
Pasien : 40 tahun
• Pernah Masuk Ke RS dengan
Keluhan Yang Sama atau
Berbeda : Pasien Rawat Jalan
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Mengamuk, dan berbicara-bicara sendiri
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan dari keluarga awalnya pasien sering berbicara-bicara sendiri yang
dialami kurang lebih 2 tahun terakhir, dan pasien selalu melamun tetapi tidak
diketahui apa yang dipikirkan pasien dan saat melamun pasien sering
mendengar suara yang mengganggunya. Pasien masuk karena mengamuk
dirumah tidak tahu penyebabnya. Pasien sedikit berbicara sehingga sedikit
informasi yang didapat sehingga banyaknya kehampaan, dan kekosongan
dalam pembicaraan. Menurut keluarga pasien masih bekerja sebagai petani di
kebun kopi keluarganya dan pasien mengaku ada polisi hendak mengambil
lahan kebun kopinya. Sebelumnya pasien sudah berobat jalan di poli jiwa
rumah sakit umum daerah muyeng kute bener meriah, pasien berobat 1 tahun
lebih terkahir ini tetapi pasien tidak meminum obat secara teratur.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. gangguan Pikiatri : tidak ada
2. gangguan medik : tidak ada
3. riwayat penggunaan zat psikoatif/alkohol : Merokok (+)
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI PASIEN (Alloanamnesa)
A) Riwayat Prenatal
Keadaan Melahirkan : Lahir normal, cukup bulan, dibantu oleh
bidan, tidak ada kecacatan waktu lahir
Pasien anak yang direncanakan / diinginkan
B) Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan Fisik : Baik
Minum ASI : Ya
Usia Mulai Bicara : Informan Kurang tau
Usia Mulai Jalan : Informan Kurang tau
C) Simptom-simptom sehubungan dengan perilaku yang
dijumpai pada masa kanak-kanak : Tidak Ada
D) Toilet Training :Informan Kurang Tau
E) Kesehatan Fisik Masa Kanak-Kanak : Baik, Sehat
F) Kepribadian Serta Tempramen Sewaktu Anak-anak :
Normal
G) Masa Sekolah :

H) Masa Remaja : Pasien ramah, lebih pendiam dan memiliki


beberapa teman
I) Riwayat Kehidupan Keluarga :
•Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara (♂,♀,♂)
•Hubungan dengan keluarga baik
•Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gangguan yang sama
•Pasien menikah
J) Tidak pernah ingin bunuh diri dan tidak pernah
berhubungan dengan polisi atau penegak hukum.
• PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS
A. GAMBARAN UMUM
1. Penampilan:
Sikap Tubuh : Biasa
Cara Berpakaian : Pakaian lengkap, Kurang rapi, Kotor
Fisik : Perawakan gemuk, sesuai umur, rambut acak-acakan
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Tingkah Laku dan Aktifitas Psikomotor
Cara Berjalan : Biasa, tenang, mengikuti sesuai perintah
Sikap Terhadap Pemeriksa : Tidak Kooperatif, Pendiam, kurang merespon
pertanyaan pemeriksa

B. PEMBICARAAN DAN FRAGMEN PEMBICARAAN


Arus Pembicaraan : Miskin isi pembicaraan
Produktivitas : Menurun
Pembendarahan Bahasa : Biasa
Isi Pembicaraan : Sesuai
Hendaya berbahasa : Tidak ada
C. KEADAAN AFEKTIF
1. Afek : Afek Datar (tidak ada atau hampir tidak ada tanda ekspresi afektif; suara
monoton, wajah tidak bergerak)
2. Mood : Mood Disforik (mood yang tidak menyenangkan)
3 Emosi lainnya : -

D. PIKIRAN
1. Gangguan Bentuk Pikir :
a. Umum : Biasa
b. Spesifikasi : Koheren, realistik
c. Arus Pikir : Pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan, namun
terkadang pasien ditanya tiba-tiba terdiam (bloking)

2. Gangguan Isi : miskin isi, waham kejar (pasien merasa lahan kebun kopinya
diambil polisi dan merasa dicurangi oleh polisi)
E. PERSEPSI
1. Halusinasi auditorik (pasien mendengarkan suara yang mengganggu saat
melamun tetapi pasien tidak tahu suara apa)
2. Ilusi : Tidak ada

F. Memori
1. Segera : Baik, pasien mengingat nama pemeriksa
2. Jangka pendek : Baik, pasien mengingat yang dimakannya
semalam
3. Jangka menengah : Tidak Mengingat
4. Jangka Panjang : Tidak Mengingat
G. Pikiran Abstrak : Baik, pasien menjelaskan perbedaan apel
dan jeruk
H. Tilikan (Insight) : Insight derajat 2, pasien menyadari sakit
dan harus minum obat karena sering mendengar sesuatu yang
mengganggunya tetapi diwaktu bersamaan pasien menyangkal kalau
dia harus dirawat dirumah sakit, karena dia tidak merasa sakit.
I. Kemampuan Menilai Realitas (judgement) : Baik
PEMERIKSAAN INTERNAL : -
PEMERIKSAAN NEUROLOGIK : -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA : -
PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/ PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN : -
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna yaitu sering berbicara-bicara sendiri dan melamun. Keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas bagi pasien dan keluarganya
sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan
waham kejar. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai Skizofrenia
(F.20).
Disamping itu, ditemukan adanya gejala waham dan halusinasi yang menonjol
sehingga berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-
III), diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
Aksis II :Tidak ada diagnosis
Aksis III :Tidak ada diagnosis
  Aksis IV :Tidak Jelas
Aksis V :Global Assesment Of Functioning (GAF) Scale 70-61 (beberapa
gejala ringan dan menetap disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik)
PROGNOSIS
Prognosis Baik : Awitan Lambat, Menikah, Gejala positif
yaitu halusinasi dan waham
Prognosis Buruk : Sistem pendukung buruk keluarga tidak
mendukung minum obat pasien.
Kesimpulan prognosis pasien:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
TERAPI
- inj. Lodomer 5mg i.m (k/p)
- inj. Diazepam 10mg i.m (k/p)
- Persidal 2x2mg
- Hexymer 2x2mg
- Clorilex 2x25mg

Anda mungkin juga menyukai