Anda di halaman 1dari 17

Text Book Reading

Diit Stroke
Pendahuluan
• Lebih dari 30% pasien stroke mengalami disabilitas berat post stroke, bahkan setelah
manajemen optimal.
• Disabilitas jangka panjang merepresentasikan komplikasi post stroke yang paling sering
dengan 50% pasien mengalami hemiparesis dan 30% tidak dapat berjalan tanpa
bantuan, yang mana menciptakan beban sosioekonomi yang tinggi.
• Malnutrisi sering kali ditemukan pada pasien dengan stroke, dan disfagia berperan
dalam resiko malnutrisi tersebut.
• Baik dalam fase akut stroke maupun masa rehabilitasinya, intervensi nutrisi spesifik dari
berbagai kelompok bidang dapat membantu pemulihan fungsi neurokognitif (Bouziana
dan Tziomalos, 2011).
Definisi
• Stroke adalah penyakit yang timbul mendadak dengan tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler (Fitzsimmons, 2008).
KLASIFIKASI BERDASAR LOKASI

• Sistem Pembuluh Darah


BERDASAR PATOLOGI BERDASAR STADIUM
• Tipe Karotis
• Tipe Veterobasiler
• Iskemik • Transient Ischemic

Attack (TIA) • Letak Lesi
Trombosis
• TACS (Total Anterior
• Emboli • Reversible Ischemic Circulation Syndromes)
Neurologic Deficit
• LACS (Lacunar Syndromes)
• Hemoragik (RIND)
• PACS (Partial Anterior
• ICH • Stroke in evolution Circulation Syndromes)
• SAH • POCS (Posterior Circulation
• Complete Stroke Syndromes)
Anamnesis
• Gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual,
muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta
faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain) (PERDOSSI, 2011).
• Gangguan global berupa gangguan kesadaran
• Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa:
• Kelumpuhan sesisi atau kedua sisi bagian tubuh ttt,
• fungsi keseimbangan,
• penghidu,
• penglihatan,
• pendengaran,
• somato-sensorik,
• gangguan neurobehavioral yang meliputi: gangguan atensi, gangguan memori, gangguan bicara
verbal, gangguan mengerti pembicaraan, gangguan pengenalan ruang, maupun gangguan fungsi
kognitif lain.
PF
• Kesadaran dan TTV
• Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit
karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif).
• Pemeriksaan torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.
• Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak,
sistem motorik, sikap dan jalan refleks, koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain: penurunan GCS, kelumpuhan saraf
kranial, kelemahan motorik, defisit sensorik, gangguan otonom, dan gangguan
neurobehavior (PERDOSSI, 2011).
PP
• EKG
• Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal hemostasis, kadar gula darah,
analisis urin, analisis gas darah, dan elektrolit)
• Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid, lakukan pungsi lumbal untuk
pemeriksaan cairan serebrospinal
• Pemeriksaan radiologi: foto rontgen dada dan CT Scan atau MRI.
Tata Laksana Umum
• Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan termasuk pemantauan status neurologis, TTV terus
menerus dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit neurologis yang nyata.
• Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
• Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
• Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
• Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
• Gastroprotektor, jika diperlukan
• Manajemen nutrisi
• Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan elektrolit
sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
• Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan
menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang nasogastrik.
• Pencegahan DVT dan emboli paru: heparin atau LMWH
Tata Laksana Spesifik Stroke Iskemik
• Trombolisis intravena: alteplase dosis 0,6-0,9 mg/kgBB, pada stroke iskemik onset <6 jam
• Terapi endovascular: trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi karotis interna
atau pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam
• Manajemen hipertensi (Nicardipim, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta Blocker,
Diuretik) atau hipotensi
• Manajemen gula darah
• Pencegahan stroke sekunder
• Neuroprotektor seperti: citicolin, piracetam (jika afasia), pentoxyfiline, DLBS 1033.
• Perawatan di Unit Stroke
• Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Tata Laksana Spesifik Stroke Hemoragik
• Koreksi koagulopati (Prothrombin Complex Concentrate/PCC, jika perdarahan karena
antikoagulan)
• Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta
blocker, Diuretik)
• Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
• Pencegahan stroke hemoragik (manajemen faktor risiko)
• Neuroprotektor
• Perawatan di Unit Stroke
• Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Tindakan Intervensi / Operatif
STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

• Carotid Endartersctomy (CEA), • Kraniotomi evakuasi hematom,


sesuai indikasi sesuai indikasi
• Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai • Kraniotomi dekompresi, sesuai
indikasi indikasi
• Stenting pembuluh darah • VP Shunt / external drainage, sesuai
intracranial, sesuai indikasi indikasi
EDUKASI
• Penjelasan sebelum masuk rumah sakit (rencana rawat, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan,
manajemen nyeri, risiko dan komplikasi)
• Penjelasan mengenai stroke, risiko dan komplikasi selama perawatan
• Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi
• Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
DIIT PASIEN STROKE
• Usia, obesitas, keparahan stroke, adanya infeksi dan faKtor komorbid, medikasi,
mobilitas, dan tingkat aktivitas mempengaruhi kebutuhan kalori pasien dan
memerlukan penilaian ulang yang sering oleh ahli nutrisi.
• Apabila asupan makanan tidak dapat masuk secara oral pada fase akut stroke, nutrisi
enteral perlu diberikan melalui nasogastric tube (NGT).
• Jika nutrisi enteral (NGT) diperlukan dalam waktu lama (>28 hari), sebaiknya
percutaneous endoscopic gastronomy (PEG)
• Pasien dengan ventilasi mekanik perlu diberikan PEG secara dini.
• Asupan energy ≥25 kcal/kg pada individu yang tidak obesitas untuk menjaga
berat badan dan <25 kcal/kg pada individu obesitas
• Karbohidrat 30-40% dari total kalori
• Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %);
• Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari
(pada gangguan fungsi ginjal <0.8 g/kgBB/hari).
• Protein harian > 1 g/kg untuk mencapai rasio karbohidrat : protein < 2.5
• Pasien yang dapat makan sendiri sebaiknya memakan satu porsi daging
merah atau unggas atau ikan setidaknya satu kali sehari untuk mencapai
asupan zink 12-15 mg.
• Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang
diberikan. Contohnya, hindarkan makanan yang banyak mengandung vitamin
K pada pasien yang mendapat warfarin.
Indikasi Pemberian Makan Secara Enteral
• Disfagia
• Masukan nutrisi tidak adekuat dikarenakan:
• Penurunan kesadaran
• Depresi
• Higienitas oral yang buruk
• Xerostomia
• Berkurangnya mobilitas
• Kelemahan lengan atau wajah
• Fatigue
• Gangguan penglihatan, berbicara, dan bahasa
• Defisit kognitif
• Peningkatan kebutuhan metabolik
Nutrisi dalam Upaya Pencegahan Stroke (PERDOSSI, 2011)
• Biji-bijian seperti beras merah, bulgur, jagung dan gandum.
• Oat (beta glucan)
• Kacang kedelai beserta produk olahannya
• Kacang-kacangan termasuk biji kenari dan kacang mede menurunkan kolesterol LDL dan mencegah
arterrosklerosis.
• Makanan/zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein seperti asam folat, vitamin B6, B12, dan
riboflavin.
• Susu yang mengandung protein, kalsium, seng(Zn), dan B12, mempunyai efek proteksi terhadap stroke.
• Beberapa jenis ikan seperti ikan tuna dan ikan salmon
• Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan (vitamin C, E, dan betakaroten) seperti pada sayur-sayuran,
buah-buahan, biji-bijian, teh hitam dan teh hijau
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai