Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI PEMBUATAN SABUN

DISUSUN OLEH:

1. ATI NURIA ROHMAH (1915041003)


2. FAIZ MUNA AZZAHRA P. (1915041007)
3. DARNI AN NISA (1915041019)
4. DIANDRA PUSPARINI (1915041033)
5. NUR AULIA HASANAH (1915041037)
6. M. AKBAR PAMBUDI (1915041045)
7. IKHSAN ALFARIZI (1915041053)
8. GALUH SAPUTRA (1955041003)
Daftar Isi
1. Definisi
2. Sejarah
3. Macam macam sabun
4. Pembuatan Sabun
5. Bahan Baku sabun
6. Bahan Tambahan
7. Metodologi
8. Kesimpulan
9. Contoh Produk sabun
10.Daftar Pustaka
Pendahulan
1. Definisi
Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang popular yang berfungsi
sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing pada tubuh. Reaksi
yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit disebut reaksi
saponifikasi. Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun
bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun
keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak
adalah Kalium Hidroksida (KOH).
2. Sejarah
 Pada tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah
membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus.
 Sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari
lemak dan abu pohon  beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis.
Tahun 100 M masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras.
 Pabrik sabun di Pompei yang  berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di
masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai
pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II. Mulai tahun
700-an negara Italia membuat sabun dan dianggap sebagai seni.
 Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun
terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an
 Secara bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat
perdagangan karena  berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit
soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis,
menemukan larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun
makin mudah dibuat, dan mudah ditemukan oleh semua orang. Di Amerika
Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. Pengusahanya mengumpulkan
sisa-sisa lemak, lalu dimasak dalam  panci besi besar. Selanjutnya,
adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-
potong, dan dijual dari rumah ke rumah.
 Sampai sekarang banyak inovasi dari perkembangan pembuatan sabun
yang dapat ditemukan disetiap negara dan beragam pula jenisnya.
3. Macam Macam Sabun
4. Shaving Cream
5. Sabun cair
6. Sabun kesehatan
7. Sabun Chip.
8. Sabun Bubuk
Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun
dibedakan atas :
9. Cationic Sabun.
10. Anionic Sabun.
11. Neutral atau Non Ionic Sabun
4. Pembuatan sabun
Beberapa cara pembuatan sabun:
• Proses dingin.
Pembuatan sabun dilakukan pada suhu biasa. Pada proses ini reaksi
penyabunan berjalan lambat dan gliserol tidak dapat dipisahkan.
• Proses panas
Minyak terlebih dahulu dipanaskan hingga suhu 90 oC kemudian ditambahkan
NaOH. Pada proses ini reaksi berjalan cepat, tapi pada proses ini gliserol tidak
dapat dipisahkan.
• Proses pendidihan
Pada proses ini NaOH dan minyak dipanaskan bersama-sama, kemudian
ditambahkan larutan garam misalnya NaCl untuk memisahkan gliserol.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
• Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin.
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
• Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagi produk sampingan. Gliserin sebagai produk
sampingan juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun
dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur
sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi
sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut
dalam bentuk ion.
5. Bahan Baku Sabun
1. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah
asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung
sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam
stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi
sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol.
Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:
1. Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi
esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang
didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol,
proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis
mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa
tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
3. Penyabunan
             Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila
penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol
dipulihkan dengan penyulingan.
4. Enzimatis
            Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak tersebut
menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi
gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses
oksidasi minyak sehingga menghasilkan keton.
5. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak.
Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak “Oxidative
rancidity”.
6. Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon asam lemak pada lemak
atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan
penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
a.  Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping.
 
b.      Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%)..
 
c.    Palm Oil (minyak kelapa sawit)
 
d.   Coconut Oil (minyak kelapa)
 
e.   Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)

f.     Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)


 
g.   Marine Oil

h.  Castor Oil (minyak jarak)

 
i.   Olive oil (minyak zaitun).
 
j.  Campuran minyak dan lemak.
2. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal
dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut
dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan
sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan
kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat
mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun
industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali
yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk
mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
6. Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi
(pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
 
1.    NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat
kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan
produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,

2. Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi
kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers
inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
a.  Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral yang terlarut pada air,
sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat
berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar
proses natrium silikat atau zeolit.
b.   Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk
memperbanyak atau memperbesar volume Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium
sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium
sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
c.       Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik
bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna
warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
d.      Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan
konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah
memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna
kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat
dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang
sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun
menggunakan jenis parfum yang ekslusif.
7. Metodelogi Sabun
Proses pembuatan sabun terdiri dari proses panjang mulai dari
pengolahan sampai pembungkusan (packaging). Produk pembersih ini
biasanya terdiri 3 bentuk/wujud utama: batangan [bar], serbuk/bubuk
[powder] dan cairan [liquid] (beberapa produk cairan bahkan ada yang
pekat/kental seperti jelly).

Berdasarkan penggunaannya, sabun dapat diklasifikasi menjadi 3 jenis,


yaitu:
1. Laundry Soap; untuk sabun cuci.
2. Toilet soap; yang digunakan untuk mandi dan perawatan kulit, termasuk
juga disini medicine soap.
3. Textile soap, yang digunakan untuk pada proses scouring textile, proses
degumming sutera dll.

A. Saponifikasi
Detergen Bubuk (Powder Detergen)
Deterjen bubuk yang diproduksi dengan cara spray drying, aglomerasi,
pencampuran kering atau kombinasi dari metode ini.

Dalam proses spray drying, bahan-bahan kering dan cair pertama kali
digabungkan ke dalam bentuk bubur, atau suspensi tebal, dalam sebuah
tangki yang disebut Crutcher. Bubur dipanaskan dan kemudian dipompa
ke bagian atas sebuah menara di mana ia disemprotkan melalui nozel di
bawah tekanan tinggi untuk menghasilkan tetesan kecil. Tetesan jatuh
melalui arus udara panas, membentuk butiran berongga saat kering.
Granul kering yang dikumpulkan dari bagian bawah menara semprot di
mana mereka disaring untuk mencapai ukuran yang relatif seragam.
Aglomerasi, yang mengarah ke bubuk kepadatan lebih tinggi, terdiri dari
pencampuran bahan baku kering dengan bahan cair. Dibantu oleh adanya
pengikat cair, penggilingan atau penyebab pencampuran geser bahan
untuk bertabrakan dan menempel satu sama lain, membentuk partikel
yang lebih besar

Pencampuran pencampuran atau kering kering digunakan untuk berbaur


bahan baku kering. Sejumlah kecil cairan juga dapat ditambahkan
8. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :

9. Bahan dasar pembuatan sabun secara sederhana adalah dengan


memanaskan campuran antara lemak/minyak dengan alkali
basa.Selain bahan baku tersebut dapat ditambahkan zat
pewarna,zat pewangi,dan zat aktif.
10. Proses pembuatan sabun diantaranya adalah proses dingin,
proses panas, dan proses pendidihan.
11. Tahap-tahap proses pembuatan sabun ada 4 yaitu,saponifikasi
lemak netral, pengeringan, netralisasi asam lemak, dan
penyempurnaan sabun
9. Contoh Produk Sabun
10. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai