Apakah boleh melakukan tindakan aborsi pada kasus janin hasil
tindak pemerkosaan? Apakah boleh melakukan tindakan abortus pada kasus indikasi kecacatan janin? Pengertian Aborsi (bahasa Latin : abortus) menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengguguran. Menurut istilah kedokteran pengakhiran kehamilan selama masa gestasi yaitu 28 minggu sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI) penghentian kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan Macam-macam Dalam dunia kedokteran dikenal adanya 2 macam aborsi, yaitu : 1. Aborsi spontan atau alamiah yaitu berlangsung tanpa tindakan apapun. Terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak baik, pola hidup ibu, dan penyakit tertentu yang diderita oleh ibu sehingga mempengaruhi janin yang dikandungnya. 2. Abortus provokatus atau buatan, yaitu pengguguran janin yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi provokatus dibagi menjadi dua : a. Abortus provocatus Therapeuticum (Isqath ‘Ilaji) yang bertujuan untuk kepentingan medis. Dimana dilakukan atas dasar indikasi medis yaitu apabila kehamilan tersebut membahayakan nyawa sang ibu dan atau janin. b. Abortus provocatus Criminalis (Isqath Ikhtiyari) yang bertujuan untuk alasan tertentu,bukan indikasi medis dan melanggar hukum. Beberapa hukum mengenai aborsi ditinjau dari segi peniupan ruh kedalam janin Aborsi sebelum peniupan ruh 1. Hukumnya boleh, bahkan sebagian ulama membolehkan mengugurkan janin tersebut dengan obat. Dengan syarat adanya ijin dari kedua orang tuanya. Bahwa sebelum empat bulan,ruh belum ditiupkan dianggap benda mati berdalil dengan hadis Ibnu Mas’ud, sehingga boleh digugurkan 2. Hukumnya makruh, dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam ar-Ramli 3. Hukumnya haram,dalilny bahwa air mani sudah bercampur dengan ovum wanita, dan sudah terjadi implantasi di dalam rahim wanita tersebut. Pendapat ini dianut oleh Imam al-Ghazali dan Ibnu al-Jauzi. Ketiga pendapat tersebut ada batasan-batasan tertentu,yaitu untuk kepentingan medis. Aborsi setelah peniupan ruh Namun hukum ini berlaku jika pengguguran janin tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Ada beberapa syarat mengenai darurat sehingga digolongkan dalam konteks syar’i : 1. Darurat merupakan tindakan penyelamatan diri akibat timbulnya kekhawatiran yang mendalam jika hal tersebut tidak dilakukan akan menimbulkan rusaknya salah salah satu bagian dari Maqashid asy-syariah yang wajib dijaga. 2. Darurat tidak berhubungan dengan perbuatan maksiat 3. Darurat merupakan satu-satunya alasan yang dapat menghilangkan kesulitan bagi orang yang sedang berada dalam masalah 4. Rukshah hanya boleh digunakan dalam keadaan terdesak saja atau untuk mencegah terjadinya kemadharatan 5. Jika dapat diyakini bahwa orang yang berada dalam kondisi darurat akan terkena bahaya jika tidak mengambil jalan darurat 6. Darurat tidak melanggar hak orang lain atau yang timbulmelanggar hal-hal yang telah dilarang oleh agama 7. Kerusakan yang timbul akibat meninggalkan perbutan yang dilarang lebih besar daripada kerusakan karena melakukannya. Aborsi terhadap janin pada kasus pemerkosaan Pasal 75 ayat (1) undang-undang no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan melarang setiap orang untuk melakukan aborsi, dikecualikan berdasarkan Pasal 75 ayat (2) UU kesehatan : b.Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Kehamilan akibat perkosaan itupun juga harus dibuktikan dengan pasal 34 ayat (2) PP 61/2014 : 1. Usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter; dan 2. Keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan perkosaan Madzhab Imam Syafi’i memberikan syarat diperbolehkannya aborsi tersebut adalah usia kehamilan akibat perkosaan tidak lebih dari 120 hari. Dan,kehamilan hasil perkosaan merupakan hal yang tidak diinginkan oleh pihak wanita bersifat darurat. Jika aborsi dilakukan setelah batas yang telah ditetapkan maka terhitung pembunuhan Aborsi terhadap Cacat Janin Undang-undang no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 75 ayat (1) pada dasarnya setiap orang dilarang melakukan aborsi. Dikecualikan berdasarkan pasal 75 ayat 2 a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia kehamilan dini,baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. TERIMA KASIH