Anda di halaman 1dari 11

Abortus menurut

Pandangan Islam
RAHMADANI AYU AZARI
Pendahuluan

ABORTUS

Kode Etik Kedokteran ?? Hukum Islam ??


Permasalahan

Apakah boleh melakukan tindakan aborsi pada kasus janin hasil


tindak pemerkosaan? Apakah boleh melakukan tindakan abortus
pada kasus indikasi kecacatan janin?
Pengertian
Aborsi (bahasa Latin : abortus) menurut kamus besar Bahasa Indonesia  pengguguran.
Menurut istilah kedokteran  pengakhiran kehamilan selama masa gestasi yaitu 28 minggu
sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
Menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI)  penghentian kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
Macam-macam
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya 2 macam aborsi, yaitu :
1. Aborsi spontan atau alamiah yaitu berlangsung tanpa tindakan apapun. Terjadi karena
pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak baik, pola hidup ibu, dan penyakit tertentu
yang diderita oleh ibu sehingga mempengaruhi janin yang dikandungnya.
2. Abortus provokatus atau buatan, yaitu pengguguran janin yang dilakukan secara sengaja
dengan tujuan tertentu. Aborsi provokatus dibagi menjadi dua :
a. Abortus provocatus Therapeuticum (Isqath ‘Ilaji) yang bertujuan untuk kepentingan medis.
Dimana dilakukan atas dasar indikasi medis yaitu apabila kehamilan tersebut membahayakan
nyawa sang ibu dan atau janin.
b. Abortus provocatus Criminalis (Isqath Ikhtiyari) yang bertujuan untuk alasan tertentu,bukan
indikasi medis dan melanggar hukum.
Beberapa hukum mengenai aborsi ditinjau
dari segi peniupan ruh kedalam janin
Aborsi sebelum peniupan ruh
1. Hukumnya boleh, bahkan sebagian ulama membolehkan mengugurkan janin tersebut
dengan obat. Dengan syarat adanya ijin dari kedua orang tuanya. Bahwa sebelum empat
bulan,ruh belum ditiupkan dianggap benda mati berdalil dengan hadis Ibnu Mas’ud,
sehingga boleh digugurkan
2. Hukumnya makruh, dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam ar-Ramli
3. Hukumnya haram,dalilny bahwa air mani sudah bercampur dengan ovum wanita, dan sudah
terjadi implantasi di dalam rahim wanita tersebut. Pendapat ini dianut oleh Imam al-Ghazali
dan Ibnu al-Jauzi.
Ketiga pendapat tersebut ada batasan-batasan tertentu,yaitu untuk kepentingan medis.
Aborsi setelah peniupan ruh
Namun hukum ini berlaku jika pengguguran janin tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Ada
beberapa syarat mengenai darurat sehingga digolongkan dalam konteks syar’i :
1. Darurat merupakan tindakan penyelamatan diri akibat timbulnya kekhawatiran yang mendalam jika hal
tersebut tidak dilakukan akan menimbulkan rusaknya salah salah satu bagian dari Maqashid asy-syariah
yang wajib dijaga.
2. Darurat tidak berhubungan dengan perbuatan maksiat
3. Darurat merupakan satu-satunya alasan yang dapat menghilangkan kesulitan bagi orang yang sedang
berada dalam masalah
4. Rukshah hanya boleh digunakan dalam keadaan terdesak saja atau untuk mencegah terjadinya
kemadharatan
5. Jika dapat diyakini bahwa orang yang berada dalam kondisi darurat akan terkena bahaya jika tidak
mengambil jalan darurat
6. Darurat tidak melanggar hak orang lain atau yang timbulmelanggar hal-hal yang telah dilarang oleh agama
7. Kerusakan yang timbul akibat meninggalkan perbutan yang dilarang lebih besar daripada kerusakan
karena melakukannya.
Aborsi terhadap janin pada
kasus pemerkosaan
Pasal 75 ayat (1) undang-undang no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan melarang setiap orang
untuk melakukan aborsi, dikecualikan berdasarkan Pasal 75 ayat (2) UU kesehatan :
b.Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
Kehamilan akibat perkosaan itupun juga harus dibuktikan dengan pasal 34 ayat (2) PP 61/2014 :
1. Usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh surat keterangan
dokter; dan
2. Keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan perkosaan
Madzhab Imam Syafi’i memberikan syarat diperbolehkannya aborsi tersebut adalah usia
kehamilan akibat perkosaan tidak lebih dari 120 hari. Dan,kehamilan hasil perkosaan merupakan
hal yang tidak diinginkan oleh pihak wanita bersifat darurat. Jika aborsi dilakukan setelah batas
yang telah ditetapkan maka terhitung pembunuhan
Aborsi terhadap Cacat Janin
Undang-undang no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 75 ayat (1) pada dasarnya setiap
orang dilarang melakukan aborsi. Dikecualikan berdasarkan pasal 75 ayat 2
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia kehamilan dini,baik yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai