Anda di halaman 1dari 23

TUTORIAL 7

1. Thessalonika Ulrike Butar-butar 19000048


2. Dea Putri Yosepha N 19000098
3. Tiara Safira br Sihaloho 1900009
4. Alek Febrian Maruli Teguh Manik 19000021
5. Mariana Siringo-ringo 19000098
6. Ona Tri Ulina Simbolon 19000024
7. Bintang Febriyanti 19000016
8. Yolanda Kresencia Sipayung 19000050
9. Muhammad Ivan Adhar 19000105
10. Maria Betsaida Panjaitan 19000042
PEMICU

Seorang wanita 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mual dan


muntah sejak 3 bulan yang lalu. Muntah dan mual disertai dengan nyeri ulu
hati dan kembung. Selain itu, pasien selalu merasa cepat kenyang disertai
dengan berkurangnya nafsu makan. Riwayat penggunaan obat-obatan anti
nyeri dan jamu-jamuan tidak dijumpai. Pasien sering terlambat makan dan
sering membeli makan diluar.
LEARNING ISSUE

1. Mekanisme pengosongan lambung


2. Anatomi dan histologi
3. Biokimia dan fisiologi
4. Patofisiologi pada dispepsia
5. Type yang dihasilkan
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya dispepsia
7. Pemeriksaan penunjang dispepsia
8. DD dispepsia
9. Penatalaksanaan
10. Edukasi pasien dispepsia
MEKANISME PENGOSONGAN
LAMBUNG

Pengosongan lambung ini berlangsung terus selama pencernaan di lambung,


sering kali pada interval yang tak teratur, ingesta lambung didorong ke dalam usus
oleh kontraksi lambung yang meningkatkan tekanan dalam lambung lebih tinggi
daripada tekanan dalam duodenum. Sphincter pylori mencegah regurgitasi
duodenum dan kurang berarti dalam pengaturan pengosongan lambung. Tekanan
osmose, viskositas, volume dan pH lambung juga dapat mempengaruhi
pengosongan lambung. bila larutan asam dengan pH 3.0 berkontak dengan mukosa
duodenum terjadilah reflex inhibisi gerak lambung, ini dikenal sebagai reflex
enterogastrikum. Lemak dan asam- asam lemak dalam duodenum berkombinasi
dengan garam-garam empedu dan menyebabkan pelepasan hormon enterogastrone
dari mukosa duodenum, yang mempunyai effek inhibisi pada gerak dan sekresi
lambung.
ANATOMI
HISTOLOGI
BIOKIMIA
FISIOLOGI
PATOFISIOLOGI PADA
DISPEPSIA

1.Sekresi asam lambung


Dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun
dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Terjadinya peningkatan sensitivitas mukosa
lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.

2.Helicobacter pylori (HP)


Peran infeksi HP pada dispepsia fungsional belum sepenuhnya dimengerti dan diterima. Kekerapan
infeksi H. pylori pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka
kekerapan infeksi HP pada kelompok orang sehat.

3.Dismotilitas Gastrointestinal
Bahwa pada dispepsia fungsional, terjadi perlambatan pengosongan lambung dan hipomotilitas antrum
(hingga 50% kasus), bahwa proses motilitas gastrointestinal merupakan proses yang sangat kompleks,
sehingga gangguan pengosongan lambung saja tidak dapat mutlak menjadi penyebab tunggal adanya
gangguan motilitas.
4.Ambang rangsang persepsi
Dispepsia memiliki hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di
gaster atau duodenum, meskipun mekanisme pastinya masih belum
dipahami. Hipersensitivitas viseral juga disebut-sebut memainkan peranan
penting pada semua gangguan fungsional dan dilaporkan terjadi pada 30-
40% pasien dengan dispepsia fungsional.

5.Disfungsi autonom
Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas
gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal
juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung
sewaktu menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi
lambung dan rasa cepat kenyang.

6.Aktivitas mioelektrik lambung


Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi
terdeteksi pada beberapa kasus dispepsia fungsional, tetapi peranannya
masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
7. Peranan hormonal
Adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas
antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin
memengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit
gastrointestinal.

8.Diet dan faktor lingkungan


Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia fungsional
dibanding kasus kontrol.

9.Psikologis
Adanya stres akut dapat memengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetuskan
keluhan pada orang sehat. Adanya penurunan kontraktilitas lambung yang
mendahului keluhan mual setelah pemberian stimulus berupa stres.

10.Faktor genetik
Potensi kontribusi faktor genetik juga mulai dipertimbangkan, seiring dengan
terdapatnya bukti-bukti penelitian yang menemukan adanya interaksi antara
polimorfi sme gengen terkait respons imun dengan infeksi Helicobacter pylori pada
pasien dengan dispepsia fungsional.
TYPE YANG DIHASILKAN

1. Dispepsia organik : Disebabkan karena adanya


masalah pada organ. Cth : Tukak peptik, gastritis,
batu kandung empedu.
2. Dispepsia anorganik (fungsional) : Faktor
penyebab bukan karena adanya kerusakan organ.
Sewaktu diperiksa tidak ada ditemukan kelainan
pada organ, hanya dijumpai gejala. Harus disertai
dengan oemeriksaan penunjang (radiologi,
endoskopi dan laboratorium)
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 :

1. Dispepsia tipe seperti ulkus, dimana yang lebih


dominan adalah nyeri di epigastrik
2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas, dimana yang
lebih dominan adalah keluhan kembung, mual,
muntah, rasa penuh, cepat kenyang
3. Dispepsia tipe nin-spesifik, dimana tidak ada
keluhan yang dominan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TIMBULNYA DISPEPSIA

1. Merokok
2. Mengkonsumsi kafein berlebihan
3. Mengkonsumsi minuman beralkohol
4. Faktor psikologis : stress
5. Pola makan
6. Konsumsi obat – obatan
7. Jenis makanan
PEMERIKSAAN PENUNJANG DISPEPSIA

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Hitung jenis sel darah yang lengkap dan
3. Pemeriksaan darah dalam tinja dan urine
4. Barium enema
5. Endoskopi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi
adalah:

1. CLO (rapid urea test)


2. Patologi anatomi (PA)
3. Kultur mikroorganisme (MO)
4. jaringan PCR (polymerase chain reaction), hanya
dalam rangka
5. Penelitian
6. Radiologi, yatu OMD dengan kontras ganda,
serologi Helicobacter pylori, dan urea breathtest
(belum tersedia di Indonesia).
DD DISPEPSIA

 Ketika didapatkan kelainan organik maka perlu dipikirkan kemungkinan


diagnosis banding yaitu dispepsia organik, tetapi apabila tidak
ditemukan kelainan organik maka pikirkan kecurigaan dispepsia
fungsional.
 Dispepsia organik terdiri dari ulkus duodenum, ulkus gaster, gastritis,
gastritis erosif, duodenitis, dan proses keganasan. Pada dispepsia
fungsional dapat didiagnosis berdasarkan kriteria didapatkan satu atau
lebih gangguan di gastrointestinal seperti rasa yang mengganggu setelah
makan, cepat kenyang, kembung, rasa tidak nyaman atau nyeri dan rasa
terbakar di epigastrium. Gejala yang dirasakan harus berlangsung kurang
lebih selama tiga bulan terakhir.
 Diagnosis dispepsia ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Penegakkan dispepsia dapat ditemukan tumpang tindih dengan GERD
pada praktik sehari-hari.
PENATALAKSANAAN

1. Antasid
2. Penyekat H2 reseptor
3. Penghambat pompa proton
4. Sitoproteksi
5. Prokinetik Obat lain lain
Obat golongan 5-HT 1 (sumatriptan dan
buspiron) dapat memperbaiki akomodasi
lambung dan memperbaiki keluhan rasa cepat
kenyang setelah makan.
EDUKASI PASIEN DISPEPSIA

1. Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin


& NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)
2. Menghindari stress
3. Stop merokok & alkohol
4. Stop kafein (stimulan asam lambung)
5. Menghindari makanan dan minuman soda
6. Melakukan diiet lambung dengan cara memberi makanan dan cairan
secukupnya agar tidak memperberat kerja lambung dan juga mencegah sekresi
asam lambung yang berlebihan
7. Saat lambung ngadat memakan cairan terlebih dahulu
8. Mengunyah makanan sampai halus untuk mengurangi kerja sistem pencernaan
9. Jangan makan sambil mengobrol, sebab dapat menyebabkan udara ikut masuk
sehingga menyebabkan perut kembung
Syarat makanan untuk diit lambung :
1. Mudah Cerna
2. Porsi Kecil
3. Lemak Rendah
4. Rendah Serat
5. Cairan Cukup
6. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
7. Beras Ketan
8. Jagung
9. Ubi
10. Talas
11. Cuka
12. Minuman Bersoda
13. Durian
SOLUSI CEGAH GANGGUAN PENCERNAAN
 Biasakan makan dengan teratur
 Kunyah makanan dengan baik supaya enzim ptialin dalam
kelenjar ludah dapat melakukan fungsinya dengan sempurna
 Jangan makan terlalu banyak
 Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses
mencerna tidak terganggu (interval 2-3 jam)
 Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat
 Konsumsi makanan probiotik
 Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein)
hewani dan karbohidrat sederhana)
 Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin
(dapat mengiritasi lapisan dinding lambung)
 Kurangi stress

Anda mungkin juga menyukai