Anda di halaman 1dari 10

Kebiasaan dan Praktik

Bisnis International
Pemahaman awal
• Praktik bisnis international adalah
permasalahan peemahaman mengenai
kebiasaan pada negara yang dituju.
• Contoh: bagaimana Jepang bisa menjadi ‘as
western as can be’ dalam aneka produksi
dalam negerinya bisa meningkatkan sales
yang sanag tinggi dan mampu menembus
pasar dunia barat. intinya adalah
bagaimana bisa beradaptasi
Bagaimana caranya beradaptasi?
1. Cultural imperatives: berarti bagi kebiasasaan bisnis dan
ekspektasi agar hubungan bisnis dapat berhasil. Contoh:
sie-sie, arigato, terima kasih, adios, matur nuwun dll.
2. Cultural adiaphora: berubungan dengan daerah (di sini
perilaku/ kebiasaan) bagi pebisnis untuk berpartisipasi
tetapi tidak secara mutlak. Contoh: kita tidak
mengharapkan seorang asing dari barat untuk melepas alas
kakinya saat masuk rumah.
3. Cultural exclusives: perilaku atau kebiasaan yang sudah
mengarah pada ekskusifisme dalam melakukan bisnis.
Contoh: sangat berbahaya bila seorang asing mengkritisi
kebijakan luar negeri Indonesia di Indonesia  berbagai hal
seperti agama, ras, warna kulit dsb dapat menjadi pemicu.
 bisa memunculkan kebencian
Memahami tujuan manajemen dan
aspirasinya
• Di sini ada beberapa hal:
1. Personal goals: profit tinggi, jabatan, status, power
dll.
2. Security and mobility: mengacu pada motivasi
dasar manusia yang meluas pada motif ekonomi
dan sosial.
3. Personal Life: bagi banyak orang, apalagi pelaku
bisnis berorientasi int’l, kehidupan individual lebih
berharga dari sekedar laba atau tujuan yang lain.
Contoh: orang jepang akan mementingkan
kejujuran kerja daripada laba tetapi korupsi.
4. Social acceptance: dapat diterima oleh mitra
kerja tampaknya lebih penting daripada laba
tapi stress.  dan merupakan kebanggaan.
Ini sangat kelihatan dalam budaya di Asia,
termasuk Indonesia.
5. Power: sering kali, power dalam bisnis bisa
mengarah pada kepentingan politik dan
perluasan pangsa pasar bisnis.
M-time vs P-
time
• M-time atau monochronic time digunakan pada
negara-negara barat dan skandinavia. Di sini, kinerja
dipusatkan pada kebijakan yang ‘one at a time’.
• P-time atau Polychronic Time lebih dominan pada
negara yang multikultur. Kontak manusia di sini lebih
sering terjadi yang menyebabkan banyak keputusan
bisa dilakukan pada saat yang bersamaan.  di Asia
dan Amerika Selatan
Kebijakan Tanggung jawab
sosial dan etika

• Dalam operasi bisnis, ada 5 kesulitan hal yang


timbul dalam pengambilan keputusan.
1. Employment practices and policies
2. Perlindungan konsumen
3. Perlindungan/ kepedulian lingkungan
4. Pembayaran untuk kepentingan politik dalam suatu
negara
5. HAM dan kebebasan dasar lain.
Permasalahan Politik
Stability of Government Policies.
• Partai politik: di negara berkembang, sangat
mempengaruhi eksistensi sebuah bisnis
internasional.
• Nasionalisasi: kesiapan bila sebuah perusahaan
akan dihibahkan kepada sebuah negara
• Risiko ekonomi: ada masalah fluktuasi kurs, hukum
dan peraturan di negara yang dituju, peraturan
mengenai impor, pajak, penentuan harga, political
economy dan ketenagakerjaan.
Langkah mengurangi risiko politik
1. Joint ventures go public, merger, dll
2. Memperluas basis investasi lokal  memperkuat rasa
kepemilikan lokal
3. Pemasaran dan distribusi  adil dan terjangkau luas
4. Lisensi dan peraturan perundangan  demi
keamanan kinarja
5. Domestikisasi yang terencana siapa yang lokal dan
yang diimpor
6. Payoff politik kerjasama dengan key people untuk
dapat menembus pasar
Samp

Anda mungkin juga menyukai