3 Kebiasaan Dan Praktik Bisnis International
3 Kebiasaan Dan Praktik Bisnis International
Bisnis International
Pemahaman awal
• Praktik bisnis international adalah
permasalahan peemahaman mengenai
kebiasaan pada negara yang dituju.
• Contoh: bagaimana Jepang bisa menjadi ‘as
western as can be’ dalam aneka produksi
dalam negerinya bisa meningkatkan sales
yang sanag tinggi dan mampu menembus
pasar dunia barat. intinya adalah
bagaimana bisa beradaptasi
Bagaimana caranya beradaptasi?
1. Cultural imperatives: berarti bagi kebiasasaan bisnis dan
ekspektasi agar hubungan bisnis dapat berhasil. Contoh:
sie-sie, arigato, terima kasih, adios, matur nuwun dll.
2. Cultural adiaphora: berubungan dengan daerah (di sini
perilaku/ kebiasaan) bagi pebisnis untuk berpartisipasi
tetapi tidak secara mutlak. Contoh: kita tidak
mengharapkan seorang asing dari barat untuk melepas alas
kakinya saat masuk rumah.
3. Cultural exclusives: perilaku atau kebiasaan yang sudah
mengarah pada ekskusifisme dalam melakukan bisnis.
Contoh: sangat berbahaya bila seorang asing mengkritisi
kebijakan luar negeri Indonesia di Indonesia berbagai hal
seperti agama, ras, warna kulit dsb dapat menjadi pemicu.
bisa memunculkan kebencian
Memahami tujuan manajemen dan
aspirasinya
• Di sini ada beberapa hal:
1. Personal goals: profit tinggi, jabatan, status, power
dll.
2. Security and mobility: mengacu pada motivasi
dasar manusia yang meluas pada motif ekonomi
dan sosial.
3. Personal Life: bagi banyak orang, apalagi pelaku
bisnis berorientasi int’l, kehidupan individual lebih
berharga dari sekedar laba atau tujuan yang lain.
Contoh: orang jepang akan mementingkan
kejujuran kerja daripada laba tetapi korupsi.
4. Social acceptance: dapat diterima oleh mitra
kerja tampaknya lebih penting daripada laba
tapi stress. dan merupakan kebanggaan.
Ini sangat kelihatan dalam budaya di Asia,
termasuk Indonesia.
5. Power: sering kali, power dalam bisnis bisa
mengarah pada kepentingan politik dan
perluasan pangsa pasar bisnis.
M-time vs P-
time
• M-time atau monochronic time digunakan pada
negara-negara barat dan skandinavia. Di sini, kinerja
dipusatkan pada kebijakan yang ‘one at a time’.
• P-time atau Polychronic Time lebih dominan pada
negara yang multikultur. Kontak manusia di sini lebih
sering terjadi yang menyebabkan banyak keputusan
bisa dilakukan pada saat yang bersamaan. di Asia
dan Amerika Selatan
Kebijakan Tanggung jawab
sosial dan etika