405150048 LI I EMBRIOLOGI HATI, DUKTUS BILIARIS, DAN KANDUNG EMPEDU • Primodium hati muncul pertengahan minggu 3 sebagai penonjolan epitel endoderm (divertikulum hati/tunas hati) di ujung distal duodenum • Sel tunas hati berproliferasi dengan cepat menembus septum transversum (lempeng mesoderm) • Hubungan tunas hati dan duodenum menyempit karena sel-sel tunas hati terus menembus septum, dan terbentuklah duktus biliaris. • Duktus biliaris membentuk tonjolan kecil di ventral yang membentuk kandung empedu dan duktus sistikus. • Epitel korda hati bercampur dengan vena vitelina dan vena umbilikalis membentuk sinusoid hati. • Korda hati berdiferensiasi membentuk parenkim (sel- sel hati) dan lapisan duktus biliaris. • Mesoderm septum transversum membentuk sel hemapoetik, sel kupffer, dan sel jaringan ikat. • Sel hati menginvasi seluruh septum transversum, menonjol ke kaudal ke dalam rongga abdomen, sehingga mesoderm septum yang terletak di antara hati dan usus membentuk omentum minus; di antara hati dan dinding abdomen ventral membentuk lig. Falsiforme. • Inhibitor: ektoderm dan mesoderm non-jantung (terutama notokord) • Inhibitor dihambat oleh: fibroblast growth factor (FGF) yang dihasilkan oleh mesoderm jantung • Kompetensi endoderm untuk merespon FGF ditingkatkan oleh bone morphogenetic protein (BMP) yang disekresi oleh septum transversum • Pembentukan hepatosit dan turunan sel empedu diatur oleh hepatocyte nuclear transcription factor (HNF3 dan 4) LI II METABOLISME BILIRUBIN LI III IKTERUS DEFINISI • Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. • Orang dewasa ikterus dengan kadar bilirubin serum >2 mg/dL • Neonatus ikterus dengan kadar bilirubin >5 mg/dL ETIOLOGI
24 jam 24-72 jam >72 jam
• Penyakit hemolitik • Fisiologis • Sepsis • Rh • Sepsis • Cephalhaematoma • ABO • Polycythemia • Hepatitis neonatus • Infeksi • Intraventrikel hemoragik • Atresia biliaris ekstrahepatis • TORCH • Peningkatan sirkulasi • Ikterus ASI • Malaria enterohepatik sekunder • Bakteri • Defisiensi G6PD Peningkatan produksi bilirubin Inkompatibilitas darah fetomaternal (Rh, ABO) Peningkatan penghancuran bilirubin Defisiensi G6PD, galaktosemia Perdarahan tertutup (sefalhematom, memar) Sepsis Peningkatan jumlah hemoglobin Polisitemia Keterlambatan klem tali pusat Peningkatan sirkulasi enterohepatik Keterlambatan mekonium, ileus mekonium, meconium plug syndrome Puasa/terlambat minum Atresia atau stenosis intestinal Perubahan clearance bilirubin hati Imaturitas Perubahan produksi atau aktivitas uridine diphosphoglucoronyl Hipotiroidisme, gg metab aa transferase Perubahan fungsi dan perfusi hati (kemampuan konjugasi) Asfiksia, hipoksia, hipotermi, hipoglikemi Sepsis Obat-obatan dan hormon (novobiasin, pregnanediol) Obstruksi hepatik (hiperbilirubinemia direk) Atresia biliaris, fibrosis kistik Hepatitis, sepsis Bilirubin load berlebihan KLASIFIKASI • Klasifikasi ikterus berdasarkan mekanisme: • Pra-hepatik: sebelum hati • Hepatik: di dalam hati • Post-hepatik: setelah konjugasi bilirubin dalam hati KLASIFIKASI Fisiologis Patologis • Muncul setelah 24 jam • Bisa muncul dalam/sebelum 24 jam • Puncaknya hari 4,5, atau 7 • Berlangsung lama (bisa 8 hari pada bayi cukup • Peningkatan kadar bilirubin <0.2 mg/dL/jam atau bulan, 14 hari pada bayi kurang bulan) <5 mg/dL/hari • Peningkatan kadar bilirubin >0.5 mg/dL/jam atau • Total serum bilirubin <15 mg/dL >5 mg/dL/hari • Conjugated bilirubin <2 mg/dL • Total serum bilirubin >15 mg/dL • Conjugated bilirubin >2 mg/dL • Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari PATOFISIOLOGI RISK SKALA KRAMER FACTORS J Jaundice within first 24 hours of life Score Ikterus TSB A A sibling who was jaundiced as neonate 1 Kepala dan leher 5 mg/dL U Unrecognized hemolysis 2 Dada dan punggung 5-10 mg/dL N Non-optimal sucking/nursing 3 Bawah pusar sampai 10-12 mg/dL lutut D Deficiency of G6PD, Pyruvate kinase 4 Lengan dan kaki 15 mg/dL bawah lutut I Infection 5 Tangan dan kaki >15 mg/dL C Cephalhaematoma/bruising
E East Asian/North Indian
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN LAB FISIK • Pemeriksaan fisik harus fokus pada identifikasi salah satu penyebab ikterus patologis yang diketahui.
• Bayi harus dinilai pucat, petechiae, darah ekstravasat,
memar yang berlebihan, hepatosplenomegali, penurunan berat badan, dan bukti dehidrasi. DIAGNOSIS • Tampilan ikterus dapat diltentukan dengan memeriksa bayi dalam ruangan dengan pencahayaan baik dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk melihat warna kulit dan jaringan subkutan. • Pemeriksaan fisik fokus pada identifikasi penyebab. • Kondisi bayi harus diperiksa pucat, petekie, extravasasi darah, memar kulit yang berlebihan, hepatosplenomegali, kehilangan berat badan, dan dehidrasi. • Mengetahui faktor resiko. TREATMENT • Embriologi langman ed 12 • Harper biokim • https://www.aap.org/en-us/professional-resources/quality-improvem ent/Quality-Improvement-Innovation-Networks/Documents/Hyperbili _SHB.pdf • http://www.aafp.org/afp/2002/0215/p599.html • IPD