Anda di halaman 1dari 28

KOMPONEN – KOMPONEN

DI DALAM BATU BARA


Anggota :
1. Okta Melinda 061830400283
2. Rizanti Fadilah Azzahra 061830400284
3. Sulistia 061830400335

Dosen Pembimbing : Taufik Jauhari, S.T.,M.T.


PENDAHULUAN

Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai


suatu cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan
pengendapan hancuran bahan berselulosa yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
Bahan ini terpadatkan dan berubah karena adanya proses tekanan
dan panas akan berubah berturut-turut peat, lignit, sub-bittuminus,
bittuminus, dan antrasit tergantung dari besarnya tekanan dan pemanasan
yang dialami.
Proses Terbentuknya Batubara

◦Batubara terbentuk pada daerah dataran rendah


◦Proses sedimentasi
◦Proses Biokimia
◦Adanya perubahan tekanan
Reaksi Pembentukan Batubara

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +6CO2+CO


Struktur Batubara
◦Struktur kimia batubara dikategorikan dalam tiga kelompok,
yaitu struktur aromatic, struktur alifatik, dan struktur
hereroatom.
1. Struktur aromatic
Aromatik meningkatkan sesuai dengan peringkat batubara .
Sekitar 0,72 untuk batubara sub-bituminous , 0,82 untuk
batubara bituminus mudah menguap, dan mendekati 1 untuk
batubara antrasit.
Jumlah rata rata cincin aromatic bertambah dengan semakin
tinggi kadar karbon dalam batubara . Batubara dengan kadar
karbon 70-83 % mempunyai cincin rata rata 2, batubara dengan
kadar karbon 85-90 % mempunyai cincin aromatic melebihi 3-5,
dan batubara dengan kadar karbon 95% mempunyai cincin
aromatic melebihi 40 . Kereaktifan batubara berkurang dengan
bertambahnya jumlah cincin aromatik
2. Struktur Alifatik
Struktur alifatik terdiri dari senyawa alifatik
rantai pendek (metil,etil) dan jembatan jembatan
(metilen,etilen). Jembatan metilen lebih reaktif
daripada senyawa alifatik. Pada reaksi termal,
senyawa alifatik rantai panjang akan
terdekomposisi menjadi senyawa alifatik rantai
pendek,dan senyawa alifatik rantai pendek akan
terdekomposisi menghasilkan gas metan dan
olefin. Jumlah struktrur alifatik berkurang dengan
naiknya peringkat batubara.
3. Struktur Heteroatom
Heteroatom oksigen ,sulphur, dan nitrogen berperan
penting dalam pemrosesan batubara sehingga perlu
diketahui bentuk keberadaannya dalam batubara dan
kemungkinan reaksi dalam kondisi proses yang berbeda.
Oksigen dalam batubara berupa air dan mineral
organic. Gugus fungsional oksigen terdiri dari
karbonil,hidroksil,karboksil, metoksil,fenol,eter dan
ester.Sebagian besar gugus karboksil terdapat dalam
batubara peringkat rendah. Kandungan oksigen dalam
berbagaiPeringkat
peringkatBatubara
batubara Oksigen
Lignit 43,3
Subbituminus 29,6
Bituminus 16,4
Antrasit 2,9
Kandungan sulfur batubara bituminu sekitar 0,38 – 5,32 %,
pada subbituminous sekitar 0,3-2 %. Kandungan sulphur dalam
berbagai peringkat batubara dapat dilihat pada table dibawah
ini. Umumnya nisbah organic terhadap sulphur total lebih
tinggi untuk batubara dengan kadar sulfur rendah, dan
menurun dengan kenaikan kadar sulphur total. Kandungan
sulphur dalam batubara sangat merugikan karena akan
menimbulkan korosi dan polusi SO2.
Peringkat Batubara Sulfur %
Lignit 0,7
Subbituminus 0,3
Bituminus 1,8
Antrasit 0,5
Nitrogen dalam batubara berasal dari protein nabati
dan hewani . Umumnya batubara mengandung 1-2 %
nitrogen. Batubara bituminous mengandung 1,50 – 1,75
% nitrogen dan batubara antrasit mengandung nitrogen
<1%. Sebagian besar nitrogen dalam batubara
tergabung pada cincin heterosiklik seperti piridin dan
pirol.
Kandungan nitrogen yang tinggi dalam batubara
menyebabkan kenaikan suhu nyala batubara sehingga
akan meningkatkan
Peringkat nilai bakar batubara
Nitrogen Nilai, Kalor
seperti pada
table ini
Batubara ( Btu/lb)
Lignit 0,7 6110
Subbituminus 1,3 7000
Bituminus 1,4 7355
Antrasit 0,8 7700
SIFAT FISIK
DAN KIMIA
BATUBARA
SIFAT FISIK DAN KIMIA
BATUBARA

Berat
Jenis
Kekeras
an
Sifat
Warna
Fisik
Goresa
n
Pecaha
n
Berat jenis
Berat jenis (specific gravity) batubara berkisar dari
1,25g/cm3 sampai 1,70 g/cm3, pertambahannya sesuai
dengan peningkatan derajat batubaranya. Tetapi berat
jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3) sampai
batubara bituminous (1,25g/cm3), kemudian naik lagi
menjadi 1,5g/cm3 untuk antrasit sampai grafit
(2,2g/cm3). Berat jenis batubara juga sangat bergantung
pada jumlah dan jenis mineral yang dikandung abu dan
juga kekompakan porositasnya.
Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur
batubara yang ada. Keras atau lemahnya batubara juga
terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya. Uji
kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin
Hardgrove Grindibility Index (HGI). Nilai HGI
menunjukan niali kekersan batubara. Nilai HGI
berbanding terbalik dengan kekerasan batubara.
Semakin tinggi nilai HGI , maka batubara tersebut
semakin lunak. Dan sebaliknya, jika nilai HGI batubara
tersebut semakin rendah maka batubara tersebut
semakin keras.
Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna
coklat pada lignit sampai warna hitam legam pada
antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya akan
vitrain) umumnya berwarna cerah.
Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang
sampai coklat tua. Pada lignit, mempunyai goresan hitam
keabu-abuan, batubara berbitumin mempunyai warna
goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna
goresan dari coklat sampai hitam legam. 
Pecahan
Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari
potongan batubara dalam sifat memecahnya. Ini dapat
pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai
pecahan konkoidal. Batubara dengan zat terbang tinggi,
cenderung memecah dalam bentuk persegi, balok atau
kubus.

Bentuk Pecahan Bentuk Pecahan Bituminus


Antrasit
Sifat-Sifat Kimia
Batubara
◦ Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara
bertambah sesuai dengan peningkatan derajat
batubaranya, kenaikan derajatnya dari 60% hingga
100%. Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan
menjadi besar pada antrasit dan hampir 100% dalam
grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting
peranannya sebagai sumber panas. Karbon dalam
batubara tidak berada dalam unsurnya tetapi dalam
bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat
terbang.
◦ Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur
habis akibat evolusi metan. Kandungan hidrogen dalam liginit
berkisar antara 5%, 6% dan 4.5% dalam batubara berbitumin
sekitar 3% hingga 3,5% dalam antrasit.

◦ Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen
yang tidak reaktif. Sebagaimana dengan hidrogen kandungan
oksigen akan berkurang selama evolusi atau pembentukan air dan
karbondioksida. Kandungan oksigen dalam lignit sekitar 20% atau
lebih. Sedangkan dalam batubara berbitumin sekitar 4% hingga
10% dan sekitar 1,5% hingga 2% dalam batubara antrasit.
◦ Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa
organik yang terbentuk sepenuhnya dari protein bahan tanaman
asalnya dan jumlahnya sekitar 0,55% hingga 3%. Batubara
berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen daripada
lignit dan antrasit.

◦ Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat
kecil dan kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya
oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam batubara biasanya kurang dari
4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai
konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Sulfur Piritik (Piritic Sulfur)
2. Sulfur Organik
3. Sulfat Sulfur
KOMPONEN
KOMPONEN DALAM
BATUBARA
Komponen-Komponen
Dalam Batubara
Komponen dasar batubara :
◦ Batubara murni,
◦ Zat mineral
◦ Lengas total
Lengas (moisture)
◦ Lengas permukaan
Lengas ini berada di permukaan batubara karena pengaruh
iklim, penyemprtan serta keadaan udara pada saat penyimpanan
dan dapat hilang dengan penguapan misalnya air drying.

◦ Lengas tertambat/bawaan
Lengas yang terikat secara kimiawi dan fisika di dalam
batubara.

◦ Lengas Total
Banyaknya air yang terkandung dalam batubara baik terikat
secara alami ataupun pengaruh dari luar.
Abu (ash)
◦ Merupakan material organik dalam batubara setelah dilakukan
pembakaran pada temperatur tertentu yang sering disebut
mineral matter,
◦ Mineral matter dalam batubara terdiri dari senyawa Si, Al, Fe
dan sedikit Ti, Mn, Mg, Na, K dalam bentuk silikat,oksida,
sulfida, sulfat dan fosfat
◦ Unsur As, Cu, Pb, Ni, Zn dan uranium terdapat sangat sedikit
sekali yang disebut trace element

◦ Berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi :


1. Inherent mineral matter
2. Extraneous mineral matter
Zat terbang (volatile
matter)
◦ Merupakan bagian dari batubara yang akan berubah
menjadi volatile matter atau mudah menguap.
◦ Terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti H2,
CO,methan, Hidrokarbon ringan dan uap-uap
mengembun seperti tar, CO2 dan H2O.
◦ Semakin tinggi peringkat batubara maka semakin kecil
kadar zat terbang dalam batubara.
Karbon tetap/tertambat
(fixed carbon)
◦ Merupakan Karbon yang terdapat dalam batubara atau
padat yang tertinggal dari zat terbang.
◦ Pengeluaran zat terbang dan air maka akan
menyebabkan kenaikan karbon tertambat.
◦ Semakin tinggi karbon tertambat dalam batubara maka
mutu batubara semakin baik.
Nilai Kalor (Calorific
value)
◦ Nilai kalor merupakan jumlah panas yang dilepaskan jika
satu unit berat atau satu unit volume terbakar sempurna.
◦ Nilai kalor kotor batubara adalah panas yang dihasilkan
oleh pembakaran setiap satuan berat batubara dalam
sejumlah oksigen pada kondisi standar.
◦ Harga nilai kalor yang dapat dilaporkan sebagai suatu nilai
parameter yang penting adalah Gross Calorific Value (GCV)
yang diperoleh melalui pembakaran sampel batubara
◦ Nilai kalor yang dimanfaatkan dalam pembakarann
batubara adalah Net Calorific Value (NCV) yang dapat
dihitung dengan harga panas laten dan panas sensibel yang
dipengaruhi oleh kandungan total abu.

Anda mungkin juga menyukai