EPIDEMIOLOGI INFEKSI JAMUR ; DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT JAMUR OLEH : RIDHO TIANGGARA (851419029) SHINTABELLA MIRZYA CINTYA (851419031) JEANE KIRANIA TANGAHU (85141912) SITTY RAHMATHIA ACHMAD (851419006) AFIQ RAMADHAN (851419015) MUHAMMAD RAFIQ SUPRIADI (851419016) SAFERA ARIYANTI (8514190317) MEYLANDANI JERISA PUTRI (851419040) • Pengertian Jamur Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang-benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya (Volk and Wheeler, 1993). KLASIFIKASI , MORFOLOGI , STRUKTUR JAMUR KLASIFIKASI MORFOLOGI • Bentuk Jamur Mirip Dengan Tumbuhan Bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi tidak memiliki daun dan akar yang sejati, juga tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidak dapat melakukan fotosintesis. Jamur digolongkan atau diklasifikasikan tersendiri karena tidak dapat digolongkan dalam tumbuhan atau hewan. • Mempunyai Sel Banyak (Multiseluler) Pada umumnya jamur mempunyai sel banyak (multiseluler) , tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) seperti ragi atau yeast/ Saccharomyces. Jamur yang multiseluler ter- susun atas benang-benang yang disebut dengan hifa. Apabila dilihat dengan mikros- kop tampak bentuk hifa ini bersekat-sekat (bersepta) dan tidak bersekat. • Sporangiospora Sporangiospora merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus. Ada dua macam sporangiospora yang tidak bergerak (nonmotil) disebut aplanospora dan sporangiospora yang dapat bergerak karena mempunyai flagela yang disebut zoospora.
• Makanan Jamur Bisa Berasal dari Sumber Seperti
Tanah Makanan jamur bisa berasal dari sumber-sumber seperti tanah subur, produk makanan buatan pabrik, tubuh hewan atau tumbuhan, baik yang sudah mati (sebagai saprofit) atau yang masih hidup. Jamur yang hidup pada inang hidup dapat bersimbiosis mutualisme, yaitu dapat membantu tumbuhan memperoleh mineral dari tanah. Tetapi kebanyakan bersifat parasit, jamur ini memiliki haustorium, yaitu suatu hifa yang khusus digunakan untuk menyerap makanan dari inangnya. STRUKTUR
GAMBAR 1. Struktur Tubuh Jamur GAMBAR 2. Struktur Jamur Rhizopus
sp. (Sumber: Darliah, 2009) PATOMEKANISME DAN EPIDEMIOLOGI INFEKSI JAMUR PATOMEKANISME Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup. Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara,di lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alaskaki, infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,kamar ganti pakaian, dan kamar mandi. Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan menggunakan serpihan kulit sebagai makanan. Benang- benangnya menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas sehingga menembus ke bagian dalam kulit dan mengakibatkan suatu reaksi peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti bercak- bercak merah bundar dengan batas-batas tajam yang melepaskan serpihan kulit dan menimbulkan rasa gatal-gatal Respon imun terhadap infeksi jamur •Imunitas spesifik Infeksi jamur disebut mikosis. Jamur yang masuk ke dalam tubuh akan mendapat tanggapan melalui respon imun. IgM dan IgG diproduksi sebagai respon terhadap infeksi jamur. Kulit yang terinfeksi akan berusaha menghambat penyebaran infeksi dan sembuh, menimbulkan resistensi terhadap infeksi berikutnya. •Imunitas nonspesifik Sawar fisik kulit dan membran mukosa, faktor kimiawi dalam serum dan sekresi kulit berperan dalam imunitas nonspesifik. Efektor utamanya terhadap jamur adalah neutrofil dan makrofag. Bakteri yang menginfeksi manusia dikelompokan menjadi 2 yaitu: 1. Bakteri ekstraseluler •Bakteri gram positif atau pyogenic cocci ( Saphilococcus, Streptococcus ) •Gram negative cocci ( Meninggococcus dan gonococcus, Nesseria ) •Basil gram positive ( organisme dalam usus : E. coli ) •Basil gram negative ( umumnya bakteri anaerob : spesies Clostridium ) 2. Bakteri Intraseluler •Mycobacteria •Listeria monocytogenes •Leginonelle pneumophila EPIDEMIOLOGI Prevalensi infeksi jamur menunjukkan baik peningkatan maupun penurunan dari waktu ke waktu. Peningkatan disebabkan oleh bertambahnya jumlah orang dengan kondisi immunocompromised, serta banyaknya penggunaan obat-obatan antijamur serta profilaksis yang menyebabkan resistensi. Semetara itu, penurunannya disebabkan salah satunya oleh kemajuan teknologi dan taraf hidup masyarakat, sehingga lebih mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan yang baik. Jika dilihat dari faktor iklim, prevalensi infeksi jamur lebih banyak terjadi di negara beriklim tropis karena suhu dan kelembabannya yang relatif stabil. DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT JAMUR • KLINIS - Riwayat penyakit - Pemeriksaan fisik • LABORATORIUM - Specimen 1.Kerokan kulit 2.Apusan kapas lidi 3.Biopsi jaringan 4.Darah, liquor, cairan tubuh lain - Metode 1.Mikroskopis 2.Deteksi antigen 3.Biakan 4.Skin test 5.Serologi