Anda di halaman 1dari 18

Keuntungan sebagai Tujuan

Perusahaan

M U H A M M A D L U T H F I H E N D R AT O ( 2 4 11 8 0 0 4 5 )
PINKI ARINDRA P ( 2 4 11 8 0 0 4 6 )
Maksimalisasi keuntungan sebagai cita - cita kapitalisme
liberal
Masalah pekerja anak
Relativasi keuntungan
Manfaat bagi stakeholders
Bisnis

Adalah menyedikan suatu produk atau jasa demi


mendapatkan keuntungan
Penyediaan produk atau jasa tanpa mengharapakan
keuntungan bukan termasuk bisnis
Menawarkan produk tanpa tujuan keuntungan yang masih
dianggap bisnis adalah saat promosi produk dan jasa
Setiap kegiatan ekonomi yang menghasilkan keuntungan
belum tentu dianggap binis karena ukuran sebuah binis
adalah saat keuntungan tersebut melibatkan sistem
keuangan
Kegiatan barter walaupun sama - sama menguntungkan
kedua belah pihak belum tentu dianggap sebagai bisnis
Kegiatan ekonomi baru dianggap sebuah bisnis saat
menggunakan uang sebagai sebuah ukuran yang baku
Keuntungan (profit) diperoleh tidak secara Cuma -
cuma(kupon, undian, judi , dll) tetapi mensyaratkan usaha
khusus dari orang yang mempunyai uang dan
membutuhkan uang tersebut (jual-beli dengan uang
sebagai alat tukar baku)
Profit berhubungan dengan ganjaran dari upaya yang
dihasilkan, bukan berdasarkan faktor mujur-sial ataupun
kepiawaian pengusaha, sehingga dalam bisnis juga ada
rugi
Karena berhubungan dengan uang maka perolehan profit
berlangsung dalam konteks kapitalisme
Profit hanya bisa diperoleh saat pengusaha menggunakan
milik pribadi demi mengejar keuntungan, jika dalam skala
sebesar - besarnya maka hal tersebut berkaitan dengan
pasar bebas
Karena beberapa hal diatas maka bisnis sangat rentan
dengan masalah etika
Maksimalisasi keuntungan dlm kapitalisme liberal

Maksimalisasi keuntungan (keuntungan sebesar -


besarnya) merupakan tujuan dari sebuah perusahaan
Jika keuntungan maksimal merupakan tujuan satu -
satunya dari sebuah perusahaan maka akan timbul
masalah etis
Karena dalam mengejar keuntungan, sebuah perusahaan
mampu mengerahkan segala macam cara semi meraih hal
tersebut
Menurut Immanuel Kant, masalah etika yang paling
penting terutama jika berkaitan dengan bisnis adalah
menjadikan manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri,
dan bukan hanya menjadi sebuah sarana
Sehingga pekerjaan harus dipandang sebagai cara untuk
aktualisasi diri, dan bukan sebagai cara pengusaha
memanfaatkan potensi diri untuk mengejar keuntungan
belaka
Memaksimalkan keuntungan dipisahkan dari unsur - unsur
etis, memaksimalkan keuntungan adalah sebuah strategi
ekomomis dalam memberi arah kepada sebuah perusahaan
Memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan dilihat dari
taraf abstrak, dan bentuk konkret nya tidak boleh
bertentangan dengan kebijakan yang melindungi karyawan
Dalam mencari keuntungan yang maksimal, perusahaan
juga harus memperhatikan kebutuhan dan jaminan sosial
dari para karyawan
Masalah pekerja anak

Masalah pekerja anak adalah masalah yang unik, karena


dari segi etis sangat tidak dianjurkan, tapi dari segi
kekurangan ekonomi tidak dapat disangkal akan hal itu,
selain itu masalah pekerja anak juga sangat kompleks jika
dilihat dari sisi sosial dan budaya
Pekerja anak memfokuskan pada anak dibawah umur
yang membantu perekonomian keluarga dengan jalan
bekerja
Hal tersebut menjadi sebuah masalah besar setelah
berkembangnya industrialisasi
Piagam internasional PBB menetapkan usia minimum
pekerja anak adalah 18 tahun untk pekerjaan berbahaya
dan 16 tahun untk pekerjaan ringan
Di indonesia usia minimum pekerja adalah 15 tahun
Namun dalam kenyataan nya banyak pekerja anak yang
usia nya di bawah 14 tahun
Mengapa pekerja anak dianggap tidak etis:
1. Karena usia anak adalah usia bermain dan belajar,
sehingga beban pekerjaan membuat mereka tidak bisa
menyalurkan kreatifitas mereka
2. Bisnis dengan menggunakan pekerja anak adalah bisnis
yang tidak fair, sebab mereka diupah rendah, bahkan
kadang hanya diupah dengan jalan membantu keluarga
mereka
3. Pekerja anak juga dapat memperparah masalah
pengangguran
Cara mengatasi masalah pekerja anak:
1. Membuat aturan yang jelas tentang pekerja anak
2. Kesadaran dan aksi dari pihak publik konsumen untuk menolak hal
itu (misal dengan tidak membeli barang-barang dari hasil pekerja
anak)
3. Menggunakan label bahwa hasil pekerjaan dari perusahaan tida
melibatkan pekerja anak.
Hal tersebut menjadi sulit saat sebuah keluarga terhimpit dalam
masalah ekonomi
Relativasi keuntungan

Pertimbangan etis sangat mempengaruhi peranan


keuntungan dalam bidang bisnis
Bisnis juga tidak etis jika hanya mengejar keuntungan
tanpa memperhatikan masalah moral (bisnis narkoba,
minuman keras dll)
Salah satu prinsip bisnis adalah jika suatu hasil bisnis
melebihi biaya yg dikeluarkan, sehingga seluruh usaha
bisnis dapat menghasilkan laba
Relativitas keuntungan

Dilihat dari:
 Keuntungan merupakan tolak ukur untk menilai kesehatan perush
atau efisiensi manajemen dalam perusahaan
 Keuntungan adalah pertanda yg menunjukkan bahwa produk atau
jasa nya dihargai oleh masyarakat
 Keuntungan adalah cambuk untuk meningkatkan usaha
 Keuntungan merupakan syarat kelangsungan perusahaan
 Keuntungan mengimbangi resiko dalam usaha
Satu sisi bisnis tanpa tujuan keuntungan bukan bisnis
namanya, namuan tujuan keuntungan bukan dijadikan
sebagai tujuan mutlak dari sebuah bisnis
Perlu adanya jalan tengah antara bisnis dan etika moral
Keuntungan harus dilihat sebagai sebuah tujuan untuk
mencapai kesejahteraan seluruh karyawan
Manfaat bagi stakehorlders

Tujuan perusahaan salah satunya adalah bermanfaat bagi


stakeholders
Stakeholders adalah orang atau instansi yang
berkepentingan dlm sebuah bisnis
Stakeholders bisa juga diartikan sebagai individu dan
kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya tujuan
organisasi dan pada giliranya dapat mempengaruhi
tercapainya tujuan tersebut
Sebuah organisasi bisnis atau perusahaan bisnis
selain mengejar keuntungan juga harus
memperhatikan etika moral dan manfaat dari bisnis
tersebut bagi stakeholders

Anda mungkin juga menyukai