Anda di halaman 1dari 25

Konseling dan Tes HIV (KT HIV)

KTS dan KTIP

Konseling dan Tes HIV Sukarela: Konseling yang dilakukan atas


dasar permintaan dan atau kesadaran seorang klien untuk
mengetahui faktor risiko dan status HIV-nya.

Konseling dan Tes HIV atas Inisiatif Petugas Kesehatan: Tes


HIV dan konseling pada suatu keadaan klinis sebagai langkah
efektif dan efisien dalam mengidentifikasi ODHA, bertujuan untuk
menemukan diagnosis HIV dan memfasilitasi ODHA mendapatkan
pengobatan lebih dini. Selain itu juga untuk memfasilitasi
pengambilan keputusan klinis terkait pengobatan yang
dibutuhkan dan yang mungkin tidak diambil tanpa mengetahui
status HIV-nya. Tes HIV dengan KTIP tidak dilakukan dalam hal
pasien menolak secara tertulis.
Realitas 1

Di Asia Pasifik, pemeriksaan HIV berdasarkan


KTS/VCT murni yang benar-benar inisiatif klien
sangat jarang baik dalam konseling pra-tes maupun
konseling pasca-tes.

Dalam realitasnya sebagian besar tes dan konseling


yang dilakukan, dianjurkan oleh pemberi layanan
kesehatan (dokter, perawat/bidan, penyuluh
kesehatan, dll) bagi orang yang bergejala
(simtomatik) atau berisiko tinggi (TIPK/PITC).
Realitas' 2
Separuh ODHA terlambat ditemukan
(50,3% CD4 <200)
Separuh ODHA terlambat ditemukan
(50,3% CD4 <200)

4
Kemenkes RI – Kelas Ibu
KTIP diindikasikan pada:

 Setiap orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang datang dengan tanda,
gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah
terjadi infeksi HIV, terutama pasien TB, hepatitis dan IMS;
 Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin;
 Bayi atau anak yang lahir dari ibu terinfeksi HIV;
 Anak dengan pertumbuhan suboptimal atau malnutrisi di wilayah
epidemik meluas atau anak dengan malnutrisi yang tidak menunjukkan
respons yang baik dengan pengobatan nutrisi yang adekuat;
 Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan pencegahan
HIV
Pada wilayah epidemi meluas, KTIP harus dianjurkan pada semua orang
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai bagian dari
standar pelayanan.
6
Kemenkes RI – Kelas Ibu
PRINSIP PEMERIKSAAN HIV

Pemeriksaan HIV harus mengikuti prinsip yang


telah disepakati secara global yaitu 5
komponen dasar yang disebut “5C” informed
consent
 confidentiality
 counselling
 correct test result and
 connection/linked to prevention
 care, and treatment services
Pemenkes 74 tahun 2014 ,Pasal 4, ayat 1

Penyelenggaraan Konseling dan Tes HIV wajib terintegrasi


dengan pelayanan KIA, KB, pelayanan kesehatan
reproduksi, pelayanan kesehatan remaja, pelayanan IMS,
pelayanan TB, pelayanan Hepatitis, serta pelayanan NAPZA
dan rehabilitasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
 TEST HIV

 Tes HIV bersifat sama seperti pemeriksaan laboratorium lainnya, yaitu:


 Perlu informasi singkat dan sederhana tanpa membuat pasien menjadi takut tentang
manfaat dan tujuannya
 Perlu persetujuan pasien. Persetujuan verbal cukup untuk melakukan pemeriksaan
HIV. Jika pasien menolak maka pasien diminta untuk menandatangani formulir
penolakan tes HIV.
 Hasil tes HIV disampaikan kepada pasien oleh dokter dan tenaga kesehatan yang
meminta
 Harus mendapatkan tindak lanjut pengobatan dan perawatan lainnya seperti skrining
TB, skrining IMS, konseling pasca tes jika dibutuhkan dan pemberian ARV
 Hasil tes bersifat konfidensial dan dapat diketahui oleh dokter dan tenaga kesehatan
lain yang berkepentingan
Alur pemeriksaan HIV
Sesi KIE Kelompok (pilihan) • Alasan menawarkan tes HIV dan konseling • Keuntungan
dari aspek klinis dan pencegahan • Layanan yang tersedia baik bagi yang hasilnya
negatif maupun yang positif termasuk terapi antiretroviral • Informasi tentang
konfidensialitas • Informasi tentang hak untuk menolak menjalan tes HIV tanpa
mempengaruhi akses pasien pada layanan yang dibutuhkan • Informasi perlunya untuk
mengungkapkan status HIV kepada orang lain yang dipercaya atau keluarga •
Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan

Tatap muka dengan petugas secara individual untuk


mendapatkan layanan yang dibutuhkan Informasi HIV,
informasi pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium termasuk tes HIV

Klien memberikan
Klien menolak
persetujuan untuk
untuk tes HIV
tes HIV
Ambil darah untuk Petugas mengulang tawaran tes HIV dan memberikan
pemeriksaan lab Tes cepat HIV informasi HIV pada kunjungan berikutnya dan
dan memberikan informasi HIV pada kunjungan
bersama dengan pemeriksaan lain berikutnya atau merujuk ke konselor bila telah
dan dapatkan hasilnya berulang kali menolak untuk: • Untuk mendapatkan
Petugas memberi hasil konseling pra tes lebih lanjut
secara indvidual

Pasien dengan pemeriksaan negatif: • Pasien dengan pemeriksaan positif: • Petugas menyampaikan hasil tes HIV positif •
Petugas menyampaikan hasil tes HIV negatif Berikan dukungan kepada pasien • Informasi pentingnya perawatan dan pengobata
• Berikan pesan pencegahan secara singkat – • Tentukan stadium klinis • Skrining TB dengan menayakan 3 gejala dan 2 tanda •
rujuk ke konselor terlatih bila diperlukan • Lakukan pemeriksaan CD4 ditempat atau dirujuk • Siapkan pasien untuk pengobata
Anjurkan pasangan untuk menjalani ARV • Anjurkan pasangan untuk menjalani pemeriksaan HIV • Rujuk ke konselor
terlatih untuk konseling pencegahan dan konseling lanjutan
11
Kemenkes RI – Kelas Ibu pemeriksaan HIV juga
KONSELING-PPIA

Saat diskusi dengan seorang ibu tentang pilihan makanan pengganti ASI,
perlu dipertimbangkan beberapa hal.

Apakah makanan pengganti ASI tersebut:

 Dapat DITERIMA oleh ibu dan lingkungannya?


 Menyiapkannya dapat DILAKUKAN ibu dengan mudah?
 TERJANGKAU, semua biaya yang harus dikeluarkan, termasuk susu, air,
bahan bakar dan kebutuhan lainnya?
 BERKELANJUTAN tersedia selama sang bayi memerlukan makanan
pengganti ASI tersebut?
 AMAN untuk dikonsumsi?

AFASS
(Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, Safe)
Ibu yang terinfeksi HIV dapat dianjurkan untuk tidak menyusui
sama sekali bila SEMUA pertanyaan di atas jawabannya adalah
YA.

Di daerah dimana tingkat kematian bayi akibat infeksi tinggi,


menggunakan makanan pengganti ASI mungkin tidak cukup
aman. Bila tidak menggunakan makanan pengganti ASI,
dianjurkan memberikan ASI EKSKLUSIF selama bulan-bulan
pertama.
Dengan demikian, poin penting
yang harus diingat adalah:
Bila seorang perempuan HIV-negatif atau tidak
mengetahui status HIV-nya, dianjurkan untuk diberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, kemudian
dilanjutkan dengan makanan tambahan
bila seorang wanita HIV-positif, bicarakan bagaimana cara
memberikan makan untuk bayinya sebelum bayinya lahir.

Risiko tertinggi penularan HIV adalah pada mereka yang


memberikan ASI dicampur makanan atau cairan lainnya.
Bila memutuskan memberikan ASI, berikan ASI eksklusif
selama beberapa bulan pertama dan hentikan saat
makanan pengganti telah mudah didapatkan.
NAPZA
Pengertian
 Narkoba adalah kepanjangan dari narkotika dan bahan berbahaya lainnya, atau
akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan aditif lainnya

 Substances adalah segala bentuk zat kimia yang memiliki efek spesifik terhadap otak
dan tubuh

 Ketergantungan adalah telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila pemakaian
narkoba dihentikan

 Intoksikasi akut/overdosis adalah kondisi yang timbul akibat penggunaan Napza sehingga
terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek/mood atau fungsi dan respon
psikologis lain

 Gejala putus zat/withdrawal adalah sekelompok gejala dengan aneka bentuk dan keparahan
yang terjadi pada penghentian narkoba secara absolut atau relatif sesudah penggunaan narkoba
yang terus menerus dalam jangka panjang atau dosis tinggi
Narkotika

 Zat yang berasal dari tanaman dalam bentuk non


sintetis, semi sintetis maupun sintetis

 Narkotika non sintetis : ganja/mariyuana

 Narkotika semi sintetis : opiat/opioid, cocaine,


morphin, heroin

 Narkotika sintetis : china white


Ganja/mariyuana
 Berasal dari tumbuhan dengan nama canabis sativa
 Bentuk minyak (canabis), balok (hashis) dikeringkan (mariyuana/ganja)
 Nama populer cimeng/gele
 Cara pemakaian dicampur dengan tembakau dihisap seperti rokok atau
sebagai campuran untuk bahan makanan
 Kandungan canabis adalah zat karbon monoksida
 Efek akut positif a.l.tenang, euforia, persepsi penglihatan dan
pendengaran, nafsu makan bertambah
 Efek akut negatif a.l.anxietas, paranoia, gangangguan koordinasi,
halusinasi, kehilangan memori jangka pendek
 Terdeteksi diurine kurang lebih 5 hari
 Gejala putus zat a.l.mimpi buruk, depresi, gelisah, hilang kendali ,tremor

 Terapi management terapi simtomatik jangka pendek


Psikotropika
 Zat atau obat baik alami maupun sintetis yang bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku

 Sintetis : amphetamin; metamphetamine dan


MDMA (methilen dioksi metamphetamin)

 nama generik dari D-pseudoepinefrin, merupakan obat


decongestan

 merupakan golongan stimulansia

 Contoh dari amphetamin adalah extasy (MDMA), shabu


(metamphetamin)
Extasy (MDMA)
 Derivat dari amphetamin
 Bentuk tablet atau kapsul
 Cara pemakaian di telan
 Efek psikis yang ditimbulkan a.l. perasan senang dan gembira,
hangat, bertenaga
 Efek psikis dan psikologis jangka panjang a.l.berat badan
menurun, anorexia, paranoia, panik, halusinasi
 Terdeteksi diurin kurang lebih 4 hari

 Terapi -simtomatik tergantung klinis


- antipsikotik sesuai kebutuhan
- rawat inap bila dibutuhkan terutama
pada kasus depresi dan psikotik berat
Shabu (metamphetamin)

 Derivat dari amphetamin


 bentuk kristal putih mudah larut
 Cara pemakaian ditelan dicampur dengan air
minum, atau dihisap dengan menggunakan alat,
disuntik
 Efek psikis yang ditimbulkan sama dengan MDMA
 Terdeteksi di urin kurang lebih 4 hari
 Gejala putus zat sama dengan MDMA

Terapi sama dengan MDMA


Zat aditif
 Zat atau bahan sintetis yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis

 Contohnya adalah obat-obat penenang dengan resep


dokter yang disalahgunakan (lexotan, rohipnol, diazepam,
dumolid,dll)
 Terdeteksi diurin kurang lebih 3 hari
 Gejala putus zat a.l. Insomnia, gelisah, cemas berlebihan,
tremor, agitasi

 Terapi penurunan dosis pemakaian bertahap (gradual


withdrawal) dimulai dengan memastikan dosis toleransi
awal
Alkohol
 Bersifat psikoaktif
 Merupakan hasil fermentasi air dan ragi yang bereaksi dengan bahan
makanan seperti gandum dan gula
 Memiliki kandungan dasar etanol antara 1-55%
 Berbentuk cairan
 Efek psikis yang ditimbulkan a.l. perubahan alam perasaan, gangguan
konsentrasi, emosi tidak terkontrol, banyak bicara tidak terkontrol
 Tidak terdeteksi diurin
 Gejala putus zat a.l. tremor, muntah, cemas, gangguan tidur, suhu meningkat,
sakit kepala

 Terapi - terapi cairan berdasarkan hasil pemeriksaan eletrolit


- terapi simtomatik untuk agitasi, gelisah
- pemberian antikejang bila didapat riwayat kejang
- pemberian vitamin neurotropik dosis tinggi
- observasi dan pengawasan
Inhalan
 Bersifat psikoaktif
 Merupakan zat kimiawi yang mudah menguap
 Berbentuk cairan, gas, spray
 Lazim terdapat pada Rumah tangga sehari-hari seperti lem,
cat, hairspray
 Efek yang diharapkan euforia, tidak tersakiti,disinhibisi
 Efek fisik yang ditimbulkan menggangu irama jantung,

mengakibatkan gangguan pernafasan, menurunkan kadar oksigen


dalam tubuh, kerusakan otak hingga kematian (suddent sniffing
death)

 Terapi - Oksigenasi
- Simtomatik tidak ada antidotum spesifik
- Terapi non farmakologi ruangan tenang dan
nyaman
- Talking down
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai