Anda di halaman 1dari 30

Ragam, bentuk, dan makna

bahasa

Pertemuan ke-4
Ragam bahasa
Ragam bahasa adalah
variasi bahasa yang terjadi
karena pemakaian bahasa.
 Ragam bahasa terdapat dibedakan
menjadi dua, yaitu

1. Media pengantarnya (Ragam lisan dan


ragam tulis)
2. Situasi pemakaiannya (Ragam formal,
semiformal, dan informal)
PENGGUNAAN RAGAM BAHASA
 APAKAH TELAH
SESUAI DEGAN
KAIDAH?
 APAKAH TELAH
SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN
KOMUNIKASI?
Ragam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

Bidang Suasana Tempat


Sarana Penutur
Penggunaan Penggunaan

Ragam Ilmu
Ragam Resmi Ragam Lisan Ragam Terpelajar Logat/Dialek Jawa
Ragam Hukum
Ragam Tulis Ragam Tidak Logat/Dialek Minang
Ragam Jurnalistik Ragam Tidak
Terpelajar Logat/Dialek Jakarta
Ragam Agama Resmi/Santai
Logat/Dialek Batak
Ragam Sastra
Dsb.
Dsb.
Lima Ciri Pembeda Ragam Standar
dari Nonstandar
 Kata sapaan dan  Kata sapaan dan
kata ganti (Bapak, kata ganti (Mia,
Ibu, Saudara, Anda, Nina, gue. Ogut,
Pak Dokter, Bu kamu, kamu-kamu)
Dokter, Pak Haji,  Kata tertentu
Kamu) (nggak, bakal, udah
 Kata tertentu (selesai), gede,
(tidak, akan, sudah, cewek, bokap, ortu)
besar, perempuan
atau pacar, ayah,
orang tua
Perbedaan Ragam Lisan dan
Ragam Tulis
1. Cara Penyampaian
Ragam lisan: penutur dapat memanfaatkan peragaan, seperti gerak tangan,

air muka, dan tekanan suara untuk membantu pemahaman.


Ragam tulis: peragaan seperti itu tidak bisa digambarkan.
2. Kosakata
Ragam lisan: Ibu bilang kita harus belajar.
Kita harus bikin karya tulis.
Ragam tulis: Ibu mengatakan bahwa kita harus belajar.
Kita harus membuat karya tulis.
3. Bentuk Kata:
Ragam lisan: Ani mau nulis surat.
Dia sedang baca surat kabar.
Ragam tulis: Ani mau menulis surat.
Dia sedang membaca surat kabar.
4. Struktur Kalimat:
Ragam lisan: Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
Saya akan tanyakan soal itu.
Ragam tulis: Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas.
Saya akan menanyakan soal itu/Akan saya tanyakan soal itu.
 Penggunaan imbuhan  Imbuhan sering ditanggal-
(memakai, kan (pake, nurunin, nulis)
menurunkan, menulis)  Konjungsi dan preposisi
 Penggunaan Konjungsi dihilangkan (Ibu mengata-
dan preposisi (ibu kan kita akan pergi besok;
mengatakan bahwa Mereka bekerja keras me-
nyelesiakan pekerjaan itu)
kita akan pergi besok;
Mereka bekerja keras  Ada fungsi yang dihilang-
untuk menyelesaikan kan
pekerjaan itu) (A: “Bu, Ibu apa? Ayam”
atau “Ibu,ayam?”
 Kelengkapan fungsi
(Misalnya percakapan B: “Nggak, ah, Ibu ikan
sebuah keluarga di aja, deh”)
restoran.;
A: “Bu, Ibu pilih apa?
Ayam?” atau “Bu, mau
ayam?”
B: “Nggak, ah, ibu
mau ikan saja, deh”)
Bentuk dan makna
 Satuan bentuk bahasa
1. Fonem
2. Morfem
3. Kata
4. Frase
5. Kalimat
6. Paragraf/alinea
7. Karangan/ wacana
Contoh Bentuk dan tataran kata
 Kursi (kata)
 Gunung yang tinggi (frase)
 Meja makan (Kata majemuk)
 Polisi tidur (idiom)
 Salah satu tenaga medis adalah
perawat. (kalimat)
Kalimat

S P (O) (Pel) (Ket)

disusun secara logis

menjelaskan pikiran dan


perasaan pembicara atau penulis
Makna dan Perubahan
 Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa
dengan objek atau sesuatu yang diacunya.

 Unsur pembentuk makna:


1. Leksikal
2. Garamatikal

Jenis Makna

1. Denotasi
2. Konotasi
Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Leksikal adalah bentuk adjektif yang


diturunkan dari bentuk nomina leksikon.
Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu
satuan bentuk bahasa yang bermakna.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai
dengan referennya, makna yang sesuai
dengan hasil observasi alat indera, atau
makna yang sungguh-sungguh nyata
dalam kehidupan kita (Chaer, 1994)
 makna gramatikal ini adalah makna
yang hadir sebagai akibat adanya
proses gramatika seperti proses
afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
komposisi (Chaer, 1994).
 Contoh
 Memakan maknanya memasukan
sesuatu ke dalam mulut dengan cara
mengunyah
 Buku-buku maknanya ‘banyak buku’
2. Makna Referensial dan Nonreferensial
 Perbedaan berdasarkan ada tidak
adanya referen dari kata-kata itu.
Bila kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa
yang diacu oleh kata itu, maka kata
tersebut disebut kata bermakna
referensial. Kalau kata-kata itu tidak
mempunyai referen, maka kata itu
disebut kata bermakna
nonreferensial.
3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif ini menyangkut


informasi-informasi faktual objektif.,
makna denotasi sering disebut sebagai
’makna sebenarnya’(Chaer, 1994).
Umpama kata perempuan dan wanita
kedua kata itu mempunyai dua makna
yang sama, yaitu ’manusia dewasa
bukan laki-laki’.
Makna Konotatif
Makna konotatif sebuah kata itu
mempunyai ”nilai rasa”, baik positif maupun
negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka
dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi
dapat juga disebut berkonotasi netral.
Makna konotatif dapat juga berubah dari
waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah
dulu kata ini berkonotasi negatif karena
berarti ’cerewet’, tetapi sekarang
konotasinya positif.
4. Makna Kata atau Makna
Istilah
Istilah mempunyai makna yang jelas,
yang pasti, yang tidak meragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh
karena itu sering dikatakan bahwa
istilah itu bebas konteks. Hanya perlu
diingat bahwa sebuah istilah hanya
digunakan pada bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu.
5. Makna Konseptual dan
Makna Asosiatif
 Leech (1976) membagi makna menjadi
makna konseptual dan makna asosiatif. Yang
dimaksud dengan makna konseptual adalah
makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun.
Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis
binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai’. Jadi makna konseptual
sesungguhnya sama saja dengan makna
leksikal, makna denotatif, dan makna
referensial.
 Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah leksem atau kata
berkenaan dengan adanya hubungan
kata itu dengan sesuatu yang berada
di luar bahasa. Misalnya, kata melati
berasosiasi dengan sesuatu yang
suci atau kesucian
 6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
 Idiom adalah satuan ujaran yang
maknanya tidak dapat ”diramalkan”
dari makna unsur-unsurnya, baik
secara leksikal maupun secara
gramatikal. Contoh dari idiom adalah
bentuk membanting tulang dengan
makna ’bekerja keras’, meja hijau
dengan makna ’pengadilan’.
 Peribahasa memiliki makna yang
masih dapat ditelusuri atau dilacak
dari makna unsur-unsurnya karena
adanya ”asosiasi” antara makna asli
dengan maknanya sebagai
peribahasa. Umpamanya peribahasa
Seperti anjing dengan kucing yang
bermakna ’dikatakan ihwal dua
orang yang tidak pernah akur
 7. Makna Kias
 Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan
istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi
dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua
bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat)
yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti
leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif)
disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-
bentuk seperti puteri malam dalam arti
’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’.
Perubahan Makna

 Meluas: Kata sapaan yang berhubungan


dengan kata sapaan, contoh bapak,
saudara, ibu, dan sebagainya.
 Menyempit: Sarjana
 Ameliorasi: Istri dan wanita
 Peyorasi : Gerombolan, teroris, dan
kelaparan
 Sinestesia: Manis, hambar, dan pahit
 Asosiasi : Ampop, tumbang, dan cukur.
LARAS BAHASA

 Ragam yang digunakan dalam berbagai


ranah kehidupan, dalam berbagai jenis
situasi
Contoh: Resep dapur
Iris cabai merah tipis-tipis.
Instruksi pada kemasan obat:
Jauhkan dari anak-anak.
Tajukrencana:
Presiden Terima Duta Besar
Baru
Karya Ilmiah

Laras Ilmiah Ragam Standar/


Baku

Jelas Kalimat Efektif


Lugas
Teratur
Tepat makna
Sistematis
Gaya Bahasa Keilmuan (Laras Ilmiah):

1) Nada karangan keilmuan bersifat formal dan objektif.


Bombastis, retorik, propaganda, dan ungkapan emosional
dihindari.
2) Subjek peneliti disingkirkan atau digusur ke belakang:
sebaiknya, objek penelitian ditonjolkan. Untuk itu, lazim
dipakai bentuk kalimat pasif dan statif.
3) Tata istilah, tata nama, lambang-lambang huruf
dan/gambar, tabel, daftar, bagan, dan grafik sering dipakai
untuk membernasringkaskan dan sekaligus memperjelas
uraian.
4) Dalam karangan keilmuan dipakai bahasa resmi ragam
baku dan dengan tata bahasa yang benar. Gaya
percakapan, apalagi yang bertingkat bahasa harian dan
berbau kedaerahan, dijauhkan.
5) Penyampaian gagasan harus secara lengkap,
tepat, jelas, ringkas, sistematis, dan menyatu.
6) Dalam pengetahuan eksak seperti Logika dan
Matematika, dan dalam ilmu-ilmu alam seperti
Fisika, Kimia, dan Biologi, pemaparan
(eksposisi) dan argumentasi lebih banyak
dipakai, meskipun pemerian (deskripsi) dan
penuturan juga dimanfaatkan sebagai
pelengkap.
7) Pedoman tata tulis tertentu, dengan kaidah-
kaidah mengenai penggunaan huruf, lambang,
dan sebagainya, dipatuhi dengan panggah
(konsisten).
(Wilardjo, 1990:41—42)
Pengertian penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik:

a. Pemilihan ragam yang sesuai dengan kebutuhan


komunikasi:
1) topik yang dibicarakan
2) tujuan pembicaraan
3) lawan bicara/pembaca
4) tempat pembicaraan

b. Logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat


pengguna
bahasa
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar:

Penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah,


yang meliputi:
1) aspek fonologi
2) aspek morfologi
3) aspek sintaksis
4) kosakata
5) makna

Anda mungkin juga menyukai