Anda di halaman 1dari 30

TAXPLANNING ATAS STRUKTUR

INBOUND & OUTBOUND INVESTMENT


Kelompok 5 :
1. Ulya Fitriana
2. Tasha Nurmeilita
3. Ana Fitriana
MANAJEMEN PAJAK
 Definisi : Sarana Untuk memenuhi kewajiban perpajakn dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan
(S.Lumbantoruan, 1996)

 Tujuan :
 Menerapkan aturan pajak secara benar
 Usaha efisiensi untuk mencapai laba & likuiditas yang seharusnya
 Legalitas manajemen pajak tergantung instrument yang dipakai
 Legalitas baru dapat diketahui secara pasti setelah ada putusan

pengadilan
STRATEGITAXPLANNING
 Tax Saving
Penghematan Pajak legal
 Tax Avoidance

Menggunakan Celah UU & Aturan Pajak


Meminimalisir pajak yang dibayarkan Legal tapi kurang
disukai
 Tax Evasion

Melanggar UU & Aturan Pajak


Pembayaran Pajak lebih kecil  Ilegal
SPLN
Inbound Menyelenggarakan
penanaman modal

Transaction

Residen dan WNI


Melakukan Usaha
Outbound
dan Investasi di
luar nergeri
INBOUND INVESTMENT
X Corp. X Corp.

Negara X

Modal
Indonesia
Deviden Branch Profit Tax

 PT.  BUTX Corp


X Indonesia (Cabang)
X Tarif Pajak

Income
Jika Laba B UT dikirim ke Kantor Pusat, maka
ditambah lagi Branch Profit Tax. Jika Laba ditanam
kembali di Indonesia Tidak dikenakan B ranch
Profit Tax
INVESTASI ASING

 PMA sebagai Faktor Penunjang Pembangunan Ekonomi


Indonesia
 Pemerintah mengeluarkan Peratura-peraturan untuk

meningkatkan minat investor salah satunya pajak


 Manajemen perpajakan Investasi di Indonesia dapat

memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut


Jenis-Jenis Investasi Asing
Penggolongan Investasi Asing dilihat dari bentuknya :
1. Investasi Portofolio (Portofolio Investment), dilakukan melalui
pasar modal dalam bentuk saham (stock), obligasi (bond)
dan bentuk-bentuk surat berharga lainnya.

2. Investasi Langsung (Direct Investment) Dalam bentuk


pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian
barang modal, lahan, dan bahan baku. Melibatkan langsung
investor dalam manajemen perusahaan dan mengontrol
aktivitas penanaman modal tersebut.
Jenis-Jenis Investasi Asing
1. Pendirian Subsidiary Company (Pendirian Anak Perusahaan)

2. Pembentukan cabang perusahaan luar negeri (Foreign Branch) atau melakukan kontrak
keagenan dengan perusahaan lokal

3. Melakukan kerja sama (Joint Venture) dengan perusahaan lokal

4. Perikatan kontrak pemeberian jasa (Service Contract)

5. Investasi bentuk lainnya


Investasi Asing yang Bersifat Langsung (Foreign
Direct Investment)

Foreign Direct Investment atau adalah sebuah proses atau cara dalam melakukan
investasi ke luar negeri. Yang dimaksud dengan FDI adalah dimana perusahaan
multinasional membangun anak perusahaan  mereka di negara lain, yang menjadi
tujuan ekspor untuk mempermudah kegiatan ekspor-impor dan juga menghemat
biaya.
Investasi Asing yang Bersifat Langsung
(Foreign Direct Investment)
 Foreign Direct Investment (FDI) menurut Gunadi dalam bukunya, dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu :

Mengoperasikan anak perusahaan (subsidiary company)

Mengoperasikan cabang perusahaan (branch)


Perbedaan Perlakuan Pajak antara Subsidiary Company (Anak Perusahaan) dengan
Branch (Cabang Perusahaan)

Subsidiary Company (Anak Perusahaan)

1. Dibentuk atas dasar penyertaan saham dari induk


perusahaan di luar negeri.
2. Berstatus Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) karena telah
memenuhi kriteria didirikan di Indonesia sesuai pasal 2 ayat
(3) Undang Undang Pajak Penghasilan.
3. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia meliputi
penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri (world wide income).
Perbedaan Perlakuan Pajak antara Subsidiary Company (Anak Perusahaan) dengan
Branch (Cabang Perusahaan)

Subsidiary Company (Anak Perusahaan)

4. Hubungan antara anak perusahaan di dalam negeri dengan


induk perusahaan di luar negeri bersifat separate entity
(entitas legal yang terpisah).
5. Antara anak perusahaan dalam negeri dengan induk
perusahaan luar negeri dapat melakukan transaksi satu sama
lain, sebagai konsekuensi dari separate entity dengan syarat
harus memenuhi kriteria harga wajar (arm’s length price).
Perbedaan Perlakuan Pajak antara Subsidiary Company (Anak Perusahaan) dengan
Branch (Cabang Perusahaan)

Branch (Cabang Perusahaan)

1. Branch (Cabang Perusahaan) merupakan kepanjangan tangan dari


Kantor Pusat (Head Office) di luar negeri.
2. Cabang perusahaan luar negeri di Indonesua berstatus Subjek
Pajak Luar Negeri (SPLN) sesuai pasal 2 ayat (4) Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
Perbedaan Perlakuan Pajak antara Subsidiary Company (Anak Perusahaan) dengan
Branch (Cabang Perusahaan)

Branch (Cabang Perusahaan)

1. Penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia adalah hanya


penghasilan yang berusmber dari dalam negeri.
2. Hubungan antara cabang perusahaan di dalam negeri dengan kantor
pusat di luar negeri bersifat single entity (entitas tunggal).
3. Antara Cabang perusahaan di dalam negeri dengan kantor pusat di
luar negeri secara pajak tidak diperkenankan melakukan transaksi
sebagai konsekuensi dari single entity, kecuali transaksi pembayaran
bunga pinjaman dari cabang perusahaan di dalam negeri kepada
kantor pusat di luar negeri pada bisnis perbankan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pajak


 Sistem Perpajakan di negara tempat investasi

 Konsep penghasilan yang dianut

 Besarnya tariff PPh Badan

 Ada tidaknya withholding tax dan besarnya tarif withholding tax (khususnya deviden)

 Ada tidaknya tax holiday atau tax facilities

 Perbedaan perlakuan perpajakan terhadap perusahaan anak dan cabang

 Perbedaan perlakuan perpajakan terhadap perusahaan domestic dan PMA

 Perlakuan terhadap joint operation/consortium

 Perlakuan perpajakan terhadap off-shore service

 Perlakuan perpajakan terhadap turn key project Perlakuan terhadap joint
operation/consortium
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pajak
 Sistem depresiasi dan amortisasi

 Sistem kompensasi kerugian vertical
 Besarnya DER (Debt Equity Ratio)
 Kebebasan repatriasi modal
 Perlakuan perpajakan atas penjualan saham
 Pengendalian terhadap mata uang asing
 Ada tidaknya tax treaty serta fasilitas pajak yang tercantum dalam tax
treaty tersebut
 Perlakuan perpajakan terhadap perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa
 Sistem foreign tax credit dan Sistem Value Added Tax
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak
Foreign Direct Investment


 Apakah jenis usaha yang akan dipilih termasuk dalam Daftar Negatif BKPM?
Jika termasuk, maka otomatis usaha tersebut tidak dapat dijalankan
 Seberapa besar kepentingan perusahaan diluar negeri untuk melakukan

transaksi dengan perusahaan-perusahaan yang dibentuk di Indonesia, maka


bentuk pengoperasian perusahaan anak akan semakin efektif untuk dipilih
karena hubungan induk dan anak perusahaan di Indonesia merupakan
entitas legal yang terpisah, dimana keduanya melakukan transaksi
 Fasilitas-fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah terhadap anak

perusahaan dan perusahaan cabang


 Faktor non pajak seperti politik, keamananm prasarana penunjang, akses

pasar, dll
Pre Tax Scheme
Dilakukan saat tarif pajak di negara tempat investasi lebih tinggi dari pada
tarif pajak yang berlaku di negara domisili investor. Melalui skema ini
perencanaan pajak dapat dilakukan dengan memaksimalkan biaya-biaya yang
dibayarkan kepada induk perusahaan di luar negeri dengan memperhatikan
kewajaran harga transaksi, sehingga PKP di negara domisili menjadi lebih
kecil
Pre Tax Scheme Pre Tax Scheme
Penjualan Rp 20.000.000,-

Harga Pokok Penjualan Rp 11.500.000,-

Laba Kotor Rp 8.500.000,-

Biaya Operasi Rp 2.500.000,-

Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 6.000.000,-

Pajak (30%) Rp 1.800.000,-

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 4.200.000,-


Pre Tax Scheme Pre Tax Scheme
 Penjualan sebesar Rp. 20.000.000 merupakan penjualan kepada
perusahaan yang tidak mempunyai hubungan dengan PT. XYZ dan
berada diluar negeri. Berdasarkan transaksi tersebut atas laba PT.
XYZ tahun 2011 menanggung beban pajak sebesar Rp. 1.800.000.
Untuk penghematan pajak PT. XYZ mendirikan perusahan anaknya
PT. ABC pada negara yang dikategorikan Tax Havens Country yang
memiliki tarif pajak lebih rendah yaitu 10%.
 PT. XYZ melakukan transaksi penjualan dengan PT. ABC seharga
Rp. 14.000.000, kemudian PT. ABC akan menjual kepada
Perusahaan yang tidak berafiliasi sebesar Rp. 20.000.00.
Pre Tax
Pre Tax Scheme Scheme
Uraian Tanpa Transfer Pricing Dengan Transfer Pricing

Penjualan Rp 20.000.000,- Rp 20.000.000,-

Harga Pokok Penjualan Rp 11.500.000,- Rp 11.500.000,-

Laba Kotor Rp 8.500.000,- Rp 8.500.000,-

Biaya Operasi Rp 2.500.000,- Rp 3.000.000,-

Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 6.000.000,- Rp 5.500.000,-

Pajak Rp 1.800.000,- Rp 550.000,-

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 4.200.000,- Rp 4.950.000,-

Jumlah Penghematan Pajak Rp. 750.000,-


Post Tax Scheme
Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan menunda pemberian deviden dari anak
perusahaan kepada induk perusahaan diluar negeri. Waktu yang tepat untuk
membagikan deviden ialah saat PKP induk perusahaan diluar negeri
jumlahnya kecil
Inbound Investment – Kasus Mukamurata, Ltd. (Jepang)

1. Kedudukan Wajib Pajak Badan dan Badan Usaha Tetap sebagai


Subjek Pajak di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-
undang Pajak Penghasilan (UU PPh). Lebih jauh lagi, Pasal 2 ayat
(1a) menyatakan bahwa Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek
pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan
subjek pajak badan.

Atas posisinya yang “dipersamakan” berdasarkan UU PPh,


terdapat beberapa perbedaan antara pemajakan Wajib Pajak
Badan dalam bentuk Perseroan Terbatas dan Bentuk Usaha Tetap,
yaitu:
Kategori Perseroan Terbatas Badan Usaha Tetap
Tempat pendirian / tempat berkedudukan Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia Tidak didirikan dan Tidak Bertempat Kedudukan di Indonesia
namun menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Status Subjek Pajak Subjek Pajak Dalam Negeri Dipersamakan dengan Subjek Pajak Dalam Negeri
Objek Pajak Penghasilan sebagaimana tertera dalam PPh Pasal 4 tentang Objek Pajak Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah:
yang terdiri dari:
a) Penghasilan yang dikenai PPh non-final a) Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari
harta yang dimiliki atau dikuasai;
b) Penghasilan yang dikenai PPh Final b) Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
yang dijalankan oleh BUT di Indonesia (force of attraction
income)
  c) Penghasilan dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh
kantor pusat (effectively connected income). Pada dasarnya,
penghasilan pasif yang diperoleh oleh Kantor Pusat.
Termasuk dalam hal ini adalah penghasilan yang diterima dari Induk  
Perusahaan di luar negeri (world-wide income).
Bukan Objek Pajak Penghasilan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh Pembayaran royalti, imbalan sehubungan dengan jasa
termasuk dividen yang dibayarkan dari laba ditahan atas kepemilikan manajemen, dan bunga yang diterima atau diperoleh dari Kantor
saham diatas 25% oleh WP Badan. Pusat (kecuali yang berkenaan dengan usaha perbankan).
Biaya yang diperbolehkan (deductible Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk Biaya yang berkenaan dengan penghasilan (Biaya 3M), biaya
expense) beban royalti, imbalan jasa manajemen, dan bunga kepada Induk administrasi kantor pusat sepanjang berkaitan dengan usaha atau
Perusahaan di luar negeri (sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku) di kegiatan BUT.
Indonesia.

Bukan biaya yang diperbolehkan (non- Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9. Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9 dan
deductible expense) pembayaran kepada kantor pusat (beban royalty, imbalan jasa
manajemen, dan bunga).
Tarif Pajak Tarif PPh Badan 25% termasuk pengurangan tarif sebesar 50% apabila Tarif PPh Badan 25% dan pajak sebesar 20% sesuai PPh Pasal 26
peredaran bruto kurang dari Rp 50 miliar (UU PPh Pasal 31E) (branch profit tax) atau sesuai tarif yang berlaku dalam P3B.
 Berdasarkan keterangan diatas, maka pemajakan untuk Wajib
Pajak dalam bentuk PT lebih menguntungkan karena biaya
yang boleh diakui secara perpajakan lebih banyak dan
pengenaan tarif PPh Badan tanpa harus membayar branch
profit tax. Oleh karena itu, lebih baik Mukamurata, Ltd.
melakukan mendirikan perusahaan dalam bentuk PT.
2. Penanaman dana dalam bentuk modal atau pinjaman dapat
memberikan implikasi perpajakan yang berbeda
sebagaimana berikut:
Modal Pinjaman
Imbalan atas modal dinamakan sebagai dividen. Imbalan atas modal dinamakan sebagai bunga.

Pembayaran biaya dividen tidak boleh dibebankan Pembayaran biaya bunga boleh dibebankan sebagai biaya
sebagai biaya untuk keperluan menghitung PPh Badan untuk keperluan menghitung PPh Badan
Outbound Investment – Kasus PT Buana Internasional

Ketentuan Fiskal atas WPLN BUT Indonesia Timbuktu


(Berdasarkan UU PPh) (Berdasarkan Keterangan dalam Soal)
Objek Pajak Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah: Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah:
a) Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang a) Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari
dimiliki atau dikuasai; harta yang dimiliki atau dikuasai;
b) Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, b) Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
oleh BUT di Indonesia (force of attraction income) yang dijalankan oleh BUT di Indonesia (force of attraction
income)

c) Penghasilan dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat  


(effectively connected income). Pada dasarnya, penghasilan pasif yang
diperoleh oleh Kantor Pusat.

Pengurang Penghasilan Bruto Biaya yang berkenaan dengan penghasilan (Biaya 3M), biaya Biaya yang terkait dengan penghasilan terutang kecuali biaya
administrasi kantor pusat sepanjang berkaitan dengan usaha atau bunga, royalti, dan jasa yang dibayarkan ke kantor pusat.
kegiatan BUT. Kompensasi kerugian paling lama 5 tahun. Kompensasi kerugian paling lama 5 tahun.

Tarif Pajak Tarif PPh Badan sebesar 25% dari penghasilan kena pajak. Tarif PPh Badan sebesar 25%.

Branch Profit Tax Tarif 20% dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi PPh Badan. Tarif 20% dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi PPh
Badan.
 Perbedaan nilai laba/(rugi) dalam bentuk anak perusahaan
dan cabang terutama dipengaruhi karena Penghasilan kantor
pusat yang menjadi objek pajak bagi BUT namun tidak bagi
WPDN Badan
 Biaya yang dibayarkan ke kantor pusat yang tidak boleh

dibebankan bagi BUT namun boleh menjadi beban bagi WPDN


Badan.

Anda mungkin juga menyukai