Anda di halaman 1dari 30

Loading . . .

Please
wait . . .
AKUNTANSI
UNTUK BAHAN
BAKU
ANDREAS WIWIT
FANINDA ITSNA YULISKHA
RETNO WIDI ASRINI
KELOMPOK 3 YULIANA NURASTUTI
1.Mengenali Dua Aspek Dasar C
Pengendalian Bahan Baku O
2.Prosedur Pemesanan Bahan
N
Baku
3.Metode Penentuan Persediaan T
akhir (Bahan Baku) E
4.Bahan Sisa, Produk Rusak dan
N
Produk Cacat
T
PENGENDALIAN BAHAN BAKU
Physical Control of Materials
• Limited access (akses terbatas)
Hanya pegawai tertentu yang diperbolehkan
untuk masuk ke area gudang.
• Segregation of duties (pemisahan tugas)
Pembagian tugas pekerja bisa meminimalisir
kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan
aset.
• Accuracy in recording (keakuratan pencatatan)
Sistem pengendalian bahan baku akan efektif,
dengan syarat pencatatan transaksi pembelian
dan pengeluaran bahan baku dilakukan secara
akurat.
CONTROLLING THE INVESTMENT in
Materials
• Mengatur kualitas bahan baku mentah yang
tepat merupakan salah satu objek paling
penting dari pengendalian bahan baku
• Suatu persediaan memiliki ukuran yang
cukup dan beragam harus ada pengaturan
agar operasi kegiatan usaha bisa efisien
• Manajemen harus mempertimbangkan
kebutuhan modal kerja lainnya dalam
menentukan tingkat persediaan.
• Dibutuhkan perencanaan dan pengendalian
yang cukup
ORDER POINT

Order Point adalah saat atau


titik dimana pemesanan harus
diadakan sehingga kedatangan atau
penerimaan bahan tepat pada
waktunya dimana jumlah
persediaan sama dengan safety
stock.
ECONOMIC ORDER QUANTITY
(EOQ)

Economic order quantity


(EOQ) adalah jumlah pemesanan
paling ekonomis, yaitu jumlah
pembelian barang yang dapat
meminimalkan jumlah biaya
pemeliharaan barang dari gudang dan
biaya pemesanan setiap tahun.
UNSUR BIAYA YANG MEMBENTUK HARGA
POKOK BAHAN BAKU

Harga pokok bahan baku


terdiri dari harga beli (harga yang tercantum
dalam faktur pembelian) ditambah dengan
biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku
tersebut dalam keadaan siap untuk diolah
(biaya overhead pabrik).
Dalam membeli bahan baku,
perusahaan juga mengeluarkan uang untuk
biaya angkutan. Perlakuan biaya angkutan
dapat dibedakan sebagai berikut:
a.Biaya angkutan diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok bahan baku yang
dibeli.
b. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai
tambahan bahan baku yang di beli, namun
diperlakukan sebagai unsur biaya overhead
pabrik.
Metode penentuan persediaan akhir

FIFO (FIRST IN FIRST OUT)

Mengasumsikan persediaan yang


dikeluarkan diambil dari persediaan
yang paling awal masuk gudang.
Persediaan yang dikeluarkan dinilai
dengan harga persediaan yang lebih
dulu masuk.
CONTOH
Dengan menggunakan metode penentuan persediaan FIFO,
maka perhitungannya adalah sbb:
LIFO (LAST-IN,FIRST-OUT)

Mengasumsikan persediaan
yang dikeluarkan diambil dari
persediaan yang paling akhir
masuk gudang. Persediaan
dikeluarkan dinilai dengan harga
persediaan yang paling akhir
masuk.
Berdasarkan contoh soal pada slide sebelumnya, kita akan
menghitung persediaan dengan metode LIFO,maka
perhitungannya adalah sbb:
Rata-Rata bergerak (Moving Average)

Mengasumsikan persediaan yang


dikeluarkan diambil dari campuran
persediaan di gudang dari pembelian
yang lebih awal dan yang lebih akhir.
Persediaan yang keluar dinilai dengan
harga rata-rata saldo persediaan saat
pengeluaran.
Berdasarkan contoh soal pada slide sebelumnya, kita akan
menghitung persediaan dengan Metode Rata-Rata
Bergerak (Moving Average),maka perhitungannya adalah sbb:
SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)
Sisa bahan adalah sisa bahan yang sudah tidak bisa
digunakan untuk membuat barang jadi yang terjadi karena sifat alami
proses produksi. Bentuk bahan sisa sama dengan bentuk bahan, hanya
berbeda ukuran.
Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa
bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak
dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualan.

Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Jika bahan terjual dengan tidak mengetahui market value, jurnalnya:


Tetapi jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat
jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut dalam kartu
persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh
Bagian produksi ke Bagian Gudang.
PRODUK RUSAK (SPOILED
GOODS)
Produk rusak adalah produk yang tidak
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang
secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan,
karena produk rusak telah menyerap biaya bahan,
biaya kerja dan biaya overhead pabrik.

Perlakuan terhadap produk rusak tergantung dari sifat dan sebab


terjadinya:
1. Jika karena sulitnya pengerjaan pesanan atau faktor luar
biasa lainnya, harga pokok produk rusak dibebankan sebagai
tambahan harga pokok produk.
2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi, maka
kerugian yang timbul dibebankan kepada produksi secara
keseluruhan
Contoh
PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)

Produk cacat adalah produk yang tidak


memenuhi standar mutu yang telah ditentukan. Tapi jika
perusahaan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat
disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.

Jika produk cacat bukan merupakan suatu hal yang


terjadi dalam proses produksi, tapi karena karakteristik
pengerjaan, maka biaya pengerjaan kembali dibebankan
sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan suatu hal yang biasa
terjadi dalam proses pengerjaan produk, maka biaya
pengerjaan dibebankan kepada seluruh produksi dengan cara
memperhitungkan biaya pengerjaan tersebut ke dalam tarif
biaya overhead pabrik.
Contoh

Anda mungkin juga menyukai