PSAK
50 Instrumen Keuangan
: penyajian
Instrumen Keuangan
55 : Pengakuan dan
Pengukuran
Ilustrasi pembuka.
Kompas.com,Jakarta : Kapal perang produksi PT. PAL Indonesia (persero) ternyata dilirik oleh negara lain. PT. PAL
mengekspor dua kapal tipe “strategic sealift vessel” (SSV) kepada Kementerian Pertahanan Filipina. Dua kapal perang
berukuran 123 meter dan lebar 12,8 meter itu merupakan alat utama sistem senjata pertama yang diekspor Indonesia
ke negara lain. BUMN itu memenangkan tender internasional senilai 90 juta dollar AS melawan tujuh perusahaan di
antaranya korea selatan.
Sesuai dengan peraturan pemerintah, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) kapal perang yang diekspor itu menurut
Firmansyah sudah memenuhi regulasi yakni 30-35 persen. Pelat besi untuk kapal perang yang dibangun selama dua
tahun itu 100 persen menggunakan produk buatan lokal dari PT. Krakatau Steel (persero)Tbk. Diharapkan, suksesnya
ekspor kapal perang ke filipina itu bisa mengundang investasi serupa dari negara lainnya. Menurutnya tahun ini ada
rencana Pakistan, Brunei Darussalam dan Thailand berencana untuk membeli kapal buatan Indonesia.
$1
Rp. 13.456,83
= $ 0,000074
Lebih SEDIKIT mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing.
Impor dari Amerika akan lebih
Satu rupiah memperoleh lebih BANYAK unit mata uang asing murah untuk konsumen
Indonesia pada bulan Maret
2011 dibandingkan Januari
Contoh: Amerika menjual mobil seharga $25.000 pada Januari 2011
2011.
Nilai setara rupiah = unit mata uang asing x Kurs Langsung Bersamaan dengan menguatnya
Rp. 225.800.000 = $ 25.000 x Rp. 9.032 rupiah, ekspor Indonesia ke
Amerika akan lebih mahal bagi
Nilai setara rupiah = unit mata uang asing x Kurs Langsung pelanggan Amerika
Rp. 219.000.000 = $ 25.000 x Rp. 8.760
APRIL 2010 MEI 2010 JANUARI 2011 MARET 2011
Kurs langsung Rp. 9.027 Rp. 9.167 Rp. 9.032 Rp. 8.760
Kurs tidak langsung $ 0,0001109 $ 0,0001091 $ 0,0001107 $ 0,0001141
Lebih BANYAK mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing.
Penguatan suatu mata uang disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap mata uang
lokal dibandingkan mata uang asing.
Untuk periode-periode pelaporan selanjutnya, PSAK 10 (Revisi 2010) mengindikasikan perlakuan sebagai
berikut.
1. Pos-pos moneter perlu disajikan menggunakan kurs penutup pada tanggal pelaporan.
2. Pos-pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis disajikan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
3. Pos-pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar perlu disajikan menggunakan kurs pada tanggal ketika
nilai wajar ditentukan.
Transaksi dengan Tujuan Spekulasi (Transaksi Valuta Asing Murni)
Pada transaksi dengan tujuan spekulasi atau transaksi valuta asing murni, sebuah entitas sengaja
melakukan jual beli valuta asing untuk memperoleh keuntungan dari ekspektasi perubahan nilai tukar
suatu mata uang.
Contoh 1
Pada 1 November 2015, PT Nusantara menyepakati perjanjian forward dengan Bank Penduduk Indonesia
(BPI) untuk menjual US$10.000 dengan kurs untuk 90 hari sebesar Rp13.700 per USD. Nilai tukar spot per
tanggal 1 November 2015 adalah Rp13.600/US$. PT Nusantara memiliki periode tutup buku per 31
Desember setiap tahunnya. Pada tanggal 30 Januari 2016, PT Nusantara akan menyerahkan USD kepada
bank berdasarkan kurs yang telah disepakati.
Atas transaksi spekulasi tersebut, maka PT Nusantara akan mencatatnya
sebagai berikut.
1 November 2015
Aset Keuangan (Rp) 137.000.000
Liabilitas Keuangan (USD) 137.000.000
Mencatat transaksi spekulatif melalui perjanjian forward, 90 hari
(US$10.000 x Rp13.700)
31 Desember 2015
Liabilitas Keuangan (USD) 1.000.000
Keuntungan Transaksi Mata Uang Asing 1.000.000
Mencatat keuntungan kontrak forward atas perbedaan antara nilai
kontrak berdasarkan kurs forward selama 90 hari dengan kurs forward
selama 30 hari. (US$10.000 x (Rp13.700 – Rp13.600))
.
30 Januari 2016
Liabilitas Keuangan (USD) 1.000.000
Keuntungan Transaksi Mata Uang Asing 1.000.000
Mencatat keuntungan kontrak forward atas perbedaan antara nilai kontrak
berdasarkan kurs forward selama 30 hari dengan kurs spot per 30 Januari 2016.
(US$10.000 x (Rp3.600 – Rp13.500))
Pada 30 Januari 2016 yang merupakan tanggal penyelesaian kontrak, PT
Nusantara kembali mengkui keuntungan atau kerugian yang muncul dari
transaksi spekulatif ini. Namun, kurs forward yang terakhir digunakan, yakni
kurs forward 30 hari per 31 Desember 2015 dibandingkan dengan kurs spot per
tanggal 30 Januari 2016. Berdasarkan perbandingan tersebut, PT Nusantara
kembali mengakui adanya keuntungan karena liabilitas keuangan yang
dimilikinya lebih rendah menurut kurs spot berlaku.
Kas 137.000.000
Aset Keuangan 137.000.000
Mencatat penyelesaian kontrak forward dengan Bank Penduduk Indonesia melalui
penerimaan kas (US$10.000 x Rp13.700)
Kedua jurnal tersebut merupakan pencatatan penyelesaian transaksi forward dengan
Bank Penduduk Indonesia. Pada Jurnal (5) PT Nusantara menyerahkan mata uang asing
(USD) yang diperoleh sebelumnya dari pasar spot untuk melunasi kewajiban
menyerahkan dolar Amerika Serikat. Berdasarkan kurs spot yang diperoleh, PT Nusantara
menyerahkan dolar Amerika Serikat yang pada tanggal penyelesaian memiliki nilai
setara dengan Rp135.000.000. Di sisi lain, PT Nusantara menerima kas sebesar
Rp137.000.000 atas penyerahan dolar Amerika Serikat sesuai dengan kurs yang
disepakati pada 1 November 2015.
Spekulasi yang dilakukan PT Nusantara menghasilkan keuntungan sebesar Rp2.000.000
yang berasal dari keuntungan yang diakui pada tanggal 31 Desember 2015 ditambah
keuntungan yang diakui pada 30 Januari 2016 masing-masing senilai Rp1.000.000.
Transaksi Ekspor
Transaksi ekspor adalah transaksi penjualan barang atau jasa dari dalam negeri
kepada entitas lain di luar negeri. Suatu entitas akan memperoleh pembayaran dari
luar negeri mungkin didenominasikan dalam mata uang asing. Walaupun
didenominasikan dalam mata uang asing, untuk tujuan pencatatan pada laporan
keuangan, suatu entitas harus menyajikan transaksi tersebut dalam mata uang
fungsionalnya. Adapun nilai tukar yang digunakan untuk mendenominasikan nilai
transaksi ke dalam mata uang fungsional adalah kurs spot yang berlaku pada tanggal
penyelesaian transaksi. Pada umumnya transaksi ekspor maupun impor memerlukan
pengakuan secara akuntansi pada tanggal-tanggal berikut ini.
1. Tanggal transaksi, yakni tanggal terjadinya transaksi sehingga entitas perlu
mencatat transaksi berdasarkan kurs spot.
2. Tanggal pelaporan keuangan, yakni akhir periode pelaporan bila entitas masih
memiliki pos-pos yang terkait transaksi menggunakan valuta asing. Pada tanggal ini,
entitas perlu melakukan penyesuaian atas instrumen keuangan terkait transaksi
berdasaran kurs berlaku untuk kemudian mengakui adanya keuntungan atau
kerugian yang muncul dari perbedaan kurs.
3. Tanggal penyelesaian, yakni tanggal diselesaikannya transaksi terkait valuta
asing. Entitas perlu menyesuaikan terlebih dahulu nilai terakhir yang dimiliki
terhadap kurs spot yang berlaku untuk kemudian mengakui adanya keuntungan atau
kerugian yang muncul dari perbedaan kurs. Setelah itu, entitas melakukan
penyelesaian atas transaksi.
Contoh 2
PT Nusantara memiliki unit usaha yang memproduksi dan mendistribusikan mesin
pemindai untuk mendukung keamanan kepada bandara-bandara di kawasan Asia.
Pada tanggal 20 Oktober 2015, PT Nusantara melakukan penjualan 10 unit mesin
pemindai kepada Bandar Udara Changi di Singapura. Harga jual mesin ini senilai
S$100.000 (beban pokok penjualan adalah 60% dari harga jual) yang
pembayarannya akan diterima dalam dollar Singapura pada tanggal 1 Februari 2016.
PT Nusantara memiliki akhir periode akuntansi per 31 Desember serta memberikan
informasi nilai tukar untuk tanggal-tanggal penting sebagai berikut.
Atas transaksi ekspor tersebut, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara
ditunjukkan sebagai berikut.
20 Oktober 2015
Piutang Usaha 10.200.000.000
Penjualan 10.200.000.000
Mencatat penjualan mesin pemindai kepada Bandara Changi di Singapura (10 x
S$100.000 x Rp10.200)
Beban Pokok Penjualan 6.120.000.000
Persediaan 6.120.000.000
Beban pokok dari penjualan mesin pemindai (10 unit) (10 x S$100.000 x Rp10.200) x 60%
31 Desember 2015
Piutang Usaha 50.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 50.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (10 x S$100.000 x (Rp10.200 – 10.250))
1 Februari 2016
Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 100.000.000
Piutang Usaha 100.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (10 x S$100.000 x (Rp10.250 – 10.150))
Kas 10.150.000.000
Valuta Asing (SGD) 10.150.000.000
Menukarkan valuta asing menjadi rupiah kepada broker (10 x S$100.000 x Rp10.150)
Secara keseluruhan PT Nusantara mengalami kerugian atas transaksi menggunakan valuta
asing ini karena jumlah yang awalnya diakui ternyata terealisasi lebih rendah saat tanggal
penyelesaian. Besarnya kerugian akibat perubahan kurs valuta asing yang diakui oleh PT
Nusantara adalah sebesar Rp50.000.000 yang berasal dari pengakuan keuntungan
sebesar Rp50.000.000 pada tanggal 31 Desember 2015 dikurangi pengakuan kerugian
sebesar Rp100.000.000 pada tanggal 1 Februari 2015. Pada Tabel 9.3 disajikan
perbandingan jika transaksi didenominasikan dalam mata uang rupiah.
Transaksi Impor
Transaksi impor adalah transaksi pembelian barang atau jasa dari luar negeri untuk didatangkan
ke dalam negeri. Dalam transaksi impor, suatu entitas akan memiliki kewajiban untuk
menyerahkan pembayaran kepada entitas lain di luar negeri yang mungkin kemungkinan besar
didenominasikan dalam mata uang asing. Walaupun didenominasikan dalam mata uang asing,
untuk tujuan pencatatan pada laporan keuangan, entitas harus menyajikan transaksi tersebut
dalam mata uang fungsionalnya.
Contoh 3
Untuk mendukung kegiatan produksi PT Nusantara mendatangkan tenaga ahli yang memberikan
pelatihan penggunaan teknologi produksi terkini dari Perancis. Pada tanggal 15 Desember 2015,
PT Nusantara menerima pelatihan dari tenaga ahli selama 5 hari dengan honor tenaga ahli per
harinya €20.000. PT Nusantara baru akan membayarkan honor tenaga ahli tersebut pada 15
Januari 2016 melalui perusahaan produsen teknologi yang menaungi tenaga ahli ini. Berikut
informasi nilai tukar euro Uni Eropa terhadap rupiah untuk tanggal-tanggal penting sebagai
berikut.
Atas transaksi impor tersebut, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara sebagai berikut.
15 Desember 2015
Beban Pelatihan 1.570.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000
Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (5 hari x €20.000 x Rp15.700)
31 Desember 2015
Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 10.000.000
Utang Usaha 10.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700 – 15.800))
15 Januari 2016
Utang Usaha 20.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 20.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.800 – 15.600))
1 November 2015
Mata Uang Asing (EUR) 1.550.000.000
Kas 1.550.000.000
Mencatat pembelian mata uang asing (Euro) dari broker (€20.000 x Rp 15.500)
15 Desember 2015
Mata Uang Asing (EUR) 20.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs 20.000.000
Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (€20.000 x (Rp15.700- Rp15.500)
31 Desember 2015
Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 10.000.000
Utang Usaha 10.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700 –
15.800))
1 Juni 2015
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Kas 3.500.000.000
Melakukan pembelian valuta asing (ringgit Malaysia) (RM1.000.000 x
Rp3.500)
Tanah 3.500.000.000
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Melakukan pembelian tanah di Malaysia (RM1.000.000 x Rp3.500)
31 Desember 2015
Kerugian atas perubahan kurs 100.000.000
Tanah 100.000.000
Mengakui kerugian penurunan nilai tanah akibat perubahan kurs
(RM1.000.000 x (Rp3.500 – Rp3.400))
Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri (Model Revaluasi)
Selain menggunakan model biaya historis, PSAK 16 (Revisi 2011) memperkenankan suatu entitas untuk
menggunakan model revaluasi atas aset tetap yang dimilikinya. Berdasarkan model revaluasi, nilai aset
tetap akan diukur berdasarkan nilai wajar saat tanggal pelaporan untuk kemudian mengakui adanya
surplus revaluasi (kerugian penurunan nilai) atas perbedaan nilai tercatat dengan nilai wajarnya.
Contoh 9.5
Pada kasus pembelian tanah yang dilakukan oleh PT Nusantara di Malaysia, PT Nusantara menggunakan model
revaluasi untuk mengukur tanah tersebut. Dengan demikian, pencatatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
1 Juni 2015
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Kas 3.500.000.000
Melakukan pembelian valuta asing (ringgit Malaysia) (RM1.000.000 x Rp3.500)
Tanah 3.500.000.000
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Melakukan pembelian tanah di Malaysia (RM1.000.000 x Rp3.500)
Bila diketahui bahwa nilai wajar tanah tersebut berdasarkan pengukuran oleh jasa penilai adalah
sebesar RM1.100.000, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara adalah sebagai berikut.
31 Desember 2015
Tanah 340.000.000
Surplus Revaluasi 340.000.000
Mengakui kenaikan nilai tanah berdasarkan nilai wajar ((RM1.100.000 – RM1.000.000) x Rp3.400)
Kerugian atas Perubahan Kurs 100.000.000
Tanah 100.000.000
Mengakui kerugian penurunan nilai tanah akibat perubahan kurs (RM1.100.000 x
(Rp3.500 - Rp3.400))
Kedua jurnal di atas digunakan untuk mengakui perubahan nilai tanah berdasarkan
pengukuran nilai wajar serta kerugian yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata
uang asing. Oleh karena tanah yang dimiliki PT Nusantara di Malaysia mengalami
kenaikan berdasarkan informasi nilai wajar, maka kenaikan tersebut dilaporkan pada
penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income) serta pada bagian ekuitas
laporan posisi keuangan. Selain itu, kerugian yang muncul atas perubahan kurs pun akan
dilaporkan pula pada penghasilan komprehensif lain mengikuti pelaporan yang dilakukan
atas komponen utama keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajarnya.