Anda di halaman 1dari 36

Akuntansi Multinasional

Transaksi Mata Uang Asing dan


Instrumen Keuangan
10 Pengaruh perubahan
Kurs valuta Asing

PSAK
50 Instrumen Keuangan
: penyajian

Instrumen Keuangan
55 : Pengakuan dan
Pengukuran
Ilustrasi pembuka.

Kompas.com,Jakarta : Kapal perang produksi PT. PAL Indonesia (persero) ternyata dilirik oleh negara lain. PT. PAL
mengekspor dua kapal tipe “strategic sealift vessel” (SSV) kepada Kementerian Pertahanan Filipina. Dua kapal perang
berukuran 123 meter dan lebar 12,8 meter itu merupakan alat utama sistem senjata pertama yang diekspor Indonesia
ke negara lain. BUMN itu memenangkan tender internasional senilai 90 juta dollar AS melawan tujuh perusahaan di
antaranya korea selatan.
Sesuai dengan peraturan pemerintah, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) kapal perang yang diekspor itu menurut
Firmansyah sudah memenuhi regulasi yakni 30-35 persen. Pelat besi untuk kapal perang yang dibangun selama dua
tahun itu 100 persen menggunakan produk buatan lokal dari PT. Krakatau Steel (persero)Tbk. Diharapkan, suksesnya
ekspor kapal perang ke filipina itu bisa mengundang investasi serupa dari negara lainnya. Menurutnya tahun ini ada
rencana Pakistan, Brunei Darussalam dan Thailand berencana untuk membeli kapal buatan Indonesia.

Sumber : dikutip dari Kompas.com, Maret 2015.


RERANGKA BAB
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN
TRANSAKSI DENGAN VALUTA ASING
1. Kebutuhan Pangan atau pendukung
produksi yang tidak tersedia secara
memadai di dalam negeri.
2. Pemasaran produk yang dihasilkan
FAKTOR-
FAKTOR
entitas.
3. Memperoleh sumber pendanaan yang
lebih menarik.
4. Tujuan pengembangan entitas secara
keseluruhan melalui transaksi-transaksi
strategis di luar batas-batas negara.
PERMASALAHAN AKUNTANSI Lalu bagaimanakah entitas
di Indonesia
memperlakukan transaksi
yang menggunakan mata
uang asing baik yang
sifatnya penerimaan valas
maupun penyerahan mata
Jadi gini Gan...
uang asing???
Jawabannya ada
di PSAK 10, PSAK
50 dan PSAK 55
KONSEP MATA UANG
Secara umum menurut standar akuntansi, jenis mata uang yang digunakan suatu
entitas adalah;
1. Mata uang fungsional, yakni mata uang pada lingkungan ekonomi utama di
mana entitas beroperasi.
2. Mata uang penyajian (pelaporan), yakni mata uang yang digunakan dalam
penyajian laporan keuangan.
3. Mata uang asing, yakni mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas.
Konsep Kunci

Mata uang berlaku suatu


PT Garuda Indonesia (Persero) adalah negara tidak serta merta
menjadi mata uang
sebuah entitas usaha yang bertempat fungsional suatu entitas.
dan berkedudukan di Indonesia, tetapi Penentuan mata uang
memiliki mata uang fungsional dolar fungsional perlu
mempertimbangkan hal-hal
Amerika Serikat. sesuai yang disebutkan
PSAK 10
Menurut PSAK 10 (Revisi 2010) dalam menentukan mata uang fungsional bagi suatu
entitas, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain bahwa mata
uang fungsional merupakan mata uang yang;
1. Paling memengaruhi harga jual;
2. Dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya sebagian
besar menentukan harga jual dari barang dan jasa suatu entitas; Indikator utama
3. Memengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya lain dari pengadaan
barang atau jasa;
4. Menjadi sumber dana aktivitas pendanaan (financing);
5. Penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan

Perusahaan 1. Mata uang fungsional induk


memiliki Nilai tukar 2. Mata uang lokal tempat operasi
operasi di luar fungsional berlokasi
negeri 3. Mata uang ketiga
KURS MATA UANG ASING
Sebelum tahun 1971, sebagian besar mata uang dinilai dari
standar logam emas yang mempunyai nilai internasional tetap
per-ons nya, berdasarkan kesepakatan yang dikenal dengan
Bretton Wood. Namun tahun 1971, Amerika Serikat
membatalkan kesepakatan tersebut dan nilai tukar menjadi
mengambang bebas (free-floating) (Lowrey, 2011)

Penentuan kurs Kurs


Kurs
Kurs forward
penutup
spot
Kurs spot

 Kurs Spot, yakni nilai tukar untuk realisasi segera, umumnya


untuk realisasi dalam dua hari kerja setelah perdagangan.
 PSAK 10 mengacu pada penggunaan kurs spot maupun kurs kini
untuk mengukur operasi luar negeri.
 Kurs Spot (spot rate) adalah kurs yang digunakan dalam
penyerahan segera suatu mata uang.
 Kurs kini (Current Spot) didefinisikan secara sederhana sebagai
kurs spot pada tanggal laporan posisi keuangan suatu entitas.
Kurs forwad
 Kurs forward, yakni nilai tukar untuk penyelesaian transaksi di masa depan yang telah
ditentukan.
 Suatu transaksi forward adalah perjanjian antara dua pihak yang menyepakati untuk
menyerahkan suatu mata uang dengan mata uang lain pada nilai tukar yang disepakati saat
ini untuk penyerahan yang ditentukan di masa mendatang.
 Misalkan pada 1 November 2015, sebuah perusahaan masuk pada sebuah kontrak forward
dengan sebuah broker untuk menjual Yen 1.000.000 pada nilai tukar forward seharga Rp.
110/unit Yen untuk penyerahan tanggal 15 Desember 2015. diketahui juga bahwa nilai spot
adalah Rp. 112/unit Yen. Perjanjian ini memberikan perusahaan sebuah hak untuk menerima
uang senilai Rp. 110.000.000 pada 15 Desember 2015 serta sebuah kewajiban untuk
menyerahkan Yen 1.000.000 kepada broker .
perubahan nilai tukar forward dan nilai tukar spot disebut premi atau diskon. Jika nilai
tukar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tukar spot, maka terdapat premi. Sedangkan saat
nilai tukar tukar forward lebih kecil dibandingkan dengan nilai tukar spot, maka terdapat
diskon.
Kuotasi dan Perubahan Nilai Tukar
DirectExchange
Nilai setara rupiah
Rate (DER)/kurs =
langsung 1 unit mata uang asing

Besarnya rupiah untuk 12


memperoleh mata uang asing
Indirect Exchange
1 unit mata uang asing
Rate(IER)/kurs
tidak langsung
= Nlai setara rupiah

$1
Rp. 13.456,83

= $ 0,000074

Atau $ 0,000074 = Rp.1


13
APRIL 2010 MEI 2010 JANUARI 2011 MARET 2011
Kurs langsung Rp. 9.027 Rp. 9.167 Rp. 9.032 Rp. 8.760
Kurs tidak langsung $ 0,0001109 $ 0,0001091 $ 0,0001107 $ 0,0001141

MENGUATNYA RUPIAH-PENURUNAN KURS LANGSUNG

 Lebih SEDIKIT mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing.
Impor dari Amerika akan lebih
 Satu rupiah memperoleh lebih BANYAK unit mata uang asing murah untuk konsumen
Indonesia pada bulan Maret
2011 dibandingkan Januari
Contoh: Amerika menjual mobil seharga $25.000 pada Januari 2011
2011.

Nilai setara rupiah = unit mata uang asing x Kurs Langsung Bersamaan dengan menguatnya
Rp. 225.800.000 = $ 25.000 x Rp. 9.032 rupiah, ekspor Indonesia ke
Amerika akan lebih mahal bagi
Nilai setara rupiah = unit mata uang asing x Kurs Langsung pelanggan Amerika
Rp. 219.000.000 = $ 25.000 x Rp. 8.760
APRIL 2010 MEI 2010 JANUARI 2011 MARET 2011
Kurs langsung Rp. 9.027 Rp. 9.167 Rp. 9.032 Rp. 8.760
Kurs tidak langsung $ 0,0001109 $ 0,0001091 $ 0,0001107 $ 0,0001141

MELEMAHNYA RUPIAH-PENINGKATAN KURS LANGSUNG

 Lebih BANYAK mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing.

 Satu rupiah memperoleh lebih SEDIKIT unit mata uang asing.

 Penguatan suatu mata uang disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap mata uang
lokal dibandingkan mata uang asing.

DAMPAK DARI MENGUAT ATAU MELEMAHNYA MATA UANG LOKAL


TERHADAP MATA UANG ASING DAPAT BERUPA DAMPAK OPERASIONAL
MAUPUN DAMPAK AKUNTANSI (Neo et al., 2015)
Hubungan antara mata uang dan kurs
April 2010 Mei 2010 Maret 2011

Kurs langsung (Rp/$) Rp.9.027 Rp.9.167 Rp.8.760


Kurs tdk langsung ($/Rp) $0,0001108 $0.0001091 $0.0001141
Antara Mei 2010 dan Maret 2011---menguatnya rupiah :
kurs langsung turun
Rupiah menguat
kurs tidak langsung meningkat
Dolar melemah
impor ke Indonesia umumnya meningkat secara kuantitas
barang luar negeri yang diimpor ke Indonesia lebih murah dalam rupiah
ekspor dari Indonesia umumnya turun secara kuantitas
barang ekspor Indonesia lebih mahal
Antara April 2010 dan Mei 2010---melemahnya rupiah :
AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI
MENGGUNAKAN VALUTA ASING
Menurut PSAK 10 (Revisi 2010), terdapat tiga kelompok transaksi yang memerlukan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, yaitu:
1. Transaksi pembelian atau penjualan barang dan/atau jasa.
2. Transaksi pinjam-meminjam dana yang merupakan utang atau piutang.
3. Transaksi pelepasan atau perolehan aset, pengadaan atau penyelesaian suatu kewajiban.
Alur tipikal transaksi valuta asing yang dilakukan oleh suatu entitas ditunjukkan pada Gambar
9.1.
Pada saat pengakuan awal segala transaksi dalam mata uang asing harus diakui menggunakan mata uang
fungsional berdasarkan nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang fungsional pada tanggal transaksi.
PSAK 10 (Revisi 2010) mengenal istilah pos moneter dan pos nonmoneter untuk membedakan dampak
transaksi valuta asing terhadap pos-pos laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu entitas. Pos moneter
adalah “unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset serta liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam
jumlah unit mata uang yang pasti atau dapat ditentukan.” Keberadaan hak (kewajiban) untuk menerima
(menyerahkan) sejumlah uang tertentu yang dapat ditentukan menjadi pembeda suatu pos dapat
dikategorikan sebagai pos-pos moneter atau nonmoneter. Contoh pos moneter yang berupa aset adalah kas,
piutang usaha, dan simpanan di bank. Sedangkan contoh pos moneter yang berupa liabilitas adalah utang
usaha, pinjaman bank, dan utang pajak.
Pada pengakuan awal suatu transaksi menggunakan mata uang asing, PSAK 10 (Revisi 2010) mensyaratkan
suatu entitas untuk mencatat dan mengukur transaksi valuta asing tersebut menggunakan nilai tukar spot
pada tanggal terjadinya transaksi.

Untuk periode-periode pelaporan selanjutnya, PSAK 10 (Revisi 2010) mengindikasikan perlakuan sebagai
berikut.
1. Pos-pos moneter perlu disajikan menggunakan kurs penutup pada tanggal pelaporan.
2. Pos-pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis disajikan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
3. Pos-pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar perlu disajikan menggunakan kurs pada tanggal ketika
nilai wajar ditentukan.
 Transaksi dengan Tujuan Spekulasi (Transaksi Valuta Asing Murni)
Pada transaksi dengan tujuan spekulasi atau transaksi valuta asing murni, sebuah entitas sengaja
melakukan jual beli valuta asing untuk memperoleh keuntungan dari ekspektasi perubahan nilai tukar
suatu mata uang.
Contoh 1
Pada 1 November 2015, PT Nusantara menyepakati perjanjian forward dengan Bank Penduduk Indonesia
(BPI) untuk menjual US$10.000 dengan kurs untuk 90 hari sebesar Rp13.700 per USD. Nilai tukar spot per
tanggal 1 November 2015 adalah Rp13.600/US$. PT Nusantara memiliki periode tutup buku per 31
Desember setiap tahunnya. Pada tanggal 30 Januari 2016, PT Nusantara akan menyerahkan USD kepada
bank berdasarkan kurs yang telah disepakati.
Atas transaksi spekulasi tersebut, maka PT Nusantara akan mencatatnya
sebagai berikut.
1 November 2015
Aset Keuangan (Rp) 137.000.000
Liabilitas Keuangan (USD) 137.000.000
Mencatat transaksi spekulatif melalui perjanjian forward, 90 hari
(US$10.000 x Rp13.700)

31 Desember 2015
Liabilitas Keuangan (USD) 1.000.000
Keuntungan Transaksi Mata Uang Asing 1.000.000
Mencatat keuntungan kontrak forward atas perbedaan antara nilai
kontrak berdasarkan kurs forward selama 90 hari dengan kurs forward
selama 30 hari. (US$10.000 x (Rp13.700 – Rp13.600))
.
30 Januari 2016
Liabilitas Keuangan (USD) 1.000.000
Keuntungan Transaksi Mata Uang Asing 1.000.000
Mencatat keuntungan kontrak forward atas perbedaan antara nilai kontrak
berdasarkan kurs forward selama 30 hari dengan kurs spot per 30 Januari 2016.
(US$10.000 x (Rp3.600 – Rp13.500))
Pada 30 Januari 2016 yang merupakan tanggal penyelesaian kontrak, PT
Nusantara kembali mengkui keuntungan atau kerugian yang muncul dari
transaksi spekulatif ini. Namun, kurs forward yang terakhir digunakan, yakni
kurs forward 30 hari per 31 Desember 2015 dibandingkan dengan kurs spot per
tanggal 30 Januari 2016. Berdasarkan perbandingan tersebut, PT Nusantara
kembali mengakui adanya keuntungan karena liabilitas keuangan yang
dimilikinya lebih rendah menurut kurs spot berlaku.

Mata Uang Asing (US$) 135.000.000


Kas 135.000.000
Mencatat pembelian dolar Amerika Serikat dari pasar spot menggunakan
kurs spot (US$10.000 x Rp13.500)
Selanjutnya PT Nusantara akan melakukan pembelian dolar Amerika Serikat dari
pasar spot menggunakan kurs spot yang berlaku. Atas pembelian ini, PT
Nusantara memperoleh dolar Amerika Serikat yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan transaksi forward yang dilakukan dengan bank.
Liabilitas Keuangan (USD) 135.000.000
Mata Uang Asing (USD) 135.000.000
Mencatat penyelesaian kontrak forward dengan Bank Penduduk Indonesia melalui
penyerahan mata uang asing (USD) (US$10.000 x Rp13.500)

Kas 137.000.000
Aset Keuangan 137.000.000
Mencatat penyelesaian kontrak forward dengan Bank Penduduk Indonesia melalui
penerimaan kas (US$10.000 x Rp13.700)
Kedua jurnal tersebut merupakan pencatatan penyelesaian transaksi forward dengan
Bank Penduduk Indonesia. Pada Jurnal (5) PT Nusantara menyerahkan mata uang asing
(USD) yang diperoleh sebelumnya dari pasar spot untuk melunasi kewajiban
menyerahkan dolar Amerika Serikat. Berdasarkan kurs spot yang diperoleh, PT Nusantara
menyerahkan dolar Amerika Serikat yang pada tanggal penyelesaian memiliki nilai
setara dengan Rp135.000.000. Di sisi lain, PT Nusantara menerima kas sebesar
Rp137.000.000 atas penyerahan dolar Amerika Serikat sesuai dengan kurs yang
disepakati pada 1 November 2015.
Spekulasi yang dilakukan PT Nusantara menghasilkan keuntungan sebesar Rp2.000.000
yang berasal dari keuntungan yang diakui pada tanggal 31 Desember 2015 ditambah
keuntungan yang diakui pada 30 Januari 2016 masing-masing senilai Rp1.000.000.
 Transaksi Ekspor
Transaksi ekspor adalah transaksi penjualan barang atau jasa dari dalam negeri
kepada entitas lain di luar negeri. Suatu entitas akan memperoleh pembayaran dari
luar negeri mungkin didenominasikan dalam mata uang asing. Walaupun
didenominasikan dalam mata uang asing, untuk tujuan pencatatan pada laporan
keuangan, suatu entitas harus menyajikan transaksi tersebut dalam mata uang
fungsionalnya. Adapun nilai tukar yang digunakan untuk mendenominasikan nilai
transaksi ke dalam mata uang fungsional adalah kurs spot yang berlaku pada tanggal
penyelesaian transaksi. Pada umumnya transaksi ekspor maupun impor memerlukan
pengakuan secara akuntansi pada tanggal-tanggal berikut ini.
1. Tanggal transaksi, yakni tanggal terjadinya transaksi sehingga entitas perlu
mencatat transaksi berdasarkan kurs spot.
2. Tanggal pelaporan keuangan, yakni akhir periode pelaporan bila entitas masih
memiliki pos-pos yang terkait transaksi menggunakan valuta asing. Pada tanggal ini,
entitas perlu melakukan penyesuaian atas instrumen keuangan terkait transaksi
berdasaran kurs berlaku untuk kemudian mengakui adanya keuntungan atau
kerugian yang muncul dari perbedaan kurs.
3. Tanggal penyelesaian, yakni tanggal diselesaikannya transaksi terkait valuta
asing. Entitas perlu menyesuaikan terlebih dahulu nilai terakhir yang dimiliki
terhadap kurs spot yang berlaku untuk kemudian mengakui adanya keuntungan atau
kerugian yang muncul dari perbedaan kurs. Setelah itu, entitas melakukan
penyelesaian atas transaksi.
Contoh 2
PT Nusantara memiliki unit usaha yang memproduksi dan mendistribusikan mesin
pemindai untuk mendukung keamanan kepada bandara-bandara di kawasan Asia.
Pada tanggal 20 Oktober 2015, PT Nusantara melakukan penjualan 10 unit mesin
pemindai kepada Bandar Udara Changi di Singapura. Harga jual mesin ini senilai
S$100.000 (beban pokok penjualan adalah 60% dari harga jual) yang
pembayarannya akan diterima dalam dollar Singapura pada tanggal 1 Februari 2016.
PT Nusantara memiliki akhir periode akuntansi per 31 Desember serta memberikan
informasi nilai tukar untuk tanggal-tanggal penting sebagai berikut.

Atas transaksi ekspor tersebut, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara
ditunjukkan sebagai berikut.
20 Oktober 2015
Piutang Usaha 10.200.000.000
Penjualan 10.200.000.000
Mencatat penjualan mesin pemindai kepada Bandara Changi di Singapura (10 x
S$100.000 x Rp10.200)
Beban Pokok Penjualan 6.120.000.000
Persediaan 6.120.000.000
Beban pokok dari penjualan mesin pemindai (10 unit) (10 x S$100.000 x Rp10.200) x 60%

31 Desember 2015
Piutang Usaha 50.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 50.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (10 x S$100.000 x (Rp10.200 – 10.250))

1 Februari 2016
Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 100.000.000
Piutang Usaha 100.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (10 x S$100.000 x (Rp10.250 – 10.150))

Valuta Asing (SGD) 10.150.000.000


Piutang Usaha 10.150.000.000
Menerima pelunasan piutang dari Bandara Changi di Singapura (10 x S$100.000 x Rp10.150)

Kas 10.150.000.000
Valuta Asing (SGD) 10.150.000.000
Menukarkan valuta asing menjadi rupiah kepada broker (10 x S$100.000 x Rp10.150)
Secara keseluruhan PT Nusantara mengalami kerugian atas transaksi menggunakan valuta
asing ini karena jumlah yang awalnya diakui ternyata terealisasi lebih rendah saat tanggal
penyelesaian. Besarnya kerugian akibat perubahan kurs valuta asing yang diakui oleh PT
Nusantara adalah sebesar Rp50.000.000 yang berasal dari pengakuan keuntungan
sebesar Rp50.000.000 pada tanggal 31 Desember 2015 dikurangi pengakuan kerugian
sebesar Rp100.000.000 pada tanggal 1 Februari 2015. Pada Tabel 9.3 disajikan
perbandingan jika transaksi didenominasikan dalam mata uang rupiah.
 Transaksi Impor
Transaksi impor adalah transaksi pembelian barang atau jasa dari luar negeri untuk didatangkan
ke dalam negeri. Dalam transaksi impor, suatu entitas akan memiliki kewajiban untuk
menyerahkan pembayaran kepada entitas lain di luar negeri yang mungkin kemungkinan besar
didenominasikan dalam mata uang asing. Walaupun didenominasikan dalam mata uang asing,
untuk tujuan pencatatan pada laporan keuangan, entitas harus menyajikan transaksi tersebut
dalam mata uang fungsionalnya.
Contoh 3
Untuk mendukung kegiatan produksi PT Nusantara mendatangkan tenaga ahli yang memberikan
pelatihan penggunaan teknologi produksi terkini dari Perancis. Pada tanggal 15 Desember 2015,
PT Nusantara menerima pelatihan dari tenaga ahli selama 5 hari dengan honor tenaga ahli per
harinya €20.000. PT Nusantara baru akan membayarkan honor tenaga ahli tersebut pada 15
Januari 2016 melalui perusahaan produsen teknologi yang menaungi tenaga ahli ini. Berikut
informasi nilai tukar euro Uni Eropa terhadap rupiah untuk tanggal-tanggal penting sebagai
berikut.
Atas transaksi impor tersebut, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara sebagai berikut.

15 Desember 2015
Beban Pelatihan 1.570.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000
Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (5 hari x €20.000 x Rp15.700)

31 Desember 2015
Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 10.000.000
Utang Usaha 10.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700 – 15.800))

15 Januari 2016
Utang Usaha 20.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 20.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.800 – 15.600))

Valuta Asing (EUR) 1.560.000.000


Kas 1.560.000.000
Membeli valuta asing dari broker (5 hari x €20.000 x Rp15.600)

Utang Usaha 1.560.000.000


Valuta Asing (EUR) 1.560.000.000
Melunasi pembayaran honor atas pelatihan (5 hari x €20.000 x 15.600)
Secara keseluruhan PT Nusantara mengalami keuntungan atas transaksi menggunakan
valuta asing ini karena jumlah utang usaha yang awalnya diakui ternyata terealisasi lebih
rendah saat tanggal penyelesaian. Besarnya keuntungan akibat perubahan kurs valuta asing
yang diakui oleh PT Nusantara adalah sebesar Rp10.000.000 yang berasal dari pengakuan
kerugian sebesar Rp10.000.000 pada tanggal 31 Desember 2015 dikurangi pengakuan
keuntungan sebesar Rp20.000.000 pada tanggal 15 Januari 2015. Tabel 9.4 menunjukkan
perbandingan jika transaksi tersebut didenominasikan dalam mata uang rupiah.
 Transaksi Impor dengan Valuta Asing yang Diperoleh Sebelumnya
Ketika suatu entitas melakukan transaksi impor, sering kali entitas tersebut akan
memperoleh valuta asing yang dibutuhkan untuk penyelesaian transaksi jauh sebelum
transaksi impor dilaksanakan. Upaya ini dilakukan agar entitas memperoleh nilai tukar
tertentu yang dianggap menguntungkan bagi entitas tersebut.
Contoh 4
PT Nusantara telah merencanakan kegiatan pelatihan ini sebelumnya, kemudian
melakukan pembelian euro pada tanggal 1 November 2015 dengan kurs sebesar
Rp15.500/EUR maka pencatatan yang dilakukan PT Nusantara adalah sebagai berikut.

1 November 2015
Mata Uang Asing (EUR) 1.550.000.000
Kas 1.550.000.000
Mencatat pembelian mata uang asing (Euro) dari broker (€20.000 x Rp 15.500)
15 Desember 2015
Mata Uang Asing (EUR) 20.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs 20.000.000
Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (€20.000 x (Rp15.700- Rp15.500)

Beban Pelatihan 1.570.000.000


Utang Usaha 1.570.000.000
Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (5 hari x €20.000 x Rp15.700)

31 Desember 2015
Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 10.000.000
Utang Usaha 10.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700 –
15.800))

Mata Uang Asing (EUR) 10.000.000


Keuntungan Perubahan Kurs 10.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700 –
15.800))
15 Januari 2016
Utang Usaha 20.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 20.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp
15.800-15.600))

Kerugian Perubahan Kurs 20.000.000


Mata Uang Asing (Euro) 20.000.000
Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp 15.800-
15.600))

Utang Usaha 1.560.000.000


Valuta Asing (Euro) 1.560.000.000
Melunasi pembayaran honor atas pelatihan (5 hari x €20.000 x 15.600)
ISU LAINNYA TERKAIT TRANSAKSI
MENGGUNAKAN VALUTA ASING
 Transaksi Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri
Transaksi perolehan aset tetap yang dilakukan di luar negeri pun membutuhkan mata
uang asing dalam penyelesaian transaksinya. Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap,
bahwa suatu aset tetap perlu diukur berdasarkan harga perolehan pada pengukuran awal
kemudian entitas tersebut dapat memilih untuk menggunakan model biaya historis atau
model revaluasi untuk mengukur aset tetap pada periode-periode setelahnya.

 Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri (Model Biaya Historis)


Berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2011), pengukuran awal aset tetap adalah menggunakan
biaya perolehan. Biaya perolehan yang didenominasikan dalam mata uang asing perlu
ditranslasikan ke dalam mata uang fungsional entitas menggunakan kurs spot yang
berlaku pada tanggal transaksi. Selanjutnya, pada tanggal pelaporan, entitas perlu
mengukur nilai dari aset tetap tersebut menggunakan kurs penutupan kemudian
mengakui munculnya keuntungan atau kerugian atas perubahan kurs dibandingkan
dengan kurs yang digunakan saat perolehan awal atau periode pelaporan sebelumnya.
Contoh 9.4
PT Nusantara membeli sebuah lahan (tanah) di Malaysia seharga RM1.000.000 pada
tanggal 1 Juni 2015. Tanah tersebut akan dipergunakan untuk keperluan membangun
pabrik perusahaan dalam rangka mendukung rencana ekspansi di luar negeri. Perusahaan
memilih menggunakan model biaya historis untuk mencatat aset sejenis. Berikut informasi
kurs spot ringgit Malaysia atas rupiah.

Berdasarkan informasi di atas, maka jurnal yang perlu dibuat oleh PT


Nusantara adalah sebagai berikut.

1 Juni 2015
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Kas 3.500.000.000
Melakukan pembelian valuta asing (ringgit Malaysia) (RM1.000.000 x
Rp3.500)

Tanah 3.500.000.000
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Melakukan pembelian tanah di Malaysia (RM1.000.000 x Rp3.500)

31 Desember 2015
Kerugian atas perubahan kurs 100.000.000
Tanah 100.000.000
Mengakui kerugian penurunan nilai tanah akibat perubahan kurs
(RM1.000.000 x (Rp3.500 – Rp3.400))
 Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri (Model Revaluasi)
Selain menggunakan model biaya historis, PSAK 16 (Revisi 2011) memperkenankan suatu entitas untuk
menggunakan model revaluasi atas aset tetap yang dimilikinya. Berdasarkan model revaluasi, nilai aset
tetap akan diukur berdasarkan nilai wajar saat tanggal pelaporan untuk kemudian mengakui adanya
surplus revaluasi (kerugian penurunan nilai) atas perbedaan nilai tercatat dengan nilai wajarnya.
Contoh 9.5
Pada kasus pembelian tanah yang dilakukan oleh PT Nusantara di Malaysia, PT Nusantara menggunakan model
revaluasi untuk mengukur tanah tersebut. Dengan demikian, pencatatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut.

1 Juni 2015
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Kas 3.500.000.000
Melakukan pembelian valuta asing (ringgit Malaysia) (RM1.000.000 x Rp3.500)

Tanah 3.500.000.000
Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Melakukan pembelian tanah di Malaysia (RM1.000.000 x Rp3.500)

Bila diketahui bahwa nilai wajar tanah tersebut berdasarkan pengukuran oleh jasa penilai adalah
sebesar RM1.100.000, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara adalah sebagai berikut.
31 Desember 2015
Tanah 340.000.000
Surplus Revaluasi 340.000.000
Mengakui kenaikan nilai tanah berdasarkan nilai wajar ((RM1.100.000 – RM1.000.000) x Rp3.400)
Kerugian atas Perubahan Kurs 100.000.000
Tanah 100.000.000
Mengakui kerugian penurunan nilai tanah akibat perubahan kurs (RM1.100.000 x
(Rp3.500 - Rp3.400))

Kedua jurnal di atas digunakan untuk mengakui perubahan nilai tanah berdasarkan
pengukuran nilai wajar serta kerugian yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata
uang asing. Oleh karena tanah yang dimiliki PT Nusantara di Malaysia mengalami
kenaikan berdasarkan informasi nilai wajar, maka kenaikan tersebut dilaporkan pada
penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income) serta pada bagian ekuitas
laporan posisi keuangan. Selain itu, kerugian yang muncul atas perubahan kurs pun akan
dilaporkan pula pada penghasilan komprehensif lain mengikuti pelaporan yang dilakukan
atas komponen utama keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajarnya.

 Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Menggunakan Valuta Asing


PSAK 10 (Revisi 2010) menyatakan bahwa suatu entitas perlu mengungkapkan:
1. Jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih nilai
tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui
laba atau rugi sesuai PSAK 55 (Revisi 2014).
2. Selisih nilai tukar neto diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen ekuitas terpisah, dan harus mengungkapkan rekonsiliasi dari selisih
nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode.

Anda mungkin juga menyukai