Anda di halaman 1dari 25

Diella Alvina

1906289716
Bab 4 - Kewarganegaraan
4.1 Pengertian dan Sejarah
Kewarganegaraan
• Secara umum, kewarganegaraan dapat dipahami sebagai segala
sesuatu yang menyangkut warga negara.
• Pemahaman tentang kewarganegaraan memiliki sejarah panjang dan
kompleks.
1. Pada masa Yunani Kuno (± 400 SM), warga negara diidentikkan dengan
orang bebas (para budak, kaum perempuan, dan anak-anak tidak
dikategorikan sebagai orang bebas)
2. Pada masa Kerajaan Romawi (± 1 M), kewarganegaraan pada awalnya
dimaknai sebagai kepemilikan atas status istimewa bagi para tuan tanah dan
orang-orang kaya.
3. Pada abad XVIII, khususnya di Eropa Barat, terjadi perubahan luar biasa
dalam hal bentuk negara, yaitu ketika model monarki absolut secara
berangsur-angsur digantikan dengan bentuk negara-bangsa modern. Dalam
monarki absolut rakyat biasa menjadi abdi raja, sedangkan dalam negara
modern, rakyat merupakan warga negara

4. Memasuki abad XXI, tidak ada satu negara pun yang tidak mendefiniskan
batas-batas sosialnya tanpa mengacu kepada hak-hak warga negara untuk
membatasi siapa yang menjadi warga negaranya dan siapa yang bukan.
Sehingga hubungan negara dan warga negara dalam arti kesetaraan dan
status legal itu yang kini menjadi kata kunci dalam pembahasan tentang
kewarganegaraan.
4.2 Siapakah Warga Negara
Indonesia?
1. Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda
• Pada abad XVII, Belanda mulai meneguhkan kedaulatannya di Jawa. Belanda
memerintah rakyat dengan perantaraan elite birokrat Jawa yang dikenal
sebagai golongan priyayi. Setelah struktur politik berubah, struktur
masyarakat pun ikut berubah dengan munculnya hubungan kolonial yang
mirip dengan sistem kasta, yaitu keanggotaan dalam masyarakat ditentukan
oleh kelahiran dan stratifikasi sosial yang ditentukan oleh ras. Kaum elite yang
diangkat di tiap kabupaten kemudian melahirkan kelas tersendiri di
masyarakat, yang disebut golongan priyayi. Jenjang-jenjang jabatan tersebut
kemudian digolongkan atas “priyayi gedhe” dan “priyayi cilik.” Barulah lapisan
di bawah priyayi cilik diisi mayoritas rakyat kecil yang disebut “wong cilik”
2. Pascakemerdekaan
• Sejak awal, keberagaman masyarakat telah menjiwai perumusan UUD 1945,
dan keberagaman tersebut dapat disatukan karena kepedulian yang luar biasa
terhadap kepentingan rakyat. Sumbangan pemikiran mereka antara lain
adalah rumusan tentang bangsa Indonesia, yaitu yang ditetapkan sebagai
bangsa Indonesia adalah bangsa Indonesia asli atau bangsa lain yang disahkan
dengan UU sebagai warga negara (lihat UUD 1945, Pasa 26).
4.3 Menjadi Warga Negara Indonesia
• Dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, terdapat 4 asas yang digunakan untuk menentukan
kewarganegaraan
1. Asas ius sanguinis : berdasarkan keturunan
2. Asas ius soli : egaberdasarkan negara tempat kelahiran
3. Asas kewarganraan tunggal : asas yang menetapkan satu kewaraganegaraan
bagi setiap orang
4. Asas kewarganegaraan ganda : asas yang menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak-anak yang diatur dalam UU tentang Kewarganegaraan
• Menurut UU Kewarganegaraan RI tersebut, kewarganegaraan
Indonesia dapat diperoleh atas 7 dasar, yaitu
1. Kelahiran
2. Pemberian status
3. Pengangkatan
4. Permohonan
5. Naturalisasi
6. Perkawinan
7. Kehormatan
4.4 Kehilangan Kewarganegaraan
Indonesia
• Namun, WNI dapat kehilangan kewarganegaraannya karena hal-hal
berikut (UU Nomor 12 Tahun 2000, Bab IV, tentang Kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia, Pasal 23, 26, dan 28)
a. Atas kemauan sendiri menjadi WNA.
b. Melanggar asas kewarganegaraan tunggal (ketentuan ini berlaku bagi WNI yang
memiliki kewarganegaraan asing dan tidak mau melepaskan status WNA-nya).
c. Masuk dinas tentara asing tanpa seizin presiden.
d. Tinggal di luar wilayah negara Indonesia, tidak dalam rangka dinas negara
selama 5 tahun berturut-turut dan sebelum jangka 5 tahun berakhir, dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk mempertahankan
kewarganegaraannya, serta setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi WNI.
e. Perkawinan dengan WNA (kententuan ini berlaku bagi WNI perempuan atau
laki-laki yang menikah dengan pasangan dari negara yang memiliki
peraturan bahwa orang asing yang menikah dengan warga negaranya harus
menjadi warga negaranya pula).
f. Oleh negara, kewarganegaraan seseorang dapat dinyatakan hilang karena
pada prinsipnya negara tidak menginginkan warga negaranya memiliki
loyalitas ganda, terhadap Indonesia dan terhadap negara lain. WNI yang
telah kehilangan kewarganegaraannya secara otomatis membebaskan
dirinya dari hak dan kewajiban sebagai WNI.
4.5 Hubungan Timbal Balik antara
Negara & Warga Negara
• Hubungan antara negara dan warga negara merupakan hubungan
timbal balik yang melibatkan unsur hak dan kewajiban bagi kedua
belah pihak. Hubungan itu secara mendasar terbangun dari tujuan
awal terbentuknya negara Indonesia, sebagaimana tertuang dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan
tersebut, UUD telah menetapkan prinsip-prinsip dasar yang menjadi
pedoman berbangsa dan bernegara bagi pemerintahan maupun
rakyat
1. Prinsip Kedaulatan Rakyat
• Kedaulatan merupakan hak atau kekuasaan tertinggi untuk memerintah.
Kedaulatan rakyat berarti rakyat memiliki hak atau kekuasaan tertinggi untuk
memerintah diri mereka sendiri.

2. Prinsip Negara Republik


• Ide republik secara teoretis mendukung kedaulatan rakyat. Prinsip ini
mengisyaratkan adanya kebebasan, yaitu kebebasan dari intervensi pihak
(negara) lain. Kebebasan rakyat dalam negara republik selalu disertai oleh
tanggung jawab rakyat untuk mempertahankan independensi negara.
3. Prinsip Negara Hukum
• Prinsip ini menuntut pemerintahan agar berjalan dengan tuntunan hukum
dan bukan dengan kekuasaan. Hukum, khususnya UUD, merupakan sumber
norma yang mengatur pemerintahan maupun rakyat.
4.6 Hak dan Kewajiban
Warga Negara
4.6.1 Hak Konstiusional Warga
Negara
• Hak konstitusional warga negara (menurut Prof. Jimly Asshiddiqie)
adalah hak-hak yang dijamin di dalam dan oleh UUD 1945.
• Setelah amendemen UUD 1945, prinsip HAM telah tercantum dalam
konstitusi Indonesia sebagai ciri khas prinsip kontitusi modern
• Oleh karena itu, prinsip HAM yang tercantum dalam UUD 1945
merupakan hak kontitusional warga negara Indonesia
4.6.2 Implementasi Hak Warga
Negara dalam Kehidupan Sehari-
hari
A. Keamanan
• Perlindungan dan jaminan pemerintah atas keamanan ini diperlukan oleh
setiap orang karena ancaman terhadap penduduk bisa datang dari luar yang
berupa serangan bangsa lain, dan secara internal berupa tindakan kriminal.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang juga dijamin keamanannya
terhadap tindakan negara yang tidak adil, misalnya tindakan penangkapan
tanpa alasan yang mencukupi.

B. Kesetaraan
• Seluruh warga negara tanpa memandang suku, agama, budaya, aliran politik,
profesi dan status sosial-ekonomi diperlakukan setara
C. Kemerdekaan (Independensi)
• Kemerdekaan di sini bermakna lebih dari kebebasan dalam pengertian liberal
karena kemerdekaan menempatkan individu sebagai “persona” atau pribadi
yang bermartabat di dalam negara. Itulah hakikat individu sebagai warga
negara yang tidak hanya diposisikan di hadapan lembaga-lembaga hukum
dalam negara, tetapi juga memiliki hak untuk mengajukan tuntutan terhadap
negara.
1. Hak untuk mengeluarkan pendapat dan mendapatkan informasi
(Pasal 28 dan 28 F)
• harus dipergunakan untuk mengawal pemerintah agar bertindak untuk
kepentingan seluruh rakyat.
2. Hak berserikat
• rakyat dapat membentuk organisasi
3. Hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing
• pemerintah menjamin rakyat untuk menjalankan ajaran agama mereka
4. Hak untuk memilih dalam pemilu
5. Hak untuk berpartisipasi dalam Pemerintahan
• Penyelesaian masalah-masalah negara mengundang partisipasi aktif warga
negara, baik secara individu maupun melalui organisasi
4.6.3 Batasan-batasan terhadap
Hak Warga Negara
• Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal bahwa kebebasan manusia memiliki
batasan-batasan. Seiring dengan itu, Pasal 73 dan 74 UU Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, dan Pasal 28 UUD 1945 tentang HAM telah
mengatur batasan-batasan tentang hak (dan kebebasan) warga negara.
• Misalnya hak mengeluarkan pendapat, warga negara tidak boleh
menyalahgunakan hak untuk berpendapat dan berbicara serta kebebasan pers
dengan tujuan untuk mencemarkan nama baik orang lain, menghasut,
berbohong, atau membocorkan rahasia negara yang dapat membahayakan
negara
• Dari batasan-batasan terhadap kebebasan warga negara dapat dilihat bahwa hak
warga negara bukanlah tak terbatas karena hak warga negara, sebagai seorang
individu, harus berhadapan dengan hak orang lain dan hak masyarakat.
4.6.4 Kewajiban Warga Negara
a. Menjunjung/mematuhi hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1)
UUD 1945)
b. Membela negara
c. Membayar pajak
d. Mengikuti pendidikan dasar atau wajib sekolah (Pasal 31 ayat (2)
UUD 1945)
e. Menghormati hak asasi orang lain (Pasal 28 J UUD 1945)
4.6.5 Hak dan Kewajiban Warga
Negara dalam UUD 1945
• Pembicaraan tentang hak dan kewajiban WNI tentu harus melibatkan UUD sebagai
sumber atau landasan otoritas bagi rakyat untuk menikmati hak dan memenuhi
kewajibannya sebagai warga negara.
• Pasal-pasal tentang hak warga negara tetap tak berubah hingga terjadinya
amendemen UUD 1945. Perubahan terjadi setelah bangsa Indonesia menempuh jalan
gelap pada masa Orde Baru.
• Secara formal, perjuangan penegakan HAM mencapai puncaknya dengan masuknya
pasal-pasal khusus mengenai HAM dalam UUD 1945 sesudah amendemen. HAM
melengkapi hak-hak sosial warga negara.
• Secara umum, HAM dalam UUD meliputi hak untuk hidup, hak untuk
mengembangkan diri, hak untuk memperoleh keadilan, hak untuk perlindungan diri
dan bebas dari penyiksaan, serta hak untuk memperoleh suara politik dari negara lain.
4.7 Hak dan Kewajiban Negara
• Kewajiban negara secara implisit termaktub dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu pada alinea keempat yang berisi tentang tujuan negara :
a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b) memajukan kesejahteraan umum;
c) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d) melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial
• Pemenuhan kewajiban negara tentu memiliki konsekuensi bagi warga negara,
yang pada gilirannya menjadi hak negara. Warga negara memiliki kewajiban
untuk memelihara dan mempertahankan kemerdekaan negara dan memiliki
sejumlah kewajiban lainnya sebagaimana telah diuraikan pada subbab
sebelumnya.
4.8 Evaluasi Kritis terhadap
Hubungan Timbal Balik antara
Warga Negara dan Negara
• Jika negara lain seperti AS memiliki piagam hak asasi yang terpisah dari UUD, Indonesia
tidak demikian. UUD 1945 telah mencakup hak asasi di dalamnya. Hak-hak tersebut
termuat dalam Pasal 27-31, yaitu tentang hak di bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
• Dengan diterimanya usulan-usulan tentang pencantuman hak mengeluarkan pendapat
dan berserikat, UUD 1945 sebelum amendemen telah mencantumkan hak-hak politik,
sosial, ekonomi, dan budaya. Ada satu hal yang membanggakan dan patut ditunjukkan
di sini, yaitu bahwa UUD 1945 memuat hak-hak kolektif, seperti hak bangsa untuk
menentukan nasib sendiri (lihat Pembukaan UUD 1945) dan hak ekonomi dan sosial.
• Adapun pemenuhan hak-hak politik ternyata tidak diimbangi dengan pemenuhan hak
warga negara di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Saat ini, Indonesia masih terbelit
oleh masalah pengangguran, pendidikan dan kesehatan yang mahal, kemiskinan, dan
korupsi.
• Kebijakan-kebijakan pemerintah ternyata belum mampu memenuhi tujuan-
tujuan yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Kesejahteraan dan keadilan
sosial masih jauh dari harapan. Masalah kesetaraan di hadapan hukum pun
masih menjadi persoalan sehingga timbul rasa ketidakadilan di kalangan rakyat.
Di pihak warga negara, yang juga patut mendapat perhatian khusus adalah
bahwa perilaku kebebasan tanpa batas, seperti tindakan anarkis, amuk massa,
tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan toleransi dalam hidup beragama,
dan perilaku korupsi, merupakan cermin melemahnya kesadaran akan
pentingnya hukum untuk ketertiban bersama dan menciptakan keadilan.
• Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, negara juga
membutuhkan partisipasi warga negara. Partisipasi politik warga negara
merupakan kekuatan penyeimbang bagi kekuasaan negara. Melalui hubungan
kerja sama atau hubungan timbal balik antara negara dan warga negaralah
penyelenggaraan negara dapat terarah pada citacita bersama seperti yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
KETERKAITANNYA DENGAN KASUS
KORUPSI
• Dengan melakukan korupsi, berarti
1. Menyalahgunakan hak warga negara yang dimiliki, yaitu hak untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan. Seharusnya partisipasi dengan
menduduki jabatan tinggi di pemerintahan disertai dengan kewajibannya
untuk memberikan yang terbaik bagi aspirasi rakyat. Bukan justru
menyalahgunakan kesempatan berpartisipasi tersebut untuk berkorupsi.
2. Tidak memenuhi kewajibannya sebagai warga negara dalam hal
menghormati hak asasi orang lain (Pasal 28 J UUD 1945). Uang yang
dikorupsi merupakan hak rakyat. Uang tersebut harusnya akan kembali lagi
kepada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dengan dikorupsinya
uang-uang rakyat, sama saja dengan merampas hak orang lain.
ALTERNATIF SOLUSI BAGI KASUS
KORUPSI
1. Melakukan kajian ulang bagi RUU KPK yang ke depannya sangat
berpotensi menciptakan celah-celah baru bagi koruptor

Anda mungkin juga menyukai