Anda di halaman 1dari 39

PLENO MODUL 1 IKKOM

Kelompok 7
1. AUGENINA M. RADJA
2. YANSENSIUS COME
3. ALVIN KIHA DADI
4. HANA IVENA BULO
5. SOFIA SEPTRIA
NURDIN
6. RONALDO A. NDOLU
7. YOSEPH MARIANO
A. NGGA
8. BALTHASAR MANEK
SKENARIO
Seorang ibu membawa anak
perempuannya berusia 1 tahun
untuk di imunisasi di puskesmas.
Anak lahir cukup bulan dengan
berat 3000 gram dan panjang
45cm. Saat ini terjadi pengukuran
peningkatan berat badan 8 kg, TB
80 cm. Ibu membawa ke
puskesmas karena di lingkungan
DEFINISI
IMUNisASI
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
(Buku ajar Imunisasi KEMENKES RI 2014)
Tujuan Penyelenggaraan Imunisasi

Menurunkan kesakitan,
kecacatan & kematian akibat
(PD3I)

8
JENIS-JENIS VAKSIN
Cara Kontraindi
Vaksin Lokasi Dosis Efek Samping
Pemberian kasi

BCG Injeksi Daerah 0,05 ml Pada anak daerah bekas


intrakutan lengan yang suntikan timbul
kanan atas berpenyakit bisul kecil (papula)
(insertio TBC atau yang semakin
musculus uji mantoux membesar dan
deltoideus positif dan dapat terjadi
adanya ulserasi dalam
penyakit waktu 2–4 bulan,
kulit kemudian
berat/mena menyembuh
hun. Pada perlahan dengan
anak menimbulkan
dengan jaringan parut
gejala dengan diameter 2–
HIV/AIDS. 10 mm
Cara
Vaksin Lokasi Dosis Kontraindikasi Efek Samping
Pemberian

DPT- Injeksi Daerah 0,5 : Kejang Reaksi lokal


HB- intramus anterolater ml atau gejala sementara,
Hib kular al paha kelainan seperti
atas otak pada bengkak,
bayi baru nyeri, dan
lahir atau kemerahan
kelainan pada lokasi
saraf serius suntikan,
disertai
demam
dapat timbul
dalam
sejumlah
besar kasus.
Cara
Vaksin Lokasi Dosis Kontraindikasi Efek Samping
Pemberian

Polio Per oral mulut 2 Pada individu Sangat jarang


tetes yang menderita terjadi reaksi
immune sesudah
deficiency imunisasi
tidak ada efek polio oral.
berbahaya Setelah
yang timbul mendapat
akibat vaksin polio
pemberian oral bayi
polio pada boleh makan
minum
anak yang
seperti biasa.
sedang sakit Apabila
muntah
dalam 30
menit segera
diberi dosis
ulang
Cara Efek
Vaksin Lokasi Dosis Kontraindikasi
Pemberian Samping

Campak Injeksi Daerah 0,5 Individu yang Hingga 15%


subkutan lengan ml mengidap pasien dapat
kiri atas penyakit mengalami
atau immune demam
anterolate deficiency ringan dan
ral paha atau individu kemerahan
yang diduga selama 3
menderita hari yang
gangguan dapat terjadi
respon imun 8–12 hari
karena setelah
leukemia, vaksinasi
limfoma
Vaksin campak
Vaksin BCG
Vaksin POLIO
Vaksin hepatitis B
Vaksin DPT-Hib-
HB
DISTRIBUS
I
Tempat
- Cold / cool PENYIMPANAN
box disposable

- Cold / cool box reusable


COOL PACK

KARIER

THERMOS
Penyimpanan vaksin
• Di Tingkat Propinsi : kmr dingin & kmr beku
– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8 Cº
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25 Cº
• Di Kabupaten dan Pelayanan Primer
– Jarak lemari es dengan dinding belakang 15 cm
– Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
– Sirkulasi ruangan cukup
• Penyusunan vaksin
– Jarak menyusun dos vaksin 1-2 cm atau
– satu jari antar dos vaksin
Kulkas
penyimpanan
vaksin
“Ibu membawa ke puskesmas karena di
lingkungan sekitar terdapat anak penderita
lumpuh layu”

Berdasarkan skenario ada 2 kemungkinan


yang terjadi pada anak tersebut, yaitu :
• Anak belum terkena polio sehingga
membutuhkan tindakan preventif
• Anak sudah terkena polio tetapi belum
menimbulkan gejala
LANGKAH DIAGNOSIS
• Anamnesis :
POLIO
– Tanyakan gejala-gejala terkait polio
• Polio non-paralisis dapat menyebabkan muntah, lemah
otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit
kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa
kaku dan sakit
• Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah
otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan
refleks tubuh.
• Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau
menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot,
depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas,
mudah lelah dan massa otot tubuh menurun
• Tanyakan riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik
a. Abortif poliomielitis
Pemeriksaan fisik dalam batas normal
b. Non-paralitik poliomielitis (meningitis aseptik)
Didapatkan kaku kuduk, brudzinki (+), kernig (+),
penurunan refleks permukaan dan refleks dalam.
c. Paralitik poliomielitis
Kelumpuhan satu atau dua ekstremitas, hilangnya
refleks superfisial, atau refleks tendon dalam.
DIAGNOSIS POLIO
• Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan isolasi virus
dari feses, faring, urin, atau cairan serebrospinal
(jarang). Isolasi virus dilakukan dengan sampel tinja
terutama dalam waktu 2 minggu setelah
kelumpuhan. Pengeluaran virus terjadi secara
intermiten sehingga sampel diambil dua kali dengan
selang waktu 24 jam. Sampel dari laring dan cairan
cerebrospinal kemungkinan positifnya sedikit.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Virus polio dapat diisolasi dan dibiakkan melalui hapusan
tenggorokkan padaminggu awal infeksi virus dan terdeteksi
di tinja dalam beberapa minggu setelahinfeksi.
• Virus polio jarang dapat diisolasi melalui cairan
cerebrospinal, sehinggadipakai tes serologi berupa tes
netralisasi yang menggunakan serum pada faseakut dan
konvalesen.
• Tes dikatakan positif apabila ada kenaikan titer sebesar
4kali atau lebih, tes ini sangat spesifik untuk menegakkan
diagnosis poliomyelitis
Pelaksanaan Kegiatan Surveilans

Pengumpulan Dapat dilakukan secara aktif atau


data pasif
Dilakukan dengan perekaman data,
Pengolahan data validasi, pengkodean, alih bentuk dan
pengelompokan
Analisis data Dilakukan dengan metode deskriptif
atau analitik sesuai tujuan surveilans
Dapat disajikan dalam bentuk tabel,
Interpretasi data
grafik atau peta berdasarkan tempat,
waktu dan orang
Diseminasi Memberi informasi kepada pemangku
informasi kepentingan untuk ditindaklanjuti,
pengelola sumber data/laporan dan
memberi umpan baik kepada sumber
data
SISTEM SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan


(Puskesmas, RS, Dokter Kabupaten/Kota,
praktek), provinsi, Pusat
Komunitas
Pelaporan
Peristiwa penyakit, Data
kesehatan populasi

Perubahan yang diharapkan Analisis dan Interpretasi

Keputusan
Intervensi Informasi
(Umpan
balik)
Sustainable Development Goals
(SDG’s)
• Tujuan pembangunan berkelanjutan imunisasi
yaitu menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.
• Karena pentingnya imunisasi tersebut maka
pemerintah menggalakan program imunisasi dasar
bagi seluruh bayi dan anak (usia 12-23 bulan) di
Indonesia, tidak terkecuali dari masyarakat miskin
dengan berbagai program misalnya dengan
menggratiskan biaya imunisasi.
Keberhasilan Imunisasi
Eradikasi penyakit cacar.
tahun 1980  Imunisasi
Stop
Tidak dijumpainya lagi
kasus polio sejak tahun
2006 (tahapan eradikasi
polio)  Sertifikasi BEBAS
POLIO, 27 Maret 2014
Eliminasi Maternal dan
Neonatal Tetanus  Mei
2016
Target Nasional (RPJMN 2015-
2019) dari program Imunisasi
dasar untuk anak usia 12-23
bulan pada tahun 2019
adalah sebesar 63%
masyrakat Indonesia yang
menerima imunisasi
Sumber
- Dasar-dasar keamanan vaksin, pelatihan melalui elektronik
WHO Tahun 2019
- Keterampilan Imunisasi FK UNS Tahun 2018
- Buku Ajar Imunisasi KEMENKES RI Tahun 2014
• Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) di Indonesia Tahun 2016
• Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Pembangunan
Berkelanjutan (RAN TPB) Tahun 2016
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai