Anda di halaman 1dari 55

PELATIHAN

VAKSINOLOGI DASAR
SATGAS IMUNISASI
IKATAN DOKTER ANAK
INDONESIA

Modul 5

VACCINE SAFETY
KEAMANAN VAKSIN
Pra-PIT IKA 8
17-18 September 2016
Makassar
Tujuan Pembelajaran
• Umum
Mengetahui tentang keamanan vaksin

• Khusus
1.Mengetahui pentingnya keamanan vaksin
2.Mampu mengenali dan menentukan klasifikasi
lapangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
3.Mampu melakukan penanganan awal KIPI
4.Mengetahui alur pelaporan KIPI
5.Mengetahui kausalitas KIPI
Pentingnya
Program Imunisasi
• Vaksin:
– ↗ promosi kesehatan
– Jangkauan luas
– Dampak segera
– Efektif & menyelamatkan jiwa

Key point:
Dampak imunisasi pada status kesehatan masyarakat dunia tak
terbantahkan. Kecuali kesediaan air bersih, tidak ada yang lain,
bahkan antibiotik, memiliki dampak besar dalam penurunan
angka kematian dan kesakitan (kecacatan) dan pertumbuhan
populasi
Value of Vaccination

Jauh melampaui manfaat individu, murah,


terjangkau dan efektif, intervensi kesehatan yg
berhasil disamping air bersih mampu
memberantas penyakit
Prioritas Vaksin:
Vaksinasi yang Aman

VAKSIN  Orang sehat

Standar keamanan yang tinggi

Tanggung jawab NRA(BPOM)

Pra-registrasi: KIPI: KIPI:


Uji Klinis Monitor/ Peninjauan
Investigasi terus menerus
Kematangan Program
Imunisasi

Sumber: WHO. Dasar-dasar Keamanan Vaksin, Modul 1: Introduksi Keamanan Vaksin. Dapat
diakses pada: http://in.vaccine-safety-training.org/vaccine-safety-in-immunization-programmes.html
The
TheParadox of concern
paradox of Concern

Serious adverse
events due to vaccine

Disease
Vaccine Safety
• Deteksi dan pelaporan
KIPI merupakan langkah
awal untuk memperkuat
monitoring keamanan
vaksin (vaccine safety).

• Dengan meningkatnya
keamanan vaksin,
keamanan pasien
(patient safety) tentu
akan meningkat.
Definisi KIPI (WHO)
• KIPI adalah setiap kejadian medis yang
tidak diinginkan yang terjadi setelah
pemberian imunisasi, kejadian ikutan
ini tidaklah harus memiliki hubungan
sebab akibat dengan vaksin.
• Kejadian ikutan dapat berupa gejala
yang membuat tidak nyaman atau
tanda klinis penyakit tertentu, atau
hasil laboratorium yang tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user
manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada:
http://in.vaccine-safety-training.org/
Kejadian Ikutan vs
Reaksi Simpang
• Kejadian ikutan (adverse
Adverse reaction vs. adverse event event): kejadian yang tidak
diharapkan yang dilihat tanpa
Diseases Programmatic errors menilai apakah ada
hubungan kausal (sebab-
Genetics Diet akibat) dengan vaksin
Vaccine
Reaction
• Reaksi simpang (adverse
Other factors
Other medication reaction): kejadian yang tidak
diharapkan yang diakibatkan
Compliance Environment oleh vaksin / obat, dan ada
Event attributed to vaccine
bukti yang mendukung suatu
hubungan kausal
Klasifikasi KIPI
• Klasifikasi Lapangan
 untuk petugas kesehatan di lapangan
• Klasifikasi Kausalitas KIPI
 untuk telaah komnas dan komda KIPI
– Kausalitas WHO 2009
– Kausalitas WHO 2013
Klasifikasi Lapangan
KIPI
• Tujuan penentuan klasifikasi lapangan: agar petugas di
puskesmas /layanan primer dapat segera melakukan
penanganan dan tindakan preventif lainnya

• Misalnya jika ditemukan adanya kesalahan prosedur


akibat kurang sempurnanya tindakan a/antisepsis maka
harus segera dilakukan perbaikan

• KIPI yang diklasifikasikan sebagai koinsidens dapat


membantu mengurangi kekhawatiran masyarakat
tentang keamanan vaksin
Klasifikasi Lapangan
KIPI, WHO 1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik
pelaksanaan imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (koinsidens)
5. Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pada
pencatatan & pelaporan KIPI
Definisi KIPI berdasarkan
kausal (WHO,2014)
PENYEBAB KIPI: Komponen
dan Cara Pemberian
Komponen Vaksin:
• Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup
dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid
• Stabilizer: MgCl2 MgSO4
• Adjuvan: Al
• Antibiotik: neomycin
• Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol

PENANGANAN RUTE PEMBERIAN:


VAKSIN • Oral KIPI
• Intradermal
• Subkutan
• Intramuskular
KIPI Serius vs Berat
KIPI Serius KIPI Berat
(Serious AEFI) (Severe AEFI)
Kejadian medis yang tidak Istilah asli dari reaksi berat KIPI
mengenakkan, pada dosis Tidak berhubungan dengan
berapapun, menyebabkan: masalah medis jangka panjang
• Kematian Kejadiannya sendiri mungkin
• Mengancam jiwa hanya masalah medis minor
• Dirawat di RS (contoh: demam, tetapi
• Kecacatan serius/ permanen berdasarkan keparahannya
• Kelainan kongenital digolongkan menjadi demam
• Membutuhkan tindakan guna ringan atau sedang)
mencegah cacat atau kerusakan
permanen
• Menimbulkan keresahan di
masyarakat
Kelompok Reaksi
Vaksin
Reaksi vaksin diklasifikasikan menjadi 2 kelompok:

Reaksi Ringan Reaksi Berat


Biasanya terjadi beberapa Biasanya tidak
jam setalah penyuntikan menyebabkan masalah
berkepanjangan
Selesai dalam waktu Dapat menyebabkan
singkat dan tidak terlalu kecacatan
berbahaya
Lokal (nyeri, merah, Jarang mengancam jiwa
bengkak pada tempat
penyuntikan)
Sistemik (demam, malaise, Termasuk kejang dan alergi
nyeri otot, nyeri kepala, sebagai reaksi tubuh atas
Frekuensi Reaksi
Vaksin

Sering sekali * > 1/10 > 10%

Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10%

Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 %

Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1%

Sangat jarang < 1/10,000 < 0.01%


sekali *

Global Manual Surveillance AEFI. WHO


2014
Reaksi Ringan
Sering – Sering sekali
Vaksin Reaksi lokal Demam Rewel, tdk
(nyeri,pembengka >38oC enak badan
kan,kemerahan) & gejala
sistemik
BCG 90 – 95 % - -
Hib 5 – 15 % 2 – 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 - 1–6 %
%
Measles/ ~10 % 5 – 15 % 5 % ruam
MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
(pertusi
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat
Jarang – Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000
BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCG Diseminata 1-12 bulan 2
Hib Tidak diketahui -
Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2
Sindrom Guillain Barré 1-6 minggu 5
Measles/ Kejang demam 5-12 hari 333
MMR Trombositopenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50
Ensefalopati - <1
Polio Vaccine-associated 4-30 hari 0.76-1.3
(OPV) paralytic poliomyelitis (dosispertama)
(VAPP) 0.17 (dosis
Risiko meningkat pada berikutnya)
dosis pertama, dewasa, 0.15 (kontak)
dan penderita
imunokompromais
Reaksi Berat (2)
Jarang – Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
Tetanus Neuritis brakial 2-28 hari 5-10
Anafilaksis 0-1 jam 1-6
Abses steril 1-6 minggu 6-10
Tetanus- Sepert reaksi tetanus -
difteri
DTP Persisten inconsolable 0-24 jam 1000 - 60 000
screaming (>3 jam) 0-3 hari 570
Kejang
Hypotonic,hyporesponsive 0-24 jam 570
episode (HHE)
0-1 jam 20
Anafilaksis / renjatan
0-3 hari 0-1
Ensefalopati
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESALAHAN PROSEDUR
Kesalahan Program (1)

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Tidak steril Infeksi
• Pemakaian ulang alat • Abses lokal di daerah
suntik / jarum suntikan
• Sterilisasi tidak sempurna • Sepsis, sindrom syok toksik
• Vaksin / pelarut • Infeksi penyakit yang
terkontaminasi ditularkan lewat darah:
• Pemakaian sisa vaksin utk hepatitis, HIV
beberapa sesi vaksinasi • Abses lokal karena kurang
kocok
Salah pakai pelarut vaksin • Efek negatif obat, mis.
• Pemakaian pelarut vaksin yg insulin
salah • Kematian
• Memakai obat sbg vaksin
atau pelarut vaksin
• Vaksin tidak efektif
Kesalahan Program (2)

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Penyuntikan salah tempat • Reaksi lokal / abses
• BCG subkutan • Reaksi lokal / abses
• DPT/DT/TT kurang dalam
• Suntikan di bokong • Kerusakan Nervus
Isiadikus
Transportasi / penyimpanan • Reaksi lokal akibat
vaksin tidak benar vaksin beku
• Vaksin tidak aktif
(tidak potent)
Mengabaikan indikasi • Tidak terhindar dari
kontra reaksi yang berat
Pentingnya Mengenal
Indikasi Kontra
• Mengabaikan indikasi kontra  muncul reaksi
vaksin yang sebetulnya dapat dihindari
– Diperlukan pengetahuan bagi pelaksana imunisasi
untuk memperhatikan instruksi penggunaan vaksin
yang benar serta penanganan reaksi vaksin

• Indikasi kontra yang tidak berdasarkan


bukti  dapat menurunkan cakupan dan
mengurangi kepercayaan masyarakat akan
keamanan vaksin
– pernyataan perhatian pada label produksi terkadang
tidak sesuai apabila dipakai sebagai indikasi kontra
mutlak
Contoh Indikasi Kontra
(Kebijakan Imunisasi WHO
2002)
Vaksin Indikasi Kontra
SEMUA Reaksi anafilaksis terhadap vaksin/
vaksin komponennya; demam yang berat
DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau
terhadap salah satu komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya,
gangguan imunitas bawaan atau didapat
(tetapi bukan HIV tanpa gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi
neomycin, gelatin. Hindari kehamilan
meskipun belum ditemukan adanya gangguan
pada kehamilan.
Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya
Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya,
Reaksi yang Berhubungan
dengan Kecemasan
• Reaksi suntikan langsung
– Rasa sakit, bengkak & kemerahan
• Reaksi suntikan tidak langsung
– Rasa takut / cemas
– Nafas tertahan
– Pernafasan sangat cepat  light headedness, dizziness
– Pusing, mual / muntah  anak-anak
– Kejang  kasus jarang
– Pingsan / Sinkope  sering, anak-anak lebih tua & dewasa
– Hysteria massal
Kebetulan (Koinsiden)
• Kejadian yang timbul, terjadi secara
kebetulan setelah imunisasi

• Ditemukan kejadian yang sama di


saat bersamaan pada kelompok
populasi setempat tetapi tidak
diimunisasi

Vaksin disalahkan sebagai


penyebabnya
Penyebab Tidak
Diketahui
• Kejadian yang dilaporkan belum
dapat dikelompokkan ke dalam salah
satu penyebab
• Dibutuhkan kelengkapan informasi
lebih lanjut
PENETAPAN
KAUSALITAS KIPI
Kausalitas KIPI
• Penetapan kausalitas :
– analisis secara sistematis terhadap data
KIPI, yang bertujuan untuk menentukan
hubungan kausalitas antara kejadian medis
tersebut dengan vaksin yang diberikan
• Setiap kasus harus dianalisis
berdasarkan data klinis dengan melihat
kesesuaian berdasarkan waktu dan
jenis vaksin yang diberikan
Kausalitas KIPI (2)
Kualitas analisis kausalitas KIPI tergantung
pada:
•Kualitas pelaporan KIPI dalam hal responsif,
efektivitas dan kualitas investigasi KIPI
•Ketersediaan data medis dan laboratoris
serta akses terhadap informasi atau data
dasar
•Kualitas proses melakukan analisis
kausalitas
Kausalitas KIPI (3)
• Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
– Contoh: ekstremitas bengkak setelah penyuntikan vaksin DTP
• Reaksi KIPI yang terkait cacat mutu vaksin
– Contoh: kegagalan pabrik meng-inaktifkan vaksin-vaksin polio
sehingga terjadi polio paralisis
• Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
– Contoh: transmisi infeksi akibat vial multidosis yang terkontaminasi
(jarum yang ditusukkan berulang tidak steril
• Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
– Contoh: vasovagal syncope pada remaja saat/sesudah vaksinasi
• Kejadian koinsiden
– Contoh: demam saat vaksinasi, sebenarnya demam akibat malaria
Kausalitas KIPI 2013

Informa
si
lengkap
/
adekua
t

Tidak terklasifikasi
Informa
si tidak Jelaskan informasi
lengkap tambahan yang dibutuhkan
untuk klasifikasi:
Pertimbangan untuk
Penilaian Kausalitas
• Asosiasi
KIPI
temporal: apakah pasti kejadian ikutan didahului oleh
vaksinasi?
• Penjelasan lain: mungkinkah kejadiannya hanya kebetulan,
misalnya akibat hal lain di luar produk vaksin, kesalahan imunisasi atau
kecemasan saat diimunisasi?
• Bukti adanya hubungan: adakah bukti klinis atau laboratorium?
• Bukti sebelumnya: adakah KIPI serupa yang pernah dilaporkan
dalam studi/ literatur atau sumber lainnya?
• Population-based evidence: apakah jumlah kejadian yang
terjadi melampaui jumlah perkiraan kejadian dalam sebuah populasi?
(merujuk dari lembar informasi WHO)
• Dapat diterima secara biologis: dapat dijelaskan sesuai
perjalanan alamiah, patofisiologi penyakit tersebut, bukti laboratorium
atau pada hewan percobaan
UNRELATED

Ya POSSIBLE UNLIKELY
Penjelasan alternatif

Mungkin PROBABLE POSSIBLE

Tidak CERTAIN PROBABLE

Sesuai Tidak sesuai

Onset waktu
UNCLASSIFIABLE
Penanganan Awal KIPI
oleh Petugas Medis
Penanganan KIPI
Ringan yang Sering
Terjadi
Syok Anafilaksis

0.01 ml/kg/dosis, IM
PELAPORAN KIPI
KIPI Seperti Apa
yang Harus Dilaporkan?
• KIPI serius
• Kejadian yang berkaitan dengan vaksin baru
• KIPI yang terjadi mungkin akibat kesalahan
prosedur
• Kejadian signifikan tanpa penyebab jelas yang
terjadi dalam 30 hari pasca vaksinasi
• Kejadian yang menyita perhatian orang tua
atau komunitas
• Bengkak, kemerahan, nyeri pada lokasi
penyuntikkan yang terjadi lebih dari 3 hari atau
bengkak menjalar sampai ke sendi terdekat
Investigasi
Laporan KIPI
• Tidak seluruh laporan KIPI dilakukan
investigasi. Laporan KIPI yang perlu
dilakukan investigasi, antara lain:
– KIPI serius (serious AEFI)
– Kumpulan KIPI ringan
– Sinyal dan kejadian yang berhubungan
dengan vaksin baru
Investigasi
Laporan KIPI
• Laporan KIPI yang perlu dilakukan
investigasi, antara lain:
– KIPI yang mungkin disebabkan oleh
immunization-error (abses bakteri, reaksi
lokal berat, demam tinggi atau sepsis, BCG
limfadenitis, toxic shock syndrome,
kumpulan KIPI)
– Kejadian signifikan tanpa sebab yang jelas,
terjadi dalam 30 hari pasca imunisasi
– Kejadian yang membuat khawatir orang tua
atau komunitas
Deteksi dan
Pelaporan KIPI
• Orang yang bisa mengenal / mendeteksi KIPI
– orang tua, petugas kesehatan baik di fasilitas
imunisasi maupun di ruangan gawat darurat di RS

• Kejadian yang harus dideteksi


– Kejadian yang sesuai dengan definisi dan kriteria
kasus
– Kejadian yang berkaitan dengan definisi kasus
– Semua kejadian lain yang dipercaya akibat
imunisasi
Pelaporan Kasus
Diduga KIPI
• Dokter praktek swasta dan Rumah
Sakit :
- Harus melapor kasus diduga KIPI ke Dinas
Kesehatan dan atau Komda PP-KIPI
setempat
- Harus melengkapi formulir pelaporan
- Bila perlu bisa meminta bantuan ke
Dinas Kesehatan / Komda PP-KIPI
setempat
Isi Laporan KIPI
• Identitas
• Jenis vaksin
• Penanggung jawab
• Gejala klinis & pengobatan
• Saat imunisasi : jam, hari, tanggal.
• Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tgl.
• Riwayat imunisasi terdahulu
• Pemeriksaan penunjang
• Prognosis
• Aspek hukum
• Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Pelaporan &
Investigasi KIPI
MOH
Komite
Peninjau
KIPI NIP NRA

Komite IP Provinsi
Provinsi

IP Daerah Rumah Sakit

IP Layanan Kesehatan
Primer
Pelaporan
Komunitas
Investigasi
Formulir Pelaporan KIPI
Form Laporan KIPI
FORMUL IR PELA PORA N KEJA DIAN IK UTAN PA SCA IMUNISASI
(KIPI) 2005
Kol o m in i h an ya di i s i ol eh Kom nas PP KIPI
Kode sumber data : ..........................................
Tgl. terima : …./…./……..
Identitas p asi en Tanggal lahir : ...../...../………
Nama : ......................................... Penanggung jawab (dokter)
Nama Orang Tua : ......................................... Jenis Kelamin ..........................................................................
Alamat : .......................................................... 1. Laki-laki; 2. Perempuan Alamat (RS, Puskesmas, Klinik)
.......................................................... ............................................................................
RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Bagi Wanita Usia Subur (WUS) RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................
Kec. : .......................................................... 1. Hamil; 2. Tidak Hamil Kec. : ...........................................................
Kab/Kota : .......................................................... Kab/Kota: ...........................................................
Prop. : .......................................................... Keadaan umum : Prop. : ...........................................................
Telp. : .......................................................... ............................................. Telp. : ...........................................................
Kode Pos : Kode Pos :
Pem b er i Im un is asi : Dokter / Bidan / Perawat / Jurim
Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir
Pemberian
No . J en is Vak si n Pabr i k No. Batc h Or al / i nt rak u tan / Lok as i J um l ah
Tan gg al J am
s ub ku tan / i .m peny un ti k an dos i s
1
2
3
4
Tem pat p em beri an i m u ni sas i : 1. RS; 2. RB; 3. Puskesmas; 4. Dokter Praktek; 5. Bidan Praktek; 6. BP; 7. Posyandu; 8. Sekolah;
9. Balai Imunisasi; 10. Bidan Desa (Polindes); 11. Rumah; 12. Pustu ; 13. Pos PIN
Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis)
Waktu gejala timbul Lama gejala Per aw at an / ti n dakan
Keluhan & Gejala Klinis
Tangg al J am Mnt Mn t J am Har i Tindakan darurat
Bengkak pada lokasi penyuntikan Rawat inap
Perdarahan pada lokasi penyuntikan Rawat jalan
Perdarahan lain ..................................................
Gatal Kon di s i ak hi r pas i en
Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Sembuh
Bentol disertai gatal Tidak sembuh
Muntah Gejala sisa
Diare Meninggal
Pingsan (sinkop) ( tgl. ...........................)
Kejang Tidak ada keterangan
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
Pembesaran kelenjar aksila
Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai Diagnosis : lain ?
Kesadaran menurun
Menangis menjerit terus menerus > 3 jam
Lain-lain 1. .........................................................
2. .........................................................
Diag nos i s
Ensefalitis Meningitis Neuritis brankhialis Purpura trombositopenia Limfadenitis BCG
Ensefalopati Abses Syok anafilaksis Kejang demam Hemofilia
Sindrom Guillain Barre Abses dingin Urtikaria Sepsis APCD
Hipotonik hiporesponsif Selulitis Poliomielitis paralitik BCGitis Eritema multiform

Pen gobatan KIPI Ti nd akan p enan gan an KIPI


Adrenalin Kortikosteroid Antipiretik ..........................
Infus Antihistamin Antibiotik ..........................
Ob at -o bat y ang sedang di ber i k an Dat a l abo rato ri u m p enu nj ang KIPI
.......................... .......................... ..........................
.......................... .......................... ..........................
Diag nos i s lai n: alergi, kelainan sejak lahir, pengobatan khusus Ri w ay at ef ek s am pi ng obat /vaks in yan g pern ah di al am i

Berita KIPI diperoleh dari : (kader, keluarga, masyarakat, .............................. ) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan petugas
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
(........................................................)
Data KIPI Indonesia
• Laporan KIPI 2008-2010 dari Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
• 544 laporan KIPI
• 86 KIPI serius  49 DKPD/APCD
(acquired prothrombine complex
deficiency)
• Prediktor terjadinya KIPI serius: usia
bayi, pelaksana perawat, imunisasi di
rumah dan diagnosis DKPD
Satari HI. 2012
Distribusi Klasifikasi Vaksinator dan Pemberian
Imunisasi, KIPI (n=345), KIPI serius (86), dan
APCD (49) di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Klasifikasi Jawa Timur
Vaksinator Pemberian Imunisasi

Vaksinator dengan Pemberian imunisasi


persentase KIPI tertinggi dengan persentase
(73,0%), KIPI serius tertinggi KIPI (78,6%), KIPI
(79,1%), dan APCD (85,7%) serius (96,5%), dan ACPCD
adalah bidan (100,0%) adalah imunisasi
Distribusi Tempat Imunisasi dan Antigen KIPI
(n=345), KIPI serius (86), dan APCD (49) di
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Tempat
Imunisasi

KIPI (36,2%), KIPI


serius (39,5%), dan
APCD (55,1%)
kebanyakan terjadi di
Posyandu

Satari HI. 2012


Kesimpulan
• Keamanan vaksin merupakan hal penting
dalam menjamin kelangsungan program
imunisasi
• Kejadian ikutan pasca imunisasi dapat terjadi
pada semua vaksin dan harus dilaporkan
• Prosedur pemberian imunisasi yang benar
dapat mengurangi KIPI akibat kesalahan
• Tenaga medis harus dapat memberikan
penanganan KIPI yang sering atau yang
mengancam jiwa, misalnya syok anafilaksis
Referensi

• Dapat diunduh di: http://www.who.int/vaccine_safety/publications/aevi_manual.pdf


• Kunjungi:
– pelatihan.vaccine-safety-training.com
– http://www.who.int/vaccine_safety/publications/AEFI_aide_memoire.pdf
– Brighton collaboration
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai