Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Stroke

Kelompok 1
No. absen 1-10
Latar belakang
• Menurut Batticaca (2008) stroke masih merupakan masalah
medis yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian nomor
2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10%
penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan
• Menurut Depkes (2011), stroke merupakan penyebab
kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian. Dengan
proporsi angka kejadian yaitu 15,4%, disusul hipertensi,
diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruksi kronis. Penyakit
stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di
negara maju setelah penyakit jantung dan kanker.
Definisi
• Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer
& Bare, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang
awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata–mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Mansjoer, 2000).
Klasifikasi Stroke
• Stroke Non Hemoragik
• Stroke Hemoragik
Etiologi Stroke
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
empat kejadian yaitu:
• Thrombosis
• Embolisme serebral
• Iskemia
• Hemoragi serebral

• Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah


Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat
stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit
meningkat.
Tanda dan Gejala
• Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson
(2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan
atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran,
penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau
kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak
tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit
memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat,
tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,
ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare
(2002) meliputi:
• Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang
mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah
infark serebral.
• Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis
atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler.
• Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
Komplikasi Stroke
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
• Hipoksia serebral
• Penurunan aliran darah serebral
• Embolisme serebral,
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik
yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
• Angiografi serebral
• CT-scan
• Pungsi lumbal
• MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Ultrasonografi Doppler
• EEG (Electroencephalography)
• Sinar X
Asuhan keperawatan
• Pengkajian
• Diagnosa keperawatan
• Intervensi
• Implementasi
• Evaluasi
Pengkajian
• Aktivitas/ Istirahat
• Sirkulasi
• Integritas Ego
• Eliminasi
• Makanan/ Cairan
• Neurosensori
• Kenyamanan / Nyeri
• Pernapasan
• Keamanan
• Interaksi Sosial
• Penyuluhan/ Pembelajaran
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke Perubahan resepsi sensori, transmisi,
(Doenges dkk, 1999) meliputi : integrasi (trauma neurologis atau defisit)
• Perubahan perfusi jaringan serebral Stress psikologis (penyempitan lapang
berhubungan dengan: perseptual yang disebabkan oleh ansietas)
Interupsi aliran darah • Kurang perawatan diri berhubungan dengan:
Gangguan oklusif, hemoragi Kerusakan neuromuskuler, penurunan
Vasospasme serebral kekuatan dan ketahanan, kehilangan
kontrol/ koordinasi otot
Edema serebral
Kerusakan perseptual/ kognitif
• Kerusakan mobilitas fisik berhubungan Nyeri/ ketidaknyamanan
dengan:
Kerusakan neuromuskuler Depresi
Kelemahan, parestesia • Gangguan harga diri berhubungan dengan:
Paralisis spastis Perubahan biofisik, psikososial, perseptual
kognitif
Kerusakan perseptual/ kognitif
• Resiko tinggi kerusakan menelan
• Kerusakan komunikasi verbal berhubungan berhubungan dengan:
dengan
Kerusakan neuromuskuler/ perceptual
Kerusakan sirkulasi serebral
• Kurang pengetahuan tentang kondisi dan
Kerusakan neuromuskuler pengobatan berhubungan dengan:
Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial Kurang pemajanan
Kelemahan/ kelelahan Keterbatasan kognitif, kesalahan
• Perubahan sensori persepsi berhubungan interprestasi informasi, kurang mengingat
dengan: Tidak mengenal sumber-sumber informasi
Intervensi/implementasi
Diagnosa keperawatan pertama: perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema
serebral.
• Tujuan; kesadaran penuh, tidak gelisah
• Kriteria hasil tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
Intervensi;
• Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
• Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
Rasional: autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
• Pertahankan keadaan tirah baring.
Rasional: aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).
• Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis (netral).
Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/ perfusi
serebral.
• Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah
pembekuan.
Diagnosa keperawatan kedua: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
• Tujuan; dapat melakukan aktivitas secara minimum
• Kriteria hasil mempertahankan posisi yang optimal, meningkatkan kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang terkena, mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan aktivitas.
Intervensi;
• Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan informasi
bagi pemulihan
• Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
• Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah
kontraktur.
• Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan
ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih
terganggu.
• Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien.
Rasional: program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang
berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
Diagnosa keperawatan ketiga: kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler.
• Tujuan; dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaannya.
• Kriteria hasil; Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat, terjadi
kesalah pahaman bahasa antara klien, perawat dan keluarga
Intervensi;
• Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari
derajat gangguan serebral
• Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
Rasional: melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
• Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut
Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik
• Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)
Rasional: bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan
yang dimaksud
• Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara.
Rasional: untuk mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi.
Evaluasi
• Evaluasi asuhan keperawatan sebagai tahap
akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini
bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan
sekaligus pada akhir dari semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dan telah
disebut juga evaluasi pencapaian jangka
panjang.
Sekian
&
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai