Definisi Penyakit inflamasi atau non-inflamasi pada glomerulus yang menyebabkan perubahan: - Permeabilitas - Struktur dan fungsi glomerulus • Klasifikasi 1. Primer -> penyakit berasal dari ginjal. 2. Sekunder -> akibat penyakit sistemik lain (DM).
Pernefri -> GN sebagai penyebab PGTA yang menjalani HD
mencapai 39% pada tahun 2000. Minimnya data prevalensi dikarenakan biopsi ginjal tidak selalu dapat dilakukan dalam penegakan diagnosis etiologi GN Klasifikasi 1. Primer -> penyakit berasal dari ginjal. 2. Sekunder -> akibat penyakit sistemik lain (DM).
Klasifikasi berdasarkan gambaran histopatologis glomerulus:
o GN non-proliferatif: 1. Glomerulonefritis lesiminimal 2. Glomerulosklerosis fokal dan segmental 3. Glomerulonefritis membranosa o GN proliferatif 1. GN membranoproliferatif 2. GN progresif cepat Patogenesis • GN melibatkan respon imunologik, melalui mekanisme: 1. Circulating immune complex (CIC) 2. Deposit kompleks imun in-situ 3. Imunitas seluler • Mekanisme ini memicu proses inflamasi dan proliferasi sel • Sitokin dari proses inflamasi mempunyai efek kemotaktik -> menarik sel inflamasi keluar dari pembuluh darah menuju jaringan. Circulating immune complex (CIC) • Antigen (Ag) eksogen memicu terbentuknya antibodi (Ab) spesifik -> membentuk komplek imun (Ag-Ab) dalam sirkulasi -> komplek imun mengaktivasi sistem komplemen dan kemudian akan saling berikatan (komplek imun dengan komplemen) -> antigenemia menetap & bersihan komplek imun terganggu -> komplek imun terjebak dan mengendap di daerah mesangial atau sub endotel glomerulus Deposit kompleks imun in-situ • Ab berikatan secara langsung dengan Ag (yang merupakan komponen membran basal glomerulus (fixed Ag) atau Ag dari luar yang terjebak pada glomerulus (planted antigen). Imunitas selular (cell-mediated immunity) • Sel T berperan langsung terhadap timbulnya proteinuria dan terbentuknya kresen pada GN kresentik. • Sel T yang tersensitisasi (sensitized-T cells) oleh Ag eksogen dan Ag endogen pada glomerulus -> mengaktivasi makrofag -> reaksi lokal hipersensitisasi tipe lambat (delayed type) • Manifestasi Klinis • Hematuria mikroskopik ->
1. Proteinuria 2 eritrosit/lpb atau erirosit
lebih dari 10x10^6/L 2. hiperalbuminemia • Proteinuria ≥3,5g/1,73 3. Urin kecoklatan m^2/hari 4. Hematuria • Penurunan fungsi ginjal 5. Penurunan fungsi progresif lambat ginjal 6. Edema • Etiologi 7. Kongesti aliran darah 1. Infeksi Streptococcus β 8. Hipertensi hemoliticus 2. Hepatitis C • Dapat asimtomatik 3. Drug inducced atau pajanan toksin 1. Anamnesis Riwayat GN dalam keluarga, • Diagnosis penggunaan NSAID, preparat 1. Anamnesis emas organik, heroin, 2. Pemeriksaan fisik imunosupresif (siklosporin), riwayat infeksi (streptokokus), 3. Pemeriksaan penunjang riwayat keganasan, penyakit kronik multisistem (DM, HT, SLE) 2. PF Edema (tungkai, preorbita), asites, efusi pleura, kuku pucat dan membentuk pita berwarna putih, xanthelasma. Pemeriksaan penunjang • Urinalisa Hematuria dan silinder eritrosit • Proteinuria Ditemukan lebih dari 1g/24 jam • Gula darah, serum albumin, profil lemak, fungsi ginjal • Serologis ASTO, C3, C4, ANA, anti-dsDNA, anti-GBM, ANCA • USG Menilai ukuran dan menyingkirkan kelainan lain (obstruksi) • Biopsi ginjal Tatalaksana 1. Kontrol tekanan darah • Antihipertensi ACEI atau ARB sebagai pengobatan konservatif • Target tekanan darah <130/80 mmHg atau <125/75 jika proteinuria ≥ 1g/24 jam 2. Diet rendah protein • Intake protein 0,8/kg/hari sesuai BBI 3. Kontrol kadar lemak darah • Antihiperlipidemia (HMGcoA reductase inhibitor) 4. Kortikosteroid • Menghambat sitokin proinflamasi (IL-1, TNF-α) • Prednison 1mg/kgBB/hari, dosis maksimal 60-80 mg, setiap hari selama 6-8 minggu dan diturunkan bertahap setelah remisi komplit 5. Siklofosfamid, klorambusil • Sebagai antriproliferasi, dapat dikombinasi dengan prednison dosis rendah • 2-3 mg/kg/hari 6. Siklosporin • Jika kontraindikasi dengan kortikosteroid • Pencegahan • Prognosis 1. Primer: tidak dapat 1. Jejas glomerulus sering dilakukan karena etiologi menyebabkan fibrosis tidak secara pasti diketahui glomerulus 2. Sekunder: Mencegah 2. Dapat membaik dengan progresivitas penyakit sedikit atau tanpa menuju PGTA kerusakan ginjal permanen 3. Tersier: mencegah 3. Sering terjadi kekambuhan kecacatan atau 4. Dalam 5-20 tahun mengahmbat masuknya progresivitas menuju PGTA program pengobatan 5. Pada 50% kasus pengganti ginjal berkembang menjadi PGTA dalam waktu 5 tahun TERIMAKASIH