Anda di halaman 1dari 13

NAHDLATUL

ULAMA
Oleh:
Muhammad Yophi S. (17101020065)
Muhammad Anzilni M. (17101020070)
Sejarah:
Nahdlatul ulama berdiri pada 31
Januari 1926 (16 Rajab 1334 H).
Didirikan oleh K.H. Hasyim
Asy’ari dan para ulama yang
sebagian besar merupakan tokoh
pesantren yang berasal dari Jawa
Timur.

Nahdlatul ulama merupakan organisasi berskala besar yang ada di


Indonesia. Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial keagaman
Latarbelakang berdirinya:
Adanya penjajahan dan kolonialisasi yang dialami
bangsa Indonesia berefek terhadap keterbelakangan
baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami
bangsa Indonesia. Kemunduran yang disebabkan oleh
penjajahan telah memicu kesadaran kaum terpelajar
dan ulama untuk memperjuagkan martabat bangsa
ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan
yang muncul tersebut dikenal dengan gerakan
“Kebangkitan Nasional”.
Lanjutan
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan
kolonialisme, merespon kebangkitan nasional
tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan,
seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air)
pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan
Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul
Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana
pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum
santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar,
(pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan
basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Lanjutan
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang
bersifat embrional dan sementara, maka setelah itu
dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
mencakup dan lebih sistematis, untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah
berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul
kesepakatan untuk membentuk organisasi yang
bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
Paham Organisasi
Mulai sejak awal berdirinya, Nahdlatul Ulama(NU) sebagai
Jam’iyyah islamiyah menjadikan Ahlussunnah Wal jama’ah
sebagai basis teologi (dasar berakidah). Sementara dalam
permasalahan fiqih, NU menganut dari salah satu empat mazhab;
Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Meskipun demikian dalam
kesehariannya para ulama NU menggunakan fiqh yang dianut
mayoritas masyarakat indonesia yang bersumber dari mazhab
Syafi’i. hampir dapat dipastikan bahwa fatwa, petunjuk dan
keputusan hukum yang diberikan oleh ulama NU dan kalangan
pesantren selalu bersumber dari mazhab Syafi’I.
Tujuan Organisasi
1. Menegakkan ajaran Islam menurut paham
Ahlussunnah Ahlussunnah Wal-Jama'ah di tengah-
tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Meneliti kitab-kitab pesantren untuk menentukan
kesesuaian dengan ajaran Ahlusunnah Wal-Jama’ah.
3. Mendakwahkan Islam berdasarkan ajaran empat
mazhab.
4. Menjadikan pendidikan agama sebagai wadah
perjuangan para ulama dalam upaya mencerdaskan
para pengikutnya
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi NU tingkat kepengurusan meliputi:
1. PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) untuk
tingkat pusat.
2. PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) untuk
tingkat propinsi.
3. PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) untuk
tingkat kabupaten.
4. MWCNU (Pengurus Wakil Cabang Nahdlatul Ulama)
untuk tingkat kecamatan.
5. PRNU (Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama) untuk
tingkat Kelurahan
NU dan Pesantren
Pesantren sering diidentikkan dengan NU. Hal ini wajar,
mengingat NU sebagai ormas yang lahir dari rahim
pesantren dan mengembangkan perannya melalui
pesantren. Sebab iu, seolah menjadi “takdir” jika NU sulit
memanjangkan gerak pengabdian sosialnya melalui,
taruhlah, seperti universitas. Ini yang membedakan dengan
ormas lain. Pesantren juga dipandang sebagai lembaga
pendidikan Islam yang menjadi sarana mempertahankan
moral dan budaya atau pewaris tradisi intelektual Islam
tradisional.
Lanjutan
Mengingat pentingnya pengajaran sains dan teknologi
terhadap generasi sekarang, pesantren mempunyai peran
untuk mengasimilasikannya kedalam kurikulum
pelajaranya tanpa meninggalkan tanggung jawab dalam
pembinaan dan penyebaran ilmu dalam Islam. Jika
sekarang pesantren mengubah wajah peranannya, berarti
ahistoris, memang tidak mesti dipandang menyimpang
Lanjutan
Kita memang tidak bisa menafikan misalnya pada masa
kemerdekaan, pesantren menjadi medan penguatan heroism
melawan kolonial. Tetapi juga, di era sekarang pesantren pun
tampak digunakan sebagai wahana indoktrinasi bagi
semangat militansi atas nama jihad yang tak jelas sehingga
melahirkan tuduhan sebagai sarang terorisme. Tentunya,
bukan “kemajuan” jika pesantren dijadikan ajang
kepentingan politik praktis. Apalagi menjadi lahan
menumbuhkan ekstremisme.
NU dan Politik

NU 1952 NU 1953-1955 NU 1973


NU menarik diri dari Ada dua hal yang Terjadi fusi partai
Masyumi karena mendominasi pemikiran atau
Masyumi dinilai NU selama kurun waktu pengelompokan
tidak akomodatif itu, yaitu pembangunan partai-partai
terhadap pendapat partai sendiri dan politik. NU, Perti,
NU partisispasinya dalam PSII, dan Parmusi
kabinet Ali terhimpun menjadi
Sastroamidjojo. PPP
Peran NU pada masa orde baru
• Membentuk dan menguatkan persatuan di kalangan umat
Islam dalam melawan dominasi Belanda dan serangan
pemikiran.
• Pasca kemerdekaan : menjadi penggerak sterilisasi PKI
dengn membentuk anak organisasiseperti : Banser,
Lesbumi, Pertanu, dll.
• Partai pendukung asas tunggal pancasila serta lokomotif
gerakan demokratisasi dengan dimensi gerakan masa

Anda mungkin juga menyukai