Obat yang sangat halus (1-5 mikron) terbukti menghasilkan kadar obat
dalam darah sampai 2-3 kali lebih tinggi dari serbuk biasa, sehingga dosis
pemberian dapat diturunkan menjadi 2-3 kali, sebagai contoh tablet
griseofulvin, digoksin, spironolakton.
Zat aktif yang berbentuk amorf lebih baik diabsorpsi daripada yang
berbentuk kristal karena yang berbentuk amorf adalah lebih mudah
larut daripada yang berbentuk kristal, dengan demikian akan
menghasilkan derajat aktivitas farmakologi yang berbeda.
(kloramfenikol palmitat tdk aktif jika diberikan dlm bentuk kristal.
Bahan pelicin hidrofob dalam tablet (Mg stearat dan asam stearat)
dapat menghambat terlarutnya zat aktif. (tdk menghambat :
aerosil/asam silikat koloidal)
1. Fase Farmasetik
2. Fase Farmakokinetik
3. Fase Farmakodinamik
Bentuksediaan
Bentuk sediaan
Ketersediaan farmasi
obat siap untuk diabsorpsi
Terjadi absorpsi,
Terjadi absorpsi,
distribusi, metabolisme,
distribusi, metabolisme,
ekskresi
ekskresi
Fase Farmakokinetik
Interaksidengan
Interaksi dengan
Ketersediaan hayati
reseptor di tempat kerja
reseptor di tempat kerja
EEFFEEKK
Obat untuk memberi efek
Fase Farmakodinamik
Fase Farmasetik
Fase ini meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui mulut hingga
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh.
Dalam fase ini yang penting adalah KETERSEDIAAN FARMASI dari zat
aktifnya, yaitu obat siap untuk diabsorpsi.
t max Time
TEMPAT KERJA
(Reseptor) DEPOT JARINGAN
Terikat Bebas Bebas Terikat
SIRKULASI SISTEMIK
BIOTRANSFORMASI
Tergantung energi
Dijalankan oleh hidrolisis adenosin trifosfat
Menunjukkan titik jenuh suatu kecepatan maksimum pada
kdar substrat yg tinggi ketika ikatan ke enzim tsb sudah
maksimal
2. Kelarutan obat
1. Obat-obat yg sangat hidrofilik kurang diabsorbsi karena
ketidakmampuannya menembus membran sel yang
kaya lipid.
2. Obat-obat yg sangat hidrofobik juga diabsorbsi kurang
karena tidak dapat masuk ke permukaan sel.
3. Untuk suatu obat supaya mudah diabsorbsi harus
bersifat hidrofobik, tetapi mempunyai kelarutan tertentu
di dalam air.
Faktor2 yang mempengaruhi
ketersediaan hayati
3.. STABILITAS SECARA KIMIAWI
1. Penisilin G tidak stabil dalam pH isi lambung.
2. Insulin bisa dihancurkan dalam saluran cerna
Faktor Obat
Sifat-sifat fisikokimia obat
Formulasi Obat
Faktor Penderita
pH saluran cerna,
kecepatan pengosongan lambung
waktu transit dalam saluran cerna
kapasitas absorpsi
metabolisme dalam lumen saluran cerna
Interaksi dalam Absorpsi di Saluran Cerna
adanya makanan
perubahan pH saluran cerna (antasid)
Akibat perubahan bioavailabilitas :
1. Perubahan kecepatan kecepatan obat diabsorpsi
2. Perubahan onset
3. Perubahan intensitas karena perbedaan kadar obat
tertinggi yang dicapai dalam darah
4. Perbedaan durasi dan efek klinis
DISTRIBUSI
Distribusi obat proses suatu obat yang secara
reversible meninggalkan aliran darah dan masuk ke
interstisium dan atau ke sel-sel jaringan
Faktor yang mempengaruhi distribusi :
Aliran Permeabili
Pengik
Darah tas Kapiler
atan ob
at pada
protei
n
Distribusi -- Ikatan depot
Aliran ●
Kecepatan aliran darah kapiler sangat bervariasi
sebagai output jantung yang tidak sama ke
darah
berbagai organ
●
Aliran darah ke otak, hati dan ginjal > otot rangka
Permeabilit
●
Struktur kapiler struktur kapiler sangat bervariasi dalam hal
fraksi membran basalis yang terlihat diantara celah sempit
antara sel-sel endotel
Ex :
Jika 25 mg obat (D = 25 mg) diberikan dan konsentrasi dalam
plasma adalah 1 mg/L, maka volume distribusinya adalah?
Vd = 25 mg
1 mg/L
= 25 L
METABOLISME/BIOTRANSFOR
MASI
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah
proses perubahan struktur kimia obat yang
terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim.
menjadi suatu metabolitnya
Fungsi hati
Gangguan fungsi hati menyebabkan metabolisme dapat lebih
cepat atau lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah
atau kuat dari yang diharapkan.
Umur
Bayi belum semua enzim hati terbentuk, maka reaksi
metabolisme lebih lambat, terutama pembentukan glukoronid
Genetik
Ada orang yang tidak memiliki faktor genetik tertentu, mis
enzim untuk asetilasi sulfadiazin/INH akibatnya perombakan
obat ini lambat sekali.
Di hati, INH terutama mengalami asetilasi, dan pada manusia
kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik. INH
dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal
akibat terjadinya nekrosis multilobular.
onset
Minimum effective level
duration
t max Time
Efek maksimal
variabilitas
pe
slo
potensi
Log dosis
Potensi : menunjukkan rentang dosis obat yg menimbulkan efek.
Besarnya ditentukan oleh :
(1) Kadar obat yg mencapai reseptor dan
(2) Afinitas obat terhadap reseptor
Menentukan tingkat
keamanan obat
Obat Ideal
LD1 ≥ 1
ED99
Antagonisme Farmakodinamika
E max
D D + Ak
½ E max
D = agonis
Ak = antagonis kompetitif
KD LOG DOSIS
K’ D
Antagonis kompetitif (Ak) menyebabkan lod DEC agonis (D) bergeser sejajar
ke kanan (D + Ak). Efek maksimal yg dicapai agonis sama (=E max), tetapi
afinitas agonis thd reseptor menurun (K’ D > K D)
Antagonis
Efek Non Kompetitif
E max
D
E’ max
D + An
½ E max
D = agonis
An = antagonis non kompetitif
½ E’ max
KD LOG DOSIS