Anda di halaman 1dari 37

JARINGAN SISTEM

DISTRIBUSI
DAFTAR PUSTAKA
 1. Artono Arismunandar, DR. M.A.Sc DR. Susumu Kuwahara. 1975.
Buku
Pegangan Teknik Tenaga Listrik Jilid I. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
2. Artono Arismunandar, DR. M.A.Sc, DR. Susumu Kuwahara. 1975.
Buku
Pegangan Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
3. APEI Pusat. 2004. Materi kursus/Pembekalan Uji Keahlian bidang
Teknik tenaga Listrik, Kualifikasi : AHLI MUDA. Jakarta: APEI.
4. APEI Pusat. 2006. Materi kursus/Pembekalan Uji Keahlian bidang
Teknik tenaga Listrik, Kualifikasi : AHLI MADYA. Jakarta: APEI.
5. Bambang Djaja. 1984. Distribution & Power Transformator.
Surabaya :B & D.
 6. Bonggas L. Tobing. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
7. Bonggas L. Tobing. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
8. Daryanto Drs. 2000. Teknik Pengerjaan Listrik. Jakarta: Bumi
Aksara.

10. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2004. Sosialisasi


Standar Latih Kompetensi (SLK) Tenaga Teknik Ketenagalistrikan
Bidang Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta: Pusat Diklat Energi dan
Ketenagalistrikan.
 11. Imam Sugandi Ir, dkk. 2001. Panduan Instalasi Listrik untuk
Rumah
berdasarkan PUIL 2000. Jakarta: Yarsa Printing.
12. Naryanto, Ir. & Heru Subagyo, Drs. 1997. Manajemen Gangguan
sebagai Upaya Meningkatkan Keandalan Sistem. Surabaya : AKLI
DPD JATIM dan DPC SURABAYA.
13. PLN PT. 2003. Workshop Nasional Distribusi. Jakarta: PLN Jasa
Diklat
14. PLN UDIKLAT Pandaan. Pemeliharaan Gardu tiang (GTT).
15. PLN Distribusi Jatim. 1997. Pelatihan Koordinator Pelaksana
Pekerjaan Konstruksi Jaring Distribusi. AKLI DPD JATIM dan PLN
Distribusi Jatim.
 16. PLN Distribusi Jatim. 1997. Konstruksi Jaringan Perusahaan
Listrik
Negara Distribusi Jawa Timur.
17. PLN Distribusi Jatim. 1997. Pelatihan Tenaga Ahli Kontraktor
Listrik.
AKLI DPD JATIM dan PLN Distribusi Jatim.
18. Soedjana Sapiie. DR, Osamu Nishino DR. 1982. Pengukuran
dan Alatalat Ukur Listrik. Jakarta: Pradnya Paramita.
19. Standar Nasional Indonesia. 2007. Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2007. Jakarta: Yayasan PUIL.
20. Standar Listrik Indonesia. 1988. Gangguan pada Sistem Suplai
yang
diakibatkan oleh Peranti Listrik dan Perlengkapannya. Jakarta:
Departemen Pertambangan dan Energi.
 21. Standar Listrik Indonesia. 1988. Spesifikasi Desain untuk
Jaringan
Tegangan Menengah dan Jaringan Tegangan Rendah. Jakarta:
Departemen Pertambangan dan Energi.
22. Standar Listrik Indonesia. 1988. Metode Pengujian yang
direkomendasikan untuk Instrumen Ukur Listrik Analog Penunjuk
Langsung dan kelengkapannya. Jakarta: Departemen
Pertambangan dan Energi.
23. Stam H. N. C. 1993. Keselamatan dan Kesehatan di Tempat
Kerja.
Penebar Swadaya: Jakarta.
24. Trevor Linsley. 2004. Instalasi Listrik Tingkat Lanjut. Jakarta :
Erlangga.
25. Yamanaka. Electric Wire & Cable. Sinar Merbabu: Surabaya
 Sistem Distribusi merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari
sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen.
Power System Network
 Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik
ke beberapa tempat (pelanggan)
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang
langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi.
 Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator
penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan
menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian
daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini
kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus
yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila
nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir
semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil
pula.
 Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi
20 kV dengan transformator penurun tegangan pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem
tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan
oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi
primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil
tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
 Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan
tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo
step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV)
menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya
bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada
daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-
down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai
dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian
saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
 Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu
diadakan pembagian serta pembatasan-
pembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) ,
bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer,
bertegangan menengah (20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada
beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.
 Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui
bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV,
yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut beberapa
cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan
demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM (saluran udara tegangan menengah 20kV), terdiri dari :
Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor
termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang,
rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester,
kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding,dan lain-lain.
d. SUTR (saluran udara tegangan rendah dan SKTR (saluran kabel
tegangan rendah menggunakan jenis NYY/NYFGbY) atau kabel masuk
ke rumah-rumah menggunakan kabel banlet warna hitam dengan bahan
konduktor berupa aluminium, terdiri dari: sama dengan
perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM. Yang
membedakan hanya dimensinya.
Klasifikasi Saluran Distribusi
Tenaga Listrik
 Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Menurut nilai tegangannya:


a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo
distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu
Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV,
jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
 b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo
distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju
beban
 2. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current)
menggunakan sistem tegangan searah, tidak ada di
Indonesia. Di Rusia masih menggunakan tegangan
DC karena pembangkitnya adalah tegangan DC. Di
Indonesia ada pembangkit DC yaitu PLTS namun
harus diubah menjadi ac oleh Inverter. PLTS yang
terhubung ke PLN dinamakan PLTS On Grid
 Di Indonesia menggunakan sistem tegangan bolak-
balik.
 3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan
bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan
dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang,
tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah,
dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable)
 4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran
fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral,
atau saluran positip terhadap negatip (pada
sistem DC) membentuk garis horisontal.
 b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-
saluran tersebut membentuk garis vertikal .
 c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan
saluran satu sama lain membentuk suatu
segitiga (delta).
 5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa
sistem distribusi di bedakan menjadi dua
yaitu sistem distribusi primer tegangan 20kV
VL-Ldan sistem distribusi sekunder (tegangan
220/380V), dimana tegangan 220V adalah line-
netral dan 380V adalah line-line, tegangan ini
disebut juga sebagai tegangan jala-jala.
 a. Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk
menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk
distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini
dapat menggunakan saluran udara, kabel
udara, maupun kabel tanah sesuai dengan
tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi
serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini
direntangkan sepanjang daerah yang akan di
suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
 Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian
jaringan distribusi primer, yaitu:
- Jaringan Distribusi Radial,
- Jaringan Distribusi Tie dan switch pemisah, Radial
dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian
phase area.
- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk
open loop dan bentuk Close loop.
- Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
- Jaringan distribusi spindle
- Saluran Radial Interkoneksi
A. Jaringan radial
 Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk
konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk
konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan
diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak
rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
 Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan 
sistem  lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya
terdapat satu jalur  utama yang menyuplai gardu distribusi,
sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka
seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu
tegangan pada gardu distribusi yang paling  ujung kurang baik,
hal ini dikarenakan jatuh tegangan (drop tegangan) terbesar ada
diujung saluran. Sesuai ketentuan PUIL bahwa drop tegangan
sistem distribusi radial maksimum adalah 5% (minumum 19kV)
Ciri trafo distribusi
 Tegangan primer 20kV
 Tegangan sekunder tergantung dari kebutuhan beban
 Untuk Industri besar tegangan sekunder bisa 11kv, 6kv, 3kv
tergantung dari kebutuhan mesin yang digunakan
 Untuk gedung perumahan bengkel dan industri skala kecil
maka tegangan sekunder adalah 220/380V
 Pada sisi primer trafo terhubung secara delta
 Sedangkan pada sisi sekunder trafo terhubung secara
bintang
 Terdapat tap trafo pada sisi primer atau 20kV untuk
pengaturan tegangan.
B.  Jaringan Hantaran
Penghubung (Tie Line)
 Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di
bawah ini digunakan untuk pelanggan penting
yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah
Sakit, instalasi militer, pabrik dengan pelanggan
VIP dan lainlain). Sistem ini memiliki minimal dua
penyulang (feeder) sekaligus dengan  tambahan
Automatic Change Over Switch / Automatic
Transfer Switch,  setiap penyulang terkoneksi ke
gardu  pelanggan khusus tersebut sehingga  bila
salah satu penyulang mengalami gangguan maka
pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.
 C.  Jaringan Lingkar (Loop)
 Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur
Lingkaran (Loop) seperti Gambar di bawah ini
dimungkinkan pemasokannya dari beberapa
gardu induk, sehingga dengan demikian
kontinuitas suplai daya menjadi lebih handal
bila dibandingkan dengan sistem distribusi
radial. Karena normalnya beroperasi semua titik
terhubung secara ring maka drop tegangan
menjadi lebih rendah. Seperti disyaratkan dalam
PUIL sistem ring drop tegangan yang diijinkan
adalah 5%.
Untuk mengatasi drop tegangan
apa yang bisa dilakukan:
 Luas penghantar diperbesar
 Pengaturan tap trafo
 Penambahan kapasitor untuk memperbaiki
cos-phi, menurunkan arus, menurunkan
konsumsi daya (efisiensi daya) dan
memperbaiki drop tegangan
D.  Jaringan Spindel
 Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu pola
kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari
beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu
Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

 Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui
gardu hubung. Pola Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan
menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah
tegangan menengah (SKTM). Namun pada pengoperasiannya, sistem
Spindel berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang
aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan
tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau
tegangan menengah (TM).
 Drop tegangan yang diijinkan adalah maksimum 2%
E.  Sistem Gugus atau Sistem
Kluster
 Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini
banyak digunakan untuk kota besar yang
mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam
sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban, dan
penyulang cadangan.

 Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan


yang terjadi pada salah satu penyulang konsumen
maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan
fungsi suplai kekonsumen.
 Drop tegangan yang diijinkan adalah maksimum 2%

Anda mungkin juga menyukai