Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN

ISLAM

DAULAH-DAULAH KECIL PASCA


LEMAHNYA BANI ABBASIYAH
ANGGOTA KELOMPOK
1. Faridah Nur Isnaeni (19104070031)

2. Farah Diba Maulida (19104070032)

3. Muhammad Rasyid N.K (19104070033)

4. Maisaroh Nur Aisyah (19104070034)

5. Vina Cumala Sari (19104070035)

6. Wulan Suciati (19104070036)


LATAR BELAKANG

Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sanga
t
luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persi
a,
Turki dan India. Sebelum terjadi serangan pasukan Mongol yang dikomandoi oleh Hul
agu Khan pada tahun 1258 M, Daulah Abbasiyah di Baghdad sudah memperlihatkan
kemunduran dan kemerosotan diberbagai bidang, terutama dibidang politk dan milit
er.
Apalagi menjelang serbuan pasukan Mongol, Daulah Abbasiyah semakin lemah dan t
idak berdaya yang pada akhirnya tentara Mongol berhasil menginvasi Baghdad dan
menghancurkan peradaban islam. Pada masa-masa kekuasaan Abbasiyah yang sudah
semakin lemah dan tidak berdaya itu, muncul daulah-daulah kecil yang memisahkan
diri dari Daulah Abbasiyah.
Tidak ada lagi sosok khalifah besar yang cakap melakukan
Penyebab
tata kelola dan manajemen Munculnya Daulah-Daulah
pemerintahan Kecil

konflik dan perebutan kekuasaan di kalangan internal


keluarga dalam memperebutkan jabatan kekhalifahan

Masukknya unsur Persia dan Turki. Kekusaan “Militer Pusat”


pun mulai berkurang daya pengaruhnya.
Akibat dari kemunduran Daulah Abbasiyah

Munculnya daulah-daulah kecil yang lahir dan


memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
khilafah Abbasiyah, dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
barat dan timur. Adapun daulah-daulah dibagian barat
diantaranya adalah: Daulah Thuluniyah, Daulah
Ikhsyidiyah, Daulah Hamdaniyah, Daulah Idrisiyah, dan
Daulah Aghlabiyah. Sedangkan di Timur diantaranya
adalah: Daulah Thahiriyah, Daulah Shafariyah, Daulah
Samaniyah,
dan Daulah Gaznawiyah.
Daulah-daulah kecil
di barat Baghdad
1. Daulah Thuluniyah di Mesir (254-292 H/868-905 M)

Dinasti Thuluniyah adalah dinasti kecil pertama di Mesir yang


mendapatkan hak otonom dari pemerintahan Abbasiyah di Baghdad.
Dinasti Thuluniyah didirikan oleh Ahmad bin Thulun, seorang budak dari
Asia Tengah yang dikirim oleh Panglima Thahir bin Al-Husain ke Baghdad
sebagai persembahan untuk Khalifah Al-Makmun.
Pada masa Khalifah Al-Mu’taz (khalifah ke-13), terjadi
distabilitas politik di wilayah kekuasaan Abbasiyah. Hal itu lantas
dimanfaatkan oleh Ahmad bin Thulun untuk mendeklarasikan kemerdekaan
wilayah
yang dipimpinnya.
MASA KEJAYAAN
Setelah Ahmad ibn Thulun wafat, kekuasaannya kemudian digantikan oleh
putranya, Al-Khumarwaihi. Pada masa pemerintahan
Al-Khumarwaihi, Dinasti Thuluniyah berada pada masa kejayannya

• ARSITEKTUR
1. Meninggalkan bangunan masjid yang sangat megah, bernama Masjid
Ahmad bin Thulun
2. Dibangun juga sebuah bangunan istana bernama Istana
Al-Khumarwaihi dengan memakai balairung dan dinding emas
• BIDANG KEDOKTERAN
Dibangun rumah sakit yang menelan biaya 80.000 dinar.
• BIDANG PERTANIAN
Perbaikan air di Pulau Raudhah ( Sungai Nil) yang pertama kali
dibangun pada tahun 716 M
• BIDANG MILITER
Pasukan perang dan angkatan laut. Dinasti ini mempunyai 100.000
prajurit dan 100 kapal perang.
MASA KEMUNDURAN
Kematian Al-Khumarawaih pada tahun 895 M/282 H merupakan awal
kemunduran dinasti itu. persaingan yang hebat antara unsur-unsur
pembesar dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti. Amir yang
ketiga, Abu al-Asakir bin Khumarawaih dilawan oleh sebagian pasukannya
dan dapat disingkirkan 896 M/283 H. Adiknya yang baru berusia 14 tahun,
Harun bin Khumarawaih diangkat sebagai Amir yang keempat. Akan
tetapi,kelemahan sudah sedemikian rupa sehingga wilayah 'yam dapat
direbut
oleh pasukan Qaramitah. Amirnya yang kelima, Syaiban bin Ahmad bin
Thulun, hanya 12 hari saja memerintah, karena ia menyerah ke tangan
pasukan bani Abbas yang menyerang Mesir pada tahun 905 M/291 H, dan
dengan demikian berakhirlah riwayat dinasti Thuluniyah.
• 2. Daulah Ikhsyidiyah di Mesir (323-326 H/934-972 M)

Dengan runtuhnya Dinasti Thuluniyah, Mesir kembali berada


dalam kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad. Namun lahirnya Dinasti
Fathimiyah di Thunisia mendatangkan ancaman baru. Oleh karena itu
khalifah al-Radhi mengangkat Muhammad Bin Taghj menjadi amir di Mesir.
Di Mesir, Muhammad Bin Taghj dapat memulihkan keamanan dan
membangun kembali pemerintahan wilayah. Untuk memberikan
penghargaan atasjasa-jasanya, khalifah Ar-Radhi (khalifah ke-20)
memberikan gelaral-Ikhsyid. Dua tahun setelah pengangkatannya sebagai
gubernur langkah Muhammad Ibnu Taghj mengikuti langkah Ahmad
Ibnu Thulun, dengan menganeksasi Syam dan Palestina ke wilayahnya,
setahun kemudian meluaskan wilayahnya hingga Makkah dan Madinah.
Akhirnya, dengan memanfaatkan lemahnya kekuatan Bani Abbas di Mesir,
maka pada 935 M, Abu Bakar Muhammad Ibnu Taghj memaklumkan dirinya
terlepas dari khalifah Abbasiyah.
MASA KEJAYAAN
Pada masa dinasti Iksidiyah ini pula terjadi peningkatan dalam dunia
keilmuan dan gairah intelektual, seperti mengadakan diskusi- diskusi
keagamaan yang berpusat di masjid- masjid. Juga dibangun sebuah pasar
buku besar sebagai pusat dan tempat berdiskusi yang dikenal denagn
nama Syuq Al Waraqin. Lahir pula ilmuwan besar seperti
Abu Ishaq al Mawazi,Hasan Ibn Rasyid al Mishri, Muhammad Ibn Walid
al Tamimi, Abu Amar al Kindi dan al Tayid al Mutanabi. Di samping itu,
dinasti ini mewariskan bangunan- bangunan megah seperti sebuah Istana
al Mukhtar di Raudah dan taman yang dikenal dengan Bustan al Kafuri,
di samping itu didirikan sebuah gelanggang yang disebut Maydan al Ikhsidi.

MASA KEMUNDURAN
Setelah Kafour wafat (968 M) diangkatlah Ahmad Bin Ali al-Ikhsyidi yang
masih berusia 11 tahun sebagai amir kelima Lemahnya penguasa ini
menimbulkan kondisi instabilitas yang memicu lahirnya pertentangan antara
pembesar di lingkungan istana.Suasana perebutan ambisi itu terus
mewarnai istana menyebabkan lemahnya dinasti ini di segala bidang, dan
akhirnya pada 358 serangan yang terus menerus dilancarkan oleh
Fatimiyah terhadap pemerintahnnya membuat dinasti ini tidak berdaya dan
tidak mampu mempertahankan kekuasaannya di Mesir. Sehingga dinasti ini
dapat ditaklukkan oleh Fatimiyah.
• 3. Daulah Hamdaniyah(317 H -  399 H/929 M – 1009 M)
Ke wilayah utara, Iksidiyah Mesir memiliki pesaing kuat yaitu
Dinasti Hamdaniyah yang Syiah. Dinasti itu didirikan pertama kali di
Mesopotania utara dengan mosul sebagai Ibukotanya (929-991). Nama
kerajaan berasal dari nama pendirinya yaitu, Hamdan ibn Hamdun,
seorang amir dari suku Taghlib. Pada masa hidupnya, Abu Hamdan
Ibn Hamdun pernah ditangkap oleh khalifah Abbasiyah karena beraliansi
dengan kaum khawarij unutk menentang kekuasaan Bani Abbas. Akan
tetapi, atas jasa putranya (Husain) Ibn Hamdun diampuni. Putranya yang
bernama Al Husain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu
Haija Abdullah diangkat menjadi gubernur Mousul oleh khalifah Al Muktafi
pada tahun 905 M.
Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi dua bagian, yaitu wilayah
kekuasaan di Mosul dan wilayah kekuasaan di Halb ( Aleppo ). Wilayah
kekuasaan di Aleppo, terkenal sebagai pelindung kesusastraan Arab dan
Ilmu Pengetahuan.
MASA KEJAYAAN
Seperti dijelaskan sebelumnya, dinasti ini menguasai dua wilayah yang
berbeda, yaitu Halb di Aleppo dan Mosul di Irak. Kemudian lahirnya seorang
musisi-filosof ternama, al-Farabi, ada juga seorang sejarawan sastra dan
musik yang terkemuka yaitu al-Isfahani, pada masa itu pun mengenal
seorang khatib istana yang fasih ibn Nubatah, dan tokoh budayawan sentral
dari pereode ini adalah sang penyair negara al-Mutanabi, adapun
pesaingnya dibidang puisi di Allepo adalah sepupu Sayf al-Dawlah, Abu
Firas al-Hamdani.

MASA KEMUNDURAN
Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan Dinasti Hamdaniyah turun
dari kekuasaannya, seperti hilangnya kepercayaan dan simpati masyarakat
ketika pemerintahan Hamdaniyah tidak bersikap adil terhadap kepentingan
masyarakat di seluruh wilayah kekuasaannya. Hal itu menyebabkan wibawa
Dinasti Hamdaniyah jatuh. Faktor lainnya adalah kembali bangkitnya
kekuasaan Bizantium, yang ketika itu kembali melakukan ekspansi perluasa
wilayah kekuasannya. Beberapa wilayah Hamdaniyah menjadi sasaran
ekspansi tersebut, sehingga membuat Hims terlepas dari kekuasaannya.
Faktor terakhir adalah penyerangan yang dilakukan kaum Fatimiah,
menyebabkan pemimpin Hamdaniyah ketika itu, Said Ad-Daulah wafat. Hal
itu membuat kekuasaan Dinasti Hamdaniyah perlahan runtuh dan hancur.
• 4. Daulah Idrisiyah di Maroko (172 H – 375 H / 788 M – 985
M)
Dinasti Idrisiyah didirikan oleh salah seorang penganut Syi’ah,
bernama Idris bin Abdullah pada 789 M. Ia pernah ikut ambil bagian dalam
perlawanan keturunan Ali di Hijaz terhadap orang-orang Dinasti Abbasiyah
pada 786 M. Terbentuknya Dinasti Idrisiyah sangat didukung oleh para
tokoh Barbar Zenata di Maroko Utara, yang sangat terkesan dengan
keturunan Ali bin Abi Thalib. Idris kemudian memilih kota Fez sebagai pusat
pemerintahannya.
Terdapat dua factor pendukung eksistensi Dinasti Idrisiyah. Pertama,
memperoleh dukungan penuh orang-orang Barbar Zenata, kedua, letak
geografisnya yang sangat jauh dengan pusat pemerintahan Abbasiyah di
Baghdad membuat Dinasti Idrisiyah sulit untuk ditaklukan.
MASA KEJAYAAN
Pada masa pemerintahan Yahya IV, wilayah-wilayah yang sebelumnya
terpecah dan dikuasai kerabat-kerabat penguasa, dipersatukan kembali
dalam satu pemeritahan politik. Setelah kembali pulih, Dinasti Idrisiyah
harus dihadapkan dengan konflik yang terjadi antara Bani Umayyah di
Spanyol dan Bani Fatimiah di Mesir, dalam memperbutkan kekuasaan di
wilayah Afrika. Kota Fez pun menjadi wilayah pertikaian antara dua dinasti
yang berbeda paham ini.

MASA KEMUNDURAN

Dinasti Idrisiyah pun akhirnya harus jatuh setelah perpecahan kembali


terjadi, yang membuat wilayah-wilayah Dinasti Idrisiyah terbagi ke dalam
kekuasaan yang cukup banyak. Perpecahan itu juga membuat kekuatan
Idrisyah menjadi lemah, sehingga ketika datang serangan dari Dinasti
Fatimiah, mereka tidak dapat bertahan.
• 5. Dinasti Aglabiyah (184 H – 296 H / 800 M – 908 M)
Pendiri Dinasti ini adalah Ibrahim ibn al-Aghlab. Awal mula
terbentuknya dinasti tersebut yaitu ketika Baghdad dibawah pemerintahan
Harun ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika utara, terdapat dua bahaya besar
yang mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang
beraliran Syi'ah dan yang kedua dari golongan Khawarij.Dengan adanya
dua
ancaman tersebut terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk menempatkan
balatentaranya di Ifrikiah di bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab.
Setelah berhasil mengamankan wilayah tersebut, Ibrahim bin
al-Aghlab mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid supaya wilayah tersebut
dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannya secara permanen. Karena
jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan memerintah
wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke Baghdad setiap
tahunnya sebesar 40.000 dinar. Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya,
sehingga berdirilah Dinasti kecil Aghlabiyah yang berpusat di Ifrikiah yang
mempunyai hak otonomi penuh. meskipun demikian masih tetap mengakui
akan kekhalifahan Baghdad
MASA KEJAYAAN

Dinasti Aghlabiyah ketika berada di bawah pimpinan Ziyadatullah I


berada pada masa kejayannya. Ia mampu memimpin pasukan Aghlabiyah
melakukan ekspansi hingga ke wilayah Eropa. Ziyadatullah I pernah mengirimkan
sebuah armada laut menuju wilayah pesisir Italia, Prancis, Cosica, dan Sardia.
Kemudian pada 827 M, Ziyadatullah mengirim sebuah ekspedisi untuk merebut
wilayah Sisilia(pulau yang terdekat dari Tunisia) dari tangan pemerintahan
Byzantium.
Dinasti Aghlabiyah terkenal dengan prestasinya di bidang arsitektur,
terutama dalam pembangunan arsitektur masjid. Pada masa Ziyadatullah, yang
disempurnakan oleh Ibrahim II, berdiri sebuah masjid yang sangat megah, yaitu
Masjid Qairawan. Menara masjid yang merupakan warisan dari bentuk bangunan
masa Umayyah menjadi salah satu bangunan tertua di Afrika. Wilayah Qairawan
pun disebut sebagai kota suci keempat setelah Mekah, Madinah, dan
Yerussalem.

MASA KEMUNDURAN

Menjelang akhir abad IX, posisi Aghlabiah di Ifriqiyah menjadi merosot. Hal ini
disebabkan karena amir terakhirnya yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam
kemewahan & berfoya-foya, dan seluruh pembesarnya tertarik pada Syi'ah, juga
propaganda Syi'ah yang dilakukan oleh Abdullah Al-Syi'ah. Ia telah menanamkan
pengaruh yang kuat di kalangan orang-orang suku Ketama. Ditambah adanya
kesenjangan sosial antara keluarga Aghlab dengan orang-orang Ketama.
Sehingga muncul sebuah kekuatan militer baru menentang pemerintah
Aghlabiyah.
Daulah-Daulah Kecil d
i Timur Baghdad
1. Daulah Thahiriyah (205-259 H/820-905 M)
Thahiriyah merupakan dinasti yang pertama kali mendirikan
negara semi-Independen disebalah timur Baghdad, berpusat di Khurasan
dengan Ibu kota Naisabur. Dinasti ini didirikan oleh Thahir ibn Husein pada
205H/821 M di Khurasan, ia adalah orang yang pernah di percaya
al-Ma’mun untuk menduduki jabatan jendral dengan jabatan Panglima
tentara pada masa pemerintahan Al-Makmun Khalifah ke-7 yang berkuasa
antara tahun 198-218H/813-833M. Thahir merupakan seorang Budak
Persia, yang pada tahun 820 diangkat oleh al-Ma’mun sebagai gubernur
atas semua kawasan disebelah timur Baghdad, dengan pusat
kekuaaannya di Khurasan.
MASA KEJAYAAN

Dinasti Thahiriyyah mengalami masa kamajuan ketika pemerintahan


dipegang oleh Abdullah ibn Thahir, saudara Thalhah. Abdullah memiliki
kekuasaan dan pengaruh yang cukup besar, belum pernah hal ini dimiliki oleh
para wali
sebelumnya.18 Ia terus menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Baghdad
sebagai bagian dari bentuk pengakuannya terhadap peran dan keberadaan
Khalifah Abbasiyah. Perjanjian dengan pemerintah Bagdad yang pernah dirintis
ayahnya, Thahir ibn Husein, terus ditingkatkan. Peningkatan keamanaan di
wilayah perbatasan terus dilakukan guna menghalau pemberontak dan kaum
perusuh
yang mengacaukan Pemerintahan Abbasiyah. Selain itu, Kota Naisabur berhasil
bangkit menjadi salah satu pusat perkembangan ilmu dan kebudayaan di Timur.

MASA KEMUNDURAN

Dinasti ini justru tidak mengalami perkembangan ketika pemerintahan di pegang


oleh Ahmad bin Thahir (248- 259 H), saudara kandung Abdullah bin Thahir,
bahkan mengalami masa kemerosotan.
Faktornya antara lain, adalah pemerintahan ini dianggap sudah tidak loyal
terhadap pemerintah Bagdad,
Selain itu, persoalan keamanan dan keberlangsungan pemerintahan juga tidak
terpikirkan secara serius,
• 2. Daulah Shafariyah di Fars,Sijistan (253-298 H/866-910 M)
Ya’qub bin al-Laits al-Shaffar adalah orang yang mendirikan dinasti
ini. Mulanya berada di Sijistan, yang pada awalnya ketertarikan
gubernur Sijistan atas ya'qub yang dijuluki Al'Shaffar tukang pandai
besi mempunyai prilaku buruk, yaitu merampaok.
Saffariyah juga dikenal sebagai dinasti yang dipimpin oleh rakyat jelata
dan perilaku mereka seperti bandit serta yang menjaditokoh-tokoh mereka
adalah tokoh-tokoh radikal. Ketika bagdad dipimpin almu'tamad telah
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada ya'qub. Diantaranya
daerah-daerah khurasan, tibrasan, jurjan dan Ar-Ra.
MASA KEJAYAAN

Perkembangan Dinasti Shaffariyah mengalami perkembangan pada masa


pemerintahan Amr ibn Lays (saudara Ya’qub bin al-Laits al-Shaffar), ia
berhasil melebarkan wilayah kekuasaan sampai ke Afganistan Timur.
Dalam masa pemerintahannya, terdapat perkembangan yang menarik, terutama
perkembangan civil society berkaitan dengan keadilan. Dinasti Saffariyah
meletakkan dasar-dasar keadilan dan kesamaan hak di antara orang-orang
miskin di
Sijistan. Karena itu, faktor inilah yang mungkin menjadi salah satu sebab dinasti
ini lama berkuasa di Sijistan, karena ia begitu peduli dengan keadaan masyarakat
yang menjadi pendukung pemerintahan, terutama komunitas masyarakat miskin.
Seorang Amir abad kesepuluh, Khalaf ibn Ahmad, menjadi termasyhur sebagai
pelindung ilmu pengetahuan.
MASA KEMUNDURAN

Khalaf merupakan pemimpin terakhir dinasti Saffariyah sebelum dinasti ini berkhir
di tahun 393 H./1003 M. Sebelum dinasti ini berakhir, dimasa kepemimpinan dari
Khalaf, dalam menjalankan pemerintahan, ia bekerja sama degan seorang
panglima Sistan yang bernama Abu Al-Husain Tahir bin Muhammad.
Awal dari kehancuran dinasti Saffariyah dimulai sejak Khalaf yang menunaikan
ibadah haji ke Tanah suci, menunjuk Abu Al-Husain Tahir sebagai wakilnya dalam
mengatur pemerintahan dinasti Saffariyah kala itu. Namun hal ini justru
dimanfaatkan oleh Abu untuk mengambil alih kekuasaan. Dikarenakan Abu tidak
mau
mengembalikan kekuasaan ketangan Khalaf, maka Khalaf meminta bantuan
militer kepada dinasti Samaniah untuk membantunya merebut kembali
3. Daulah Samaniyah di Merv/Samarkand
(261-395 H/874-1004 M)

Pendiri dinasti ini adalah Ahmad bin Asad bin Samankhudat.


Nama Samaniyah dinisbahkan kepada leluhur pendirinya yaitu
Samankhudat,seorang pemimpin suku dan tuan tanah keturunan
bangsawan terkenal di Balkh, sebuah daerah di sebelah utara Afghanistan.
Dalam sejarah Islam tercatat bahwa dinasti ini bermula dari masuknya
Samankhudat menjadi penganut Islam pada masa khalifah Hisyam bin
Abdul Malik (khali!ah Bani Umayyah), sejak itu Samankhudatdan
keturunannya mengabdikan diri kepada penguasa Islam. Pada masa
kekuasaan al'Ma'mun (198-218 H/813-833 M)dari Dinasti Bani Abbasiyyah,
empat cucu Samankhudat memegang jabatan pentingsebagai gubernur
dalam wilayah kekuasaan Abbasiyah yaitu Nuh diSamarkand, Ahmad bin
Asad di Farghana (Turkistan) dan Transoksania, Yahyabin Asad di Shash
serta Asyrusanah (daerah di utara Samarkanda,dan Ilyas diHeart,
Afghanistan
MASA KEJAYAAN

Dinasti Samaniyah telah memberikan sumbangan yang sangatberharga bagi


kemajuan Islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan,filasafat, budaya, politik, dan lain-
lain. Tokoh atau pelopor yang sangatberpengaruh dibidang filsafat dan ilmu
pengetahuan pada dinasti ini adalah Ibn Sina, selain Ibn Sina juga muncul para
pujangga dan ilmuwan dibidang kedokteran, astronomi dan filsafat yang sangat
terkenal, seperti Al-Birdausi, Ammar Kayam, Al-Bairuni dan Zakariya Al-Razi.
Dinasti ini telah berhasil menciptakan kota Bukhara dan Samarkan sebagai kota budaya
dan kota ilmu pengetahuan yang sangat terkenal diseluruh dunia, sehingga kota ini
dapat menyaingi kota-kota lain, seperti Baghdad dan Cordova. Dinasti ini juga telah
berhasil mengembangkan perekonomian dengan baik, sehingga kehidupan
masyarakatnya sangattentram, hal terjadi karena dinasti ini tidak pernah lepas
hubungan dengan pemerintah pusat di Baghdad.
MASA KEMUNDURAN

Pada saat dinasti mencapai kejayaannya, banyak imigran Turki yang menduduki posisi
penting dalam pemerintahan, namun bersebab dari tingginya fanatik kesukuan pada
dinasti ini, akhirnya mereka para imigran Turki yang menduduki jabatan penting dalam
pemerintahan tersebut banyak yang dicopot, langkah-langkah inilah yang menyebabkan
kehancuran dinasti ini, karena mereka tidak terima dengan perlakuan tersebut,
sehingga mereka mengadakan penyerangan sampai mereka berhasil melumpuhkan
dinasti ini.
• 4.Daulah Ghaznawiyah di GHazna, Afghanistan (366-579 H/
976-1183 M)
Dinasti Ghaznawiyah dibangun oleh Sabuktaqin, seorang yang
berasal dari budak Turki. Meskipun dalam tahap perintisan dinasti ini
dimulai dari tindakan Alpataqin yang membentuk pemerintahan kota di
Ghazna sebuah kota kecil di sebelah selatan kota Kabul Afghanistan yang
kita kenal sekarang. Dan daerah yang pernah dikuasai pada waktu
sekarang menjadi bagian dari wilayah negara Afghanistan, Pakistan, India
dan Iran.
Pengambilalihaan kekuasaan ala Ghaznawi ini diawali oleh masalah
pribadi Alpatakin yang tidak diangkat menjadi gubernur lagi, sehingga
membuat Alpatakin membentuk sebuah dinasti kecil lalu melakukan
ekspansi-ekspansi secara perlahan sehingga memiliki banyak wilayah dan
pasukan. Dilanjutkan oleh anaknya Sabutaqin yang hampir sama dengan
beliau melakukan ekspansi-ekspansi. Akan tetapi ekspansie-kspansi dinasti
ini sangat terkenal pada masa Mahmud Ghaznawi yang mana banyak
sekali melakukan peperangan sebagai upaya memperluas wilayah
kekuasaannya, terutama ke India. Selain melakukan peperangan Bani
Ghaznawi
juga melakukan pembangunan, pengembangan ilmu pengetahuan.
MASA KEJAYAAN

Dalam pemerintahan Sultan Mahmud Ghaznawiyah, kemajuan bidang


politik mencapai puncaknya. Ghazna yang semula adalah kerajaan kecil, yang di
sana-sini terdapat reruntuhan bangunan akibat perang, ia bangun kembali menjadi kota
yang megah yang kelak menjadi pusat kebudayaan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Kerajaan tersebut menjadi luas, dari pinggir laut Kaspia di utara hingga
sungai
Gangga di India, dari sungai Ozus di Amudarya (Asia Tengah) sampai sungai Indus
(pesisir selatan India).
Di bidang ekonomi, Ghaznawiyah menyelenggarakan tu‟mas –semacam
anggaran dana tak terduga, untuk memperbaiki lahan pertanian dan irigasi, mengawasi
jalur-jalur perdagangan, serta menghimpun upeti, dan pajak pendapatan perkebunan.
Sultan Mahmud juga membangun perguruan tinggi yang diberi nama Unsuri, yang
kemudian ternyata mampu mencetak banyak sarjana dalam berbagai disiplin

MASA KEMUNDURAN

Faktor kemunduran pun hampir sama dengan yang lain yakni ada konflik keluarga yang
saling menginginkan kekuasaan dan ada serangan dari dinasti saljuk denganbukti ada
beberapa daerah yang memisahkan diri dari kekuasaan dinastigha)niyah seperti di
utara dan barat ada dinasti Khan dari Turkistan dandinasti saljuk dari persia, di bagian
tengah ada Dinasti Jhuriyah dari Afganistan memberontak juga pada tahun 1186 di
lahore.
Thank you
ANY QUESTION ?
Fully Editable Icon Sets : A

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : B

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : C

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com

Anda mungkin juga menyukai