Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

THYPOID
Fadhil Mayudha
Isya Thulrahmi
Laras Adhya
Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat

pada saluran penecernaan (usus halus) dengan gejala demam 1

minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan

dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.


• 17 juta kasus
Epidemiologi • insidensi 600.000 kasus
kematian tiap tahun
Dunia

Umur penderita yang


terkena di Indonesia • sebagai penyakit endemis
Negara
dilaporkan antara 3- Berkemban
19 tahun pada 91% g
kasus.

• Pedesaan: 358/100.000
penduduk/tahun
• Perkotaan: 760/100.000
penduduk/ tahun atau
Indonesia
sekitar 600.000 dan 1.5 juta
kasus per tahun
Etiologi
• Salmonella Typhi

• Salmonella Paratyphi
Gejala Klinis
• Demam • Diare atau konstipasi

• Mengigau • Muntah

• Malaise • Perut kembung

• Letargi • Lidah kotor

• Anoreksia • Meteorismus

• Nyeri kepala • Hepatomegali

• Nyeri perut • Splenomegali

• Bradikardi relatif
Faktor Risiko
 Tidak mencuci tangan sebelum makan

 Kebiasaan jajan

 Sumber air bersih


ALUR DIAGNOSIS
ANAMNESIS

 Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi


pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus
menerus tinggi.

 Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia,


nyeri kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut
kembung.

 Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran,


kejang, dan ikterus.
ALUR DIAGNOSIS
PEMFIS

Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan


komplikasi. Kesadaran menerun, delirium, sebagian besar anak
mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan bagian
pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegal lebih sering
dijumpai daripada splenomegali. Kadang-kadang terdengar ronki
pada pemeriksaan paru.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan • Leukosit • Leukopenia (<2000 sel/microliter),
Darah Lengkap • Hemoglobin dapat leukositosis maupun normal
• Trombosit • Limfositosis relative (persentase
limfosit dari hasil hitung jenis leukosit
lebih besar dari nilai normal sesuai
usia.)
• Monositosis
• Trombositopenia (ringan)
• Anemia normokromik

Serologi Tubex TF
• Mendeteksi antibody IgM
Salmonella typhi
• Dilakukan pada 4-5 hari
pertama demam

Typhidot • lgM: menunjukkan infeksi akut.


• Dapat mendeteksi IgM dan Meningkat lebih awal tetapi lebih
IgG Salmonella typhi cepat menurun
• Dapat dilakukan pada 2-3 • lgG: menunjukkan infeksi kronis. Tetap
hari pertama demam bertahan pada fase penyembuhan
Pemeriksaan Penunjang
Tes Widal • Interpretasi hasil positif bila titer
• Reaksi aglutinasi antara antibodi aglutinin O minimal 1/320 atau
(aglutinin) dan antigen yang terdapat kenaikan titer hingga 4
bertujuan untuk menentukan kali lipat dengan interval 5-7 hari
adanya antibodi, yaitu aglutinin
dalam serum pasien yang
disangka menderita demam
tifoid.
Kultur Salmonella • Darah • Darah: pada minggu pertama
typhi • Feses sampai akhir minggu ke-2 sakit,
• Urin saat demam tinggi
• Cairan empedu • Feses: pada minggu kedua sakit
• Urin: Pada minggu kedua atau
ketiga sakit
• Cairan empedu: Pada stadium
lanjut penyakit, untuk mendeteksi
carrier typhoid.

Pemeriksaan SGPT, SGOT Sedikit meningkat


penunjang lain
Karier Tifoid
 Faktor resiko terjadinya outbreak demam tifoid

 Seseorang yang kotorannya (feses atau urin) mengandung S.


typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid tanpa disertai
gejala klinis.

 Tatalaksana: Pilihan regimen selama 3 bulan


 Ampisilin 100mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kgBB/hari
 Amoksisilin 100mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kgBB/hari
 Trimetropin-sulfametoksasol 2 tablet/2 kali/hari
Tatalaksana Tifoid
 Suportif

Tirah baring, isolasi memadai, serta kebutuhan cairan dan kalori


yang adekuat. Berikan diet makanan lunak (mudah dicerna) dan
tidak berserat. Setelah demam menurun, dapat diberikan
makanan yang lebih padat dengan kalori terpenuhi sasuai
kebutuhan.
Tatalaksana
Dewasa
 Medikamentosa

1. Kloramfenikol: 4x500 mg/hari selama 7 hari sampai dengan


hari bebas panas diberikan PO/IV

2. Tiamfenikol: 4x500mg/hari selama 7 hari sampai dengan hari


bebas panas. Memiliki resiko anemia aplastik lebih rendah
daripada kloramfenikol

3. Kotrimoksazol: 2x2 tablet (1 tablet mengandung


sulfametoksazol 400 mg dan trimetropim 80 mg)

4. Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu.


Aman bagi ibu hamil

5. Seftriakson: 3-4 gram dalam dextrose 100 cc diberikan selama


½ jam perinfus sekali sehari, selama 3-5 hari.
Tatalaksana Anak
1. Obati dengan Kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosisi per oral atau intravena) selama 10-14 hari.

2. Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai Amoksisilin 100


mg/kgBB/hari peroral atau Ampisin intravena selama 10hari, atau
Kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari (dibagi 2 dosis) peroral selama 10
hari

3. Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga


sefalosporin seperti Seftiakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari,
selama 5-7 hari) atau Sefiksim Oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
selama 10 hari).
Prinsip Tatalaksana Demam
Tifoid
Pencegahan
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap
anggota masyarakat tidak tertular oleh basil salmonella. Ada 3
pilar strategis yang menjadi program pencegahan, yakni:

 Mengobati secara sempurna pasien dan karier tifoid

 Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai


penularan

 Perlindungan dini agar tidak tertular


Komplikasi
1. Tifoid toksik (tifoid enselopati)

2. Syok septik

3. Perdarahan dan perforasi intestinal

4. Peritonitis

5. Hepatitis tifosa

6. Pankreatitis tifosa

7. Pneumonia

8. Komplikasi lain :
 Osteomielitis, artritis
 Miokarditis, perikarditis, endokarditis
 Pielonefritis, orkhitis
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia,
keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di
negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka
moralitas <1%. Dinegara berkembang, angka moralitasnya
>10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan,
pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi
gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis,
dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan moralitas yang
tinggi.
Kasus 1-Demam Tifoid di Puskesmas Langensari II
• Nama: Ny. Waway Hari pertama (22-03-19): Hari kedua (23-03-19):
• Usia: 55 tahun • S: Datang dengan keluhan lemas, mual, • S: keluhan sudah membaik namun
• Pekerjaan : guru pusing masih lemas, mual, pusing
• Alamat : Babakan, RT 2 RW • O: • O:
3 Kel. Muktisari  11.00  06.00
• Ruang rawat inap: Tulip 3 TD: 100/70 mmHg TD: 130/80 mmHg
Nadi: 82x/menit Nadi: 79x/menit
RR: 20x/menit RR: 20x/menit
Suhu: 36oC Suhu: 35,5oC
 17.00  12.00
TD: 140/80 mmHg TD: 150/90
Nadi: 80x/menit Nadi: 80x/menit
RR: 21x/menit RR: 20x/menit
Suhu: 35,9oC Suhu: 36,5oC
• A: Suspect gastritis. DD/ Typhoid  17.00
• P: TD: 140/90 mmHg
 IVFDRL 20 tpm, cek DL, widal, GDS Nadi: 80x/menit
 Amox S 3 dd tab 1 Nafas: 21x/menit
 PCT S 3 dd tab 1 Suhu: 36,1oC
 Antasid S 3 dd tab 1 • A: Gastritits DD/ Typhoid
 Vit. C S 2 dd tab 1

Hasil Lab:
• Leukosit: 4.000
• Trombosit: 175.000
• Salmonella typhi/TO: 1/160
• Salmonella typhi/TH: 1/80
Kasus 2 - Demam Tifoid di Puskesmas Langensari II
• Nama: An. Dairotun
• Usia: 13 tahun • S: Datang dengan keluhan panas dingin,
menggigil, mencret, dan pusing
• O:
TD: -
Nadi: 88x/menit
RR: 21x/menit
Suhu: 37,9oC
• A: Typhoid
• P:
 IVFDRL 20 tpm,
 Cek DL, widal,
 Ondansentron 1 ampul
 Amox S 3 dd tab 1  antibiotik diganti dengan
Cotrimoxazol S 2 dd 1
 PCT S 3 dd tab 1
 Antasid S 3 dd tab 1
 CTM S 3 dd tab 1

Hasil Lab:
• Trombosit: 225.000
• Salmonella typhi/TO: 1/160
• Salmonella typhi/TH: 1/320
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai