Anda di halaman 1dari 8

Potensi Zakat dan Zakat Sebagai

Alat Ukur Kemakmuran


Hello!
Grup A
Ita Nur Janah (175020501111010)
Penerimaan Baitul Maal

(Zakat, Infaq, Sadaqah, wakaf, fa’i,


PENDAHULUAN ghanimah, khums, dan kharaj)

ZAKAT
Kebijakan Fiskal Islami
Jumlah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan Bagaimana pemerintah
memaksimalkan
oleh orang yang penerimaannya dari jenis-jenis
beragama Islam dan penerimaan tersebut, yang
dalam bahasa modernnya
diberikan kepada sekarang ini disederhanakan
golongan yang berhak dalam bentuk “pajak”
menerimanya (8 asnaf)
menurut ketentuan
yang telah ditetapkan
oleh syarak. Instrumen APBN

(ensiklopedia)
POTENSI ZAKAT
. Pengembangan potensi zakat diperlukan untuk mengoptimalkan peran
zakat dalam perekonomian suatu negara, terutama untuk mengatasi
masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan pengangguran. Pada
hakikatnya zakat ini memiliki dampak ekonomi yang sangat positif, adapun
diantaranya sebagai berikut:

1 2 Zakat akan meningkatkan


Zakat mendorong tumbuhnya produksi, hal ini disebabkan
investasi karena harta yang karena mustahik zakat,
tidak diinvestasikan akan biasanya menggunakan
habis oleh zakat, untuk hartanya untuk dikonsumsi
menghindari hal tersebut, langsung, sehingga akan
maka orang akan terdorong merangsang investasi yang
untuk melakukan investasi. pada akhirnya meningkatkan
produksi.
3 Zakat berdampak positif terhadap pembangunan
ekonomi, karena salah satu mustahik zakat adalah
orang yang berhutang, baitul mal akan menjamin
orang yang memberi piutang, sebagaimana ini juga
menjamin orang yang berhutang maka hal ini akan
mencegah kebangkrutan dari kedua belah pihak
yang dapat menghalangi dari aktivitas
perekonomian.

Di Indonesia sendiri BAZNAS mencatat dalam


(2010) bahwa potensi zakat setiap tahunnya bisa
mencapai angka 19 triliun, namun tahun 2008 zakat
yang terkumpul baru Rp 900 miliar.
Hafidudin (Antara, 2009) menegaskan bahwa
pada 2006, pengumpulan zakat secara nasional
mencapai Rp 300 miliar, tahun 2007 meningkat
mencapai Rp 700 miliar dan pada 2008 naik menjadi
900 miliar.
ZAKAT SEBAGAI ALAT UKUR
KEMAKMURAN
Contoh : Khalifah Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz

Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz potensi zakat dikelola secara
maksimal. Adapun strategi pengelolaannya menggunakan sistem yang
professional, komprehensif, serta universal dan pendistribusian dana
zakat berorientasi pada berlipat gandanya pahala muzaki dan
peningkatan kesejahteraan para mustahik. Selain itu pemerintahan yang
bersih dan jujur juga berpengaruh pada penanganan zakat yang baik.

Zakat tidak hanya digunakan dalam Zakat dijadikan sebagai tolak ukur akan
arti harfiah sebagai materiil semata, kesejahteraan masyarakat, baik dari jumlah
akan tetapi merupakan kebijakan yang orang berzakat, besar zakat yang dibayarkan,
memberikan perhatian yang tinggi maupun jumlah penerima zakat.
pada pengelolaan zakat.
REFERENSI:

Huda, N., Ahmad Muti. 2011. Keuangan Publik Islam. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Priyono, Sugeng. Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal (jurnal)
http://www.antaranews.com/view/?i=1235991716&c=NAS&=02.2214-6-2010
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai