Nama Kelompok :
1. Yola Melanie Azzahra (P07125219003)
2. Sheilla Mey Risna Sari (P07125219008)
3. Nanda Amalia Susilowati (P07125219014)
Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-
ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri.
Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk,
patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai
berikut :
“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan
Artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku”
Al-Isra’ ayat 23:
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak”
Ayat – ayat tersebut merupakan dasar hukum atau dalil yang menjadi pedoman
dalam beribadah. Beribadah artinya menolak kemusyrikkan. Semua bentuk
menyekutukan Allah menciptakan penolakan Allah terhadap ibadah manusia.
2. As-Sunnah sebagai Dasar Hukum Kedua
Dasar hukum kedua dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT adalah As-
Sunnah atau Al-Hadis. Hadis yang memerintahkan manusia untuk beribadah kepada
Allah adalah sebagai berikut.
Dalam kitab Shahih Muslim Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:
Artinya :
“Barang siapa mengucapkan ‘la ilaha illallah’ dan ia mengingatkan semua
penyembahan kepada selain Allah maka haramlah harta dan darahnya serta
perhitungannya nanti ada pada Allah ‘Azza wajalla semata.”
Artinya :
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam” Q.S Al-An’am ayat 162
3. Niat beribadah hanya kepada Allah.
• TIDAK SYIRIK
Lawan daripada ikhlas adalah syirik (menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di
dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain Nya).
Contohnya : riya’ (memperlihatkan amalan pada orang lain), sum’ah
(memperdengarkan suatu amalan pada orang lain), ataupun ujub (berbangga diri
dengan amalannya).
• TAUBAT DARI DOSA DOSA
Orang yang rajin beribadah kepada Allah namun dalam waktu yang bersamaan ia
belum bertaubat dari perbuatan syirik dengan berbagai bentuknya, maka semua amal
ibadah yang telah dikerjakannya menjadi terhapus dan ia menjadi orang yang merugi
di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan”. [QS. Al An’aam: 88] “Dan Sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi nabi) yang sebelummu. “Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
Termasuk orang orang yang merugi”. [QS. Az Zumar: 65]
Seandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru kemudian
muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara yang telah
disyari’atkan oleh Allah dan Rasul Nya di dalam Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits Asy
Syarif.
Keutamaan ibadah
1. Ibadah di dalam syari’at islam meruapakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai
allah semata.
meninggalkan kemunkaran
6. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada rabb-nya dapat membebaskan
dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan,
harap dan cemas kepada mereka.
8. Puncak kecintaan dan keridhoan Allah SWT ada pada ibadah. Alaah SWT
telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-nya semata.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepda-Ku. (QS az-Zariyat[51]: 56 )”. Dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya Allah SWT rida terhadap
kalian pada tiga hal dan murka kepada kalian pada tiga hal, Dia rida
terhadap kalian dengan kalian beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. (HR. Muslim: 3236-Maktabah
Syamilah).
9. Allah SWT menjadikan ibadah sesuatu yang lazim (harus) ditunaikan oleh rasul-Nya
sampai datang kematiannya dan dengan ibadah itu pula Allah telah menyifati para
malaikat-Nya: Dan kepunyaan-Nyalah segala yang dilangit dan di bumi. Dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
mengibadahi-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan
siang tiada henti-hentinya. (QS al-Anbiya’[21]: 19-20).
Hakikat ibadah
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-
dzariat ayat 56, yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah
untuk beribadah kepada Allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala
sesuatu yang dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala
bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
MACAM-MACAM IBADAH DITINJAU DARI BERBAGAI SEGI
a. Dari Segi Ruang Lingkupnya.
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Ibadah khashsah, yaitu ibadah yang ketentuan dan caranya pelaksanaannya secara
khusus sudah ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji
2. Ibadah ‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik
dan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja,
amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang lain dan
sebagainya.
b. Dari Segi Bentuk dan Sifatnya.
Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ibadah terbagi dalam enam macam antara lain:
1. Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti: tasbih, tahmid, tahlil,
takbir, taslim, dan do’a
2. Ibadah-ibadah berupa perbuatan, seperti menolong orang yang karam atau yang
tenggelam, berjihad di jalan Allah SWT, membela diri dari gangguan,
menyelenggarakan mayat dan mandi.
3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu
4. Ibadah-ibadah yang terdiri dari melakukan dan menahan diri dari suatu
perbuatan, seperti ‘itikaf (duduk dirumah Allah) serta menahan diri dari
menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang
3. Mu’ad, yaitu ibadah yang diulang sekali lagi dalam waktunya untuk menambah
kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat secara berjamaah dalam waktunya
yang ditentukan setelah melaksanakannya secara sendirian pada waktu yang sama.
4. Muthlaq, yaitu ibadah yang tidak dikaitkan waktunya oleh syara’ dengan
sesuatu waktu yang terbatas, seperti membayar kiffarat, sebagai hukuman bagi
pelanggar sumpah.
5. Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu yang terbatas,
seperti shalat pada waktu subuh, zuhur, asar, magrib dan isya. Termasuk juga puasa
6. Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari yang diperlukan untuk
melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima waktu.
Seorang yang shalat diberikan kepadanya hak mengerjakan shalatnya di awal waktu, di
7. Mudhayyaq (mi’yar), yaitu ibadah yang waktunya sebanyak atau sepanjang fardhu atau
di-fardhu-kan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramadhan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain pada waktu
mempunyai persamaan pula dengan muwassa’, seperti pada ibadah haji. Dari segi
dalam setahun, dan dari segi keberlanjutan bulan-bulan haji itu menyerupai muwassa’.
CAKUPAN IBADAH
Ibadah dalam agama Islam mencakup ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah.
1.Ibadah Mahdhah
lainnya.
c.Ibadah badan
d.Ibadah harta
dan lainnya.
2.Ibadah Ghairu Mahdhah
asalnya bukan ibadah, akan tetapi berubah menjadi ibadah dengan niat yang baik.
perkara yang dianjurkan) yang asalnya tidak masuk ibadah, dengan niat mencari wajah
Allâh
Misalnya:
1. Mengeluarkan harta untuk keperluan diri sendiri, seperti makan, minum, dan sebagainya,
3. Memberi nafkah kepada anak dan istri dengan niat melaksanakan perintah Allâh
Subhanahu wa Ta’ala .
B. Meninggalkan muharramât (perkara-perkara yang diharamkan) untuk
mencari wajah Allâh Azza wa Jalla
1. Sebagai kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.
8. Bertobat