Pengertian Perikatan
Perikatan (verbintenis) adalah hubungan
hukum antara dua pihak di dalam lapangan
harta kekayaan, di mana pihak yg satu
(kreditur) berhak atas suatu prestasi, dan
pihak yg lain (debitur) berkewajiban
memenuhi prestasi itu. Oleh karena itu dlm
setiap perikatan terdapat hak di satu pihak
dan kewajiban di pihak lain.
lanjutan
Menurut Subekti, perikatan dikatakan sbg
hubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yg satu berhak
menuntut suatu hal dari pihak yg lain dan pihak
yg lain berkewajiban utk memenuhi tuntutan itu.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pihak yg berhak
menuntut disebut kreditur atau si berpiutang,
sedangkan pihak yg berkewajiban memenuhi
tuntutan disebut debitur atau si berutang.
lanjutan
Pasal 1338 KUHPerdata mengatur, setiap persetujuan
yg dibuat secara sah berlaku sbg undang2 bagi mereka
yg membuatnya. Buku III KUHPerdata ttg perikatan,
tdk memberikan suatu rumusan dari perikatan itu
sendiri, sehingga pemahaman perikatan senantiasa
didasarkan pada doktrin. Menurut Badrulzaman,
perikatan ialah hubungan yg terjadi di antara dua
orang atau lebih yg terletak di dlm lapangan harta
kekayaan di mana pihak yg satu berhak atas prestasi
dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
Unsur-unsur perikatan
Setelah mencermati pengertian perikatan, dpt
dipilah beberapa unsur:
1. Ada hubungan hukum
2. Kekayaan
3. Pihak-pihak
4. Prestasi
Sistem Hukum Perikatan
Apabila Hukum Benda menganut sistem tertutup dan
diatur dlm Buku II KUHPerdata, maka Hukum Perikatan
memiliki sitem terbuka yg diatur dlm Buku III
KUHPerdata.
Dalam hukum perikatan, para pihak diberikan
kebebasan seluas-luasnya utk mengadakan perikatan
(perjanjian) yg berisi apa saja, asalkan tdk
bertentangan dgn ketertiban umum dan kesusilaan.
Inilah yg dikenal dlm hukum perdata sbg hukum
pelengkap (optinal law).
Sumber Hukum Perikatan
Pasal 1233 KUHPerdata mengatur, “tiap-tiap
perikatan dilahirkan baik krn persetujuan baik
krn undang-undang.”
Sesuai ketentuan tsb, sumber hukum perikatan
adalah :
1. Persetujuan atau perjanjian;
2. Undang-undang
lanjutan
Persetujuan atau perjanjian adalah peristiwa di mana
seorang berjanji utk melaksanakan suatu hal. Dari
peristiwa inilah lahir hubungan hukum antara dua
orang yg disebut perikatan. Bentuk perjanjian itu
berupa suatu rangkaian perkataan yg mengandung
janji-janji atau kesanggupan yg diucapkan atau
dituliskan (Subekti).
Sumber lain perikatan adalah undang-undang. Sumber
ini dpt dibedakan menjadi: UU saja (semata-mata) dan
UU yg berhubungan dgn akibat perbuatan manusia.
lanjutan
Perikatan yg lahir krn semata-mata UU (UU saja)
misalnya, UU meletakkan kewajiban kpd orang tua dan
anak-anak utk saling memberi nafkah. Hak yg lahir dari
UU itu disebuit hak alimentasi.
Perikatan yg lahir krn perbuatan yg halal dijumpai dlm
Pasal 1354 KUHPerdata yg dikenal dgn istilah
“zaakwarneming”.
Perikatan yg lahir krn akibat perbuatan melawan
hukum dikenal dgn istilah onrechtmatige daad, seperti
yg dianut dlm Pasal 1365 KUHPerdata.
Macam-macam Perikatan
1. Perikatan Murni (bersahaja).
2. Perikatan Bersyarat (Pasal 1253 KUHPerdata)
3. Perikatan dgn Ketetapan Waktu (Pasal 1268
KUHPerdata).
4. Perikatan Manasuka (Pasal 1272 KUHPerdata)
5. Perikatan tanggung menanggung atau tanggung
renteng ((Pasal 1280 KUHPerdata).
6. Perikatan Dpt Dibagi dan Tdk Dapat Dibagi (Pasal
1390 KUHPerdata).
lanjutan
7. Perikatan dgn ancaman hukuman (Pasal 1304
KUHPerdata).
Prestasi dan Wanprestasi
Kreditur berhak atas sesuatu yg wajib diberikan
oleh debitur disebut “prestasi”. Sesuatu itu terdiri
atas memberikan , melakukan, atau tdk
melakukan . Hal itu sesuai Pasal 1234 KUHPerdata”
“Tiap2 perikatan adalah utk melakukan sesuatu,
utk berbuat sesuatu, atau utk tdk berbuat sesuatu.”
Sahnya Perikatan Kaitannya dgn Prestasi