Anda di halaman 1dari 30

FARMASETIKA II

PERTEMUAN KE-5

POTIO
HABEL ROY SULO, M.Si., Apt.

Prodi
Prodi S1
S1 Farmasi
Farmasi
Stikes
Stikes Dirgahayu
Dirgahayu Samarinda
Samarinda
Pengertian Potio (Obat
Minum)
Potiones atau obat minum
adalah larutan yang
dimaksudkan untuk pemakaian
dalam (per oral).
Selain berbentuk larutan, potio
dapat juga berbentuk emulsi
atau suspensi.
Misalnya Potio Alba Contra
Tussim (Obat Batuk Putih/OBP)
dan Potio Nigra Contra Tussim
Pengertian Potio
Potio (Potiones) adalah
Sediaan yang berupa cairan
untuk diminum, dibuat
sedemikian rupa hingga dapat
digunakan sebagai dosis
tunggal dalam volume yang
besar, umumnya 50 ml (Moh.
Anief, 2007)
Netralisasi
 Obat minum yang dibuat
dengan mencampurkan
bagian asam dan bagian basa
sampai reaksi selesai dan
larutan bersifat netral.
Contohnya:
 Solutio Citratis Magnesii.
 Amygdalat Ammonicus
Pembuatan Netralisasi
Seluruh bagian asam direaksikan
dengan bagian basanya, jika
perlu reaksi dipercepat dengan
proses pemanasan.
Reaksi gas (asam dan basa)
yang terjadi dibiarkan hingga
selesai dan larutan bersifat
netral.
Saturatio
 Obat minum yang
dibuat dengan
mereaksikan asam dan
basa tetapi gas yang
terjadi ditahan dalam
wadah sehingga larutan
jenuh dengan gas.
Pembuatan Saturatio :
Komponen basa dilarutkan dalam
2/3 bagian air yang tersedia. Mis
NaHCO3 digerus-tuang (adsiliben)
kemudian masuk ke dalam botol.
Komponen asam dilarutkan dalam
1/3 bagian air yang tersedia.
2/3 (sisanya) dari bagian asam
masukan kedlm basa, gas dibuang
seluruhnya. Sisa asam dituang
hati-hati lewat tepi botol, segera
tutup dengan sampagne knop
(berdrat), sehingga gas yang
Potio Effervescent
Potio Effervescent
adalah Saturatio yang
gas CO2 nya lewat
jenuh.
Pembuatan Potio
Effervescent
Komponen basa dilarutkan dalam 2/3
bagian air yg tersedia. Mis NaHCO3 di
gerus-tuang kmd masukkan dlm botol.
Komponen asam dilarutkan dlm 1/3
bagian air yg tersedia.
2/3 bagian asam masukkan ke dlm botol
yg sdh berisi bagian basanya, gas yg
terjadi dibuang seluruhnya.
Sisa bagian asam dituangkan hati-hati
lewat tepi botol, segera tutup dengan
sampagne knop. Sehingga gas yg terjadi
tertahan di dlm botol tersebut.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk
pengobatan, menjaga stabilitas obat dan
kadang-kadang dimaksudkan untuk
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan
saturatio dan potio effervescent adalah :
 Diberikan dalam botol yang kuat
(tahan terhadap tekanan), berisi
kira-kira 9/10 bagian dan
tertutup kedap dengan tutup
gabus atau karet yang rapat.
Kemudian diikat dengan
sampagne knop.
 Tidak boleh mengandung bahan
obat yang sukar larut, karena
tidak boleh dikocok.
 Pengocokan menyebabkan botol
menjadi pecah, karena botol
Pelarutan dengan Reaksi Kimia
Netralisasi Saturasi
Dengan Dengan
mencampurkan suatu mencampurkan
asam dengan suatu asam dengan suatu
basa (tidak karbonat, dimana
mengandung gas (sediaan jenuh
CO2) dengan gas CO2)
 Ac.citrat (Asam) + Adanya gas CO2
MgCO3 (basa) ----- dalam botol
Solutio Magnesii ------tekanan
Citratis (lewat jenuh dgn
Ac.Acetyl.Salicyl gas CO2)----
Pelarutan dengan Reaksi Kimia
Cara pembuatan sediaan Potio Effervescent:
1. Larutkan bagian asam
2. Larutkan bagian basa ----- masukkan botol
3. - ⅔ bagian asam ditambahkan sedikit-
sedikit kedalam basa sambil digoyang2
sampai gasCO2 habis
- sisa asam ditambahkan sekaligus -----
botol langsung ditutup rapat
Syarat Potio
Ada dua syarat terpenting dari
sediaan potio, yaitu;
1. Sediaan Potio harus berupa
suatu cairan (liquid).
2. Sediaan Potio harus
merupakan suatu sediaan
oral.
Perbedaan potio dengan
larutan, emulsi dan suspensi.
Perlu diperhatikan, meskipun potio bisa
berbentuk larutan, emulsi maupun
suspensi, tapi tidak semua dari ketiganya
bisa menjadi potio.
Larutan, emulsi dan suspensi masih
memiliki bentuk-bentuk pemakaian
topikal, yang tentunya sudah tidak bisa
dikategorikan kedalam potio, karena
sudah bukanlah merupakan sediaan oral.
Jadi perbedaannya adalah potio adalah
sediaan oral sementara larutan, emulsi
dan suspensi bukan hanya sediaan oral,
Komponen Pembentuk
Potio
Sediaan potio bisa dibuat dari
beberapa bentuk.
Perbedaan bentuk potio ini
tentunya membuat komponen
pembentuk potio berbeda pula.
Komponen Pembentuk Sediaan
Potio dapat berbentuk larutan,
emulsi maupun suspensi.
Potio Berbentuk Larutan
molekul-molekul larutan terdispersi secara
merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan potio, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis
dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.
Komponen utama pembentuk larutan
adalah zat aktif dan pelarutnya. Sedangkan
komponen yang biasa ditambahkan ialah
pemanis, penambah rasa, pengaroma,
pewarna, dan pembantu kestabilan.
Beberapa pelarut dalam pembuatan
larutan :Alcohol (USP) : ethyl alcohol,
Potio Berbentuk Suspensi
Suspensi merupakan sistem heterogen
yang terdiri dari dua fase yaitu fase
kontinue atau fase luar umumnya
merupakan cairan atau semi padat, dan
fase terdispersi atau fase dalam
terbuat dari partikel-partikel kecil yang
pada dasarnya tidak larut, tetapi
seluruhnya dalam fase kontinue.
Zat yang tidak larut bisa dimasukkan untuk
absorpsi fisiologi atau untuk fungsi
pelapisan dalam dan luar.
Secara umum, pembentuk suspensi ada 7,
Potio Berbentuk Emulsi
Sediaan emulsi pada dasarnya terdiri dari bahan aktif dan
komposisi dasar.
Contoh dari zat aktif pada emulsi adalah; Paraffin Liquid, Oleum
Iecoris Aselli, dan Curcubitae Semen. Sedangkan komposisi dasar,
yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri dari :
1. Fase dispersi/ fase internal/ fase continue/ fase disperse/ fase
dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di
dalam zat lain.
2. Fase continue/ fase eksternal/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu
zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan
pendukung) emulsi tersebut.
3. Emulgator. Bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
Emulgator bisa didapatkan dari tumbuh-tubuhan (Gom Arab,
tragakan, agar-agar, dan condrus), mineral (Magnesium
Alumunium Silikat dan bentonit), dan sintesis (sabun, tween dan
span)
Keuntungan sediaan cair
(potio)
1. Cocok untuk penderita yang sulit menelan tablet
2. Absorbsi obat lebih cepat dibandingkan dengan
sediaan oral lain.
3. Homogenitas lebih terjamin
4. Dosis dapat disesuaikan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan
padat, terutama bentuk larutan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat
mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan
lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan
padat. Hal ini dapat dikurangi dengan
memberikan obat dalam bentuk sediaan cair
karena faktor pengenceran
Kerugiaan sediaan cair (potio)
1. Tidak dapat dibuat utk senyawa obat yg tidak
stabil dlm air
2. Bagi obat yg rasanya pahit atau baunya tidak
enak sukar untuk ditutupi
3. Tidak praktis
4. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis
terbagi, kecuali sediaan dosis tunggal, dan harus
menggunakan alat khusus
5. Air merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis
reaksi
6. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus
atau oleh orang khusus (sediaan parenteral)
Sediaan Potiones di pasaran
1)  Potio Alba Contra Tussin
(Obat Batuk Putih/OBP)
2)  Potio Nigra Contra Tussin
(Obat Batuk Hitam/OBH)
Potio Nigra Contra Tussim
POTIO NIGRA CONTRA TUSSIM atau yg
biasa disebut dengan OBH (Obat Batuk
Hitam) : merupakan sediaan yg berbentuk
larutan yg berwarna hitam, dpt berfungsi
sbg sebagai pereda batuk, baik berdahak
ataupun tdk berdahak.
OBH Combi Plus mengandung bahan aktif
yg dpt mengatasi hidung yg tersumbat,
sakit kepala, demam disertai flu.
OBH Combi Plus dpt mengatasi demam krn
mengandung parasetamol dlm bahan
aktifnya yang berfungsi sbg antpiretik atau
penurun panas, selain itu juga berfungsi
Resep Standar OBH menurut
Formularium Nasional
POTIO NIGRA
Potio Hitam
Obat Batuk Hitam
OBH
 
Komposisi Tiap 300 ml mengandung :
Glycirrhizae Succus 10 g
Ammonii Chloridum 6 g
Ammoniae Anisi Spiritus 6 g
Aqua destilata ad 300 ml
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Dosis 4 sampai 5 kali 1 sendok makan
Resep Standar OBP menurut
Formularium Nasional
OBP ( Obat Batuk Putih)
POTIO ALBA
Potio Putih
Obat Batuk Putih
OBP
Komposisi Tiap 100 ml mengandung :
Ammoniae Anisi Spiritus 1g
Oleum Menthae Piperitae gtt 1
Sirupus Simplex 10 g
Aqua destilata ad 100 ml
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Dosis 3 sampai 4 kali sehari 1 kali
Teknik Dasar Pembuatan Potio
Potio atau sirup obat yang
diminum dalam pembuatannya
pada praformulasi umumnya
dilakukan hal-hal berikut :
Melarutkan zat aktif dilarutkan
dahulu sesuai kelarutannya,
kelarutan zat dapat dilihat pada
buku standar Farmakope Indonesia
III atau FI IV.
Bila zat aktif tidak larut, maka perlu dibuat
suspensi, pensuspensi yg umum digunakan:
1.Carboxy Methyl Celullose (CMC) 0,5 – 2 %
b/v (umumnya 1%), perlakuan terhadap
CMC dengan cara ditabur di atas air panas
(dua puluh kalinya) ad mengembang.
2.Pulvis Gummosus (PGS) 1%, biasanya
untuk bahan obat yang kurang berkhasiat
keras.
3.Pulvis Gummosus (PGS) 2%, biasanya
untuk bahan obat yang berkhasiat keras.
Bila potio mengandung bahan minyak,
maka sediaan dibuat emulsi, misalnya:
 Minyak ikan (dipakai Pulvis Gummi
Arababicum (PGA) 30% dari berat
minyak).
 Minyak jarak (dipakai PGA 1/3 kali
berat minyak).
 Parafin cair : sebaiknya dipakai PGA
½ kali jumlahnya, dibuat corpus
dulu, baru ditambahkan parafin
sedikit-sedikit.
Bahan Tambahan
SASA : Jika ada sirup, ditimbang ke dalam
sirup, sambil diaduk-aduk. Jika tidak ada
sirup, ditambahkan terakhir ke dalam
botol, sambil dikocok.
Succus : digerus dengan air panas
secukupnya, jangan terlalu banyak, sulit
menggerusnya.
Tingtur atau Ekstrak cair : diencerkan
dengan air secukupnya, atau langsung
dimasukkan ke dalam botol sidikit-sedikit
sambil dikocok.
Ekstrak kental : diencerkan dengan air
hangat secukupnya.
Bahan Tambahan
Sirup quantum satis (q.s) : jika bahan obat keras diambil
10% (dalam gram), jika obat keras harus ditanyakan
jumlahnya.
Saccharum album = gula : kalau diganti dengan sirupus
simplex = 100/65 x jumlah gula
Sirup : berfungsi menstabilkan “corpus” (suspensi atau
emulsi), ditambahkan ke dalam corpus sebelum
diencerkan dengan air.
Jika ada pembasah (wetting agent) : bahan yang tidak
larut digerus dulu dengan pembasah, baru digerus
dengan zat pensuspensi. Contoh zat pembasah : Gliserol,
Propilen Glikol, Sorbitol, Tween.
Arsen trioksida : diganti dengan solutio Kalii arsenitis
sebanyak 100 kalinya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai