Anda di halaman 1dari 10

Corona virus

Virus Corona adalah keluarga besar virus yang meliputi virus


yang dapat menyebabkan penyakit ringan seperti demam biasa
serta penyakit parah seperti Sindrom Pernapasan Akut Berat
(Severe Acute Respiratory Syndrome - SARS) pada manusia. Ada
3 subkelompok virus corona: alfa (α), beta (β) dan gamma (γ).
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV),
yang sebelumnya disebut novel coronavirus (NCoV), adalah
virus corona beta yang belum teridentifikasi pada manusia
sebelumnya dan berbeda dengan virus corona lainnya
(termasuk virus corona SARS) yang belum ditemukan pada
manusia atau binatang.
ETIOLOGI
Awalnya, virus ini dinamakan Human Coronavirus-EC, tapi kemudian
oleh konsensus global diubah menjadi MERS- CoV. Virus ini merupakan
spesies beta Coronavirus garis keturunan C yang baru saja ditemukan
dan menginfeksi manusia. Struktur genom MERS-CoV menggambar-
kan dipeptil-peptidase 4 (DPP4, atau CD26) diidentiikasi sebagai
reseptor host-sel untuk entry sel. MERS-CoV berasal dari keluarga
Corona virus. Corona virus pada manusia pertama kali diklasifikasikan
pada pertengahan 1960-an. Alpha, beta, gamma dan delta merupakan
sub kelompok Corona virus. Saat ini ada enam Corona virus yang dapat
memengaruhi manusia yaitu:
1. Corona virus Alpha: Corona virus 229E manusia dan Corona virus
NL63 manusia (HCoV-NL63, New Haven coronavirus).
2. Corona virus Beta: Corona virus OC43 manusia, Corona virus HKU1
manusia, SARS-CoV, dan MERS-CoV
MERS-CoV pertama kali dilaporkan di Arab Saudi. Asal virus ini masih
belum diketahui. Studi awal menunjukkan bahwa MERS-CoV
mungkin berhubungan dengan virus Zoonosis yang ditemukan di
kelelawar, tetapi bukti yang terbaru
menunjukkan bahwa virus ini mungkin lebih banyak ditemukan pada
unta. Corona virus biasanya menginfeksi satu jenis spesies atau yang
terkait erat. Hal ini berdasarkan penyelidikan 2 kasus manusia yang
terinfeksi MERS-CoV bulan Oktober 2013 dan dilakukan pemeriksaan
pada unta
Dromedaris di sebuah peternakan di Qatar yang terkait dengan 2
kasus tersebut. MERS-CoV secara virologi dikonfirmasi melalui
spesimen hidung unta tersebut. Kemungkinan penularan MERS dapat
melalui kontak langsung dari percikan dahak dan tidak langsung
melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis
• Demam 90% kasus,
• Letih-lemah-lesu dan batuk kering 80%,
• Sesak 20%,
• Distress pernapasan 15%.
• Rontgen dada memberikan gambaran adanya perubahan di
kedua lapangan paru.
• Vital sign umumnya stabil saat dalam perawatan.
• Pemeriksaan mikroskopis sediaan darah umumnya memberikan
gambaran hitung sel darah putih yang rendah (leukopenia dan
limfopenia).
PENCEGAHAN

Kesehatan pribadi
 Menjaga kebersihan tangan
 Sering mencuci tangan dengan sabun cair dan air terutama setelah
bersin, batuk atau membersihkan hidung
 Basuh tangan dengan pembersih tangan berbasis alkohol 70 – 80%
jika tidak tampak kotor
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum mencuci
tangan
 Menutup hidung dan mulut dengan kertas tisu ketika bersin dan
buang kertas tisu kotor di tempat sampah berpenutup
 Meningkatkan kekebalan tubuh yang baik dengan menjalani diet
yang seimbang, olahraga teratur istirahat yang cukup, jangan
merokok dan hindari konsumsi alkohol
Kesehatan lingkungan
Meskipun virus corona dapat bertahan hidup selama beberapa
waktu di lingkungan, namun virus tersebut mudah dihancurkan dengan
sebagian besar detergen dan agen pembersih. Adalah penting untuk:
 Menjaga ventilasi yang baik
 Menghindari mengunjungi tempat ramai dengan ventilasi buruk
 Menjaga kebersihan rumah – bersihkan dan basmi kuman permukaan
yang sering disentuh, perabotan, barang yang sering dipakai bersama
dan lantai minimal setiap hari dengan menggunakan disinfektan yang
tepat. Untuk permukaan non-logam, bersihkan dengan pembersih
rumah tangga yang diencerkan (dengan mencampur 10ml pemutih yang
mengandung 5,25% sodium hipoklorit dengan 990ml air), tunggu
sampai kering lalu bilas dengan air. Untuk permukaan logam, bersihkan
kuman dengan alkohol 70%
PENATALAKSANAAN
Seiring dengan perkembangan pesat, pilihan terapi yang efektif merupakan
sebuah prioritas yang tinggi karena belum ada antivirus yang disepakati untuk
pengobatan infeksi corona virus maupun vaksin yang tersedia untuk
pencegahan.
Terapi infeksi MERS adalah bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien,
berupa pemberian hidrasi, antipiretik, analgesik, bantuan pernapasan, dan anti-
biotik jika diperlukan untuk mengatasi infeksi sekunder.
Pada pasien dengan gangguan pernapasan berat harus hati-hati dalam
pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat
memperburuk oksigenasi, terutama dalam situasi terdapat keterbatasan
ventilasi mekanik. Pada pasien pneumonia komunitas dan diduga terinfeksi
MERS-CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik (berdasarkan epidemiologi
dan pola kuman setempat) secepat mungkin sampai diagnosis ditegakkan.
Terapi empirik kemudian disesuaikan berdasarkan
hasil uji kepekaan
Pada pasien dengan gangguan pernapasan berat harus hati-hati
dalam pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan secara
agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam situasi
terdapat keterbatasan ventilasi mekanik. Pada pasien pneumonia
komunitas dan diduga terinfeksi MERS- CoV, dapat diberikan
antibiotik secara empirik (berdasarkan epidemiologi dan pola
kuman setempat) secepat mungkin sampai diagnosis ditegakkan.
Terapi empirik kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji
kepekaan.
WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi
karena dapat menyebabkan efek samping serius berupa
infeksi oportunistik, nekrosis avascular, infeksi baru bakteri dan
kemungkinan terjadi replikasi virus yang berkepanjangan.
Oleh karena itu, kortikosteroid harus dihindari kecuali diindikasikan
untuk alasan lain.Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda
depresi napas berat, hipoksemia (SpO2 <90%) atau syok. Mulai
terapi oksigen dengan 5 L/menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90% pada
orang dewasa yang tiak hamil dan SpO2 ≥ 92%-95% pada pasien
hamil

Anda mungkin juga menyukai