Anda di halaman 1dari 22

Materi Penyuntingan Berita

Bahasa Jurnalistik

Suprianto Annaf (suprianaf@yahoo.com)


 Singkat: menghindari penjelasan yang panjang dan
bertele-tele.

 Tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar


secara tak langsung menggambarkan hasil pilihan Komisi III.
Bisa dikatakan, DPR kecolongan memilih orang yang
ternyata melakukan tindak korupsi.

Perbaikan:
 Tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar
menjadi potret buruk hasil pilihan di Komisi III DPR.
 Padat: singkat, mampu menyampaikan informasi yang lengkap.
Prinsip 5 W 1H, buang kata-kata mubazir, ekonomi kata.

 Ruhut mengungkapkan Komisi III seharusnya dapat


berjiwa besar dalam melakukan fit and proper test
sebaiknya dengan melibatkan akademisi dan
pengamat.

Perbaikan:
 Ruhut mengungkapkan Komisi III seharusnya
berjiwa besar dalam melakukan fit and proper test
dengan melibatkan akademisi dan pengamat.
 Sederhana: memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat
majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif,
praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan
pengungkapannya (bombastis).

 Pada Rabu (2/10), KPK telah memeriksa Direktur PT DGI Dudung Purwadi
yang ketika bersaksi dalam persidangan kasus suap Wisma Atlet SEA
Games, ia mengakui bahwa perusahaannya beberapa kali mendapatkan
proyek dari Nazaruddin selain Wisma Atlet SEA Games, yaitu proyek
pembangunan Rumah Sakit Infeksi di Surabaya tahun 2008 dengan nilai
proyek sekitar Rp400 miliar dan proyek pembangunan RS Adam Malik
2009.

Perbaikan:
 Pada Rabu (2/10), KPK telah memeriksa Direktur PT DGI Dudung Purwadi.
Saat bersaksi dalam persidangan kasus Wisma Atlet SEA Games, Dudung
mengakui perusahaannya beberapa kali mendapatkan proyek dari
Nazaruddin selain Wisma Atlet SEA Games, yaitu proyek pembangunan
Rumah Sakit Infeksi di Surabaya tahun 2008 dengan nilai proyek sekitar
Rp400 miliar dan proyek pembangunan RS Adam Malik 2009.
 Lugas: mampu menyampaikan pengertian/makna informasi
secara langsung, menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

 Berdasarkan dokumen KPK, sejumlah proyek di beberapa kementerian diduga


tendernya digiring oleh Grup Permai dan anak usahanya antara lain Kementerian
Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Kementerian Agama, hingga Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

Perbaikan:
 Berdasarkan dokumen KPK, sejumlah tender proyek di beberapa kementerian
diduga digiring oleh Grup Permai dan anak usahanya, antara lain di Kementerian
Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Kementerian Agama, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penangkapan terhadap lima


orang, antara lain Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar pada Rabu
(2/10) malam.
 KPK menangkap lima orang….
 Menarik: menggunakan pilihan kata yang masih
hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari
kata-kata yang sudah mati.

Contoh Kasus:
 sintas, mangkus, sangkil, pindai, longgokan

Bandingkan:
 survive (Inggris), efektif, efesien, klaster
 Logis: Bahasa jurnalistik harus dapat diterima dan
sekaligus mencerminkan nalar.

Contoh Kasus:
 Pemerintah berusaha mengentaskan kemiskinan.
 U-19 memenangkan pertandiang liga AFF…
 Iring-iringan jenazah Michael Jackson menuju
permakaman…
 Populis: Istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-
karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran 
khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.

Contoh Kasus:
 petahana, rasywah, daring, unduh, unggah, buncah
 bujet, gadget,
 dipetieskan, dipolisikan (karena ada kata dipenjarakan)
 pemipaan (bukan pipanisasi)
 Casey Stoner memastikan kembali mengaspal pada
Mogo-GP Philip Island, tahun ini.
 melantai
 dll
 Pilihan kata (disksi): Setiap kata yang dipilih memang
tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang
ingin disampaikan kepada khalayak.

Contoh Kasus:
 acuh = peduli, membuncah = menggelisahkan, mengacaukan…
 Penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dinilai bakal
mendegradasi kewibawaan dan kepercayaan masyarakat terhadap
Mahkamah Konstitusi. Untuk itu, MK harus secepatnya mengambil
langkah pembenahan dan pembersihan di internal.
= menurunkan, mengurangi
 Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane
menyatakan tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi menunjukkan hukum di
Tanah Air sudah tergadai.
= terbeli
 Menghindari kata tutur: Kata tutur ialah kata yang
biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari
secara informal.

Contoh Kasus:
 bakal, mau, bilang, enggak, bikin, dikasih tau,
telor, supir, nunggu, entar
 Tunduk pada etika/norma: Salah satu fungsi utama pers
adalah edukasi, mendidik (to educated). Fungsi ini bukan saja harus
tecermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-aritikelnya,
tetapi juga harus tampak pada bahasanya.

Contoh Kasus:
 nama: bunga, melati, mawar, AQJ
 tanpa busana, alat vital
Selain itu, KPK menangkap dua orang lainnya,
yakni Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah,
Hambit Bintih, dan pihak swasta DH di hotel di
kawasan Jakarta Pusat. Dalam operasi tangkap
tangan, KPK menyita uang dolar Singapura. Jika
dirupiahkan, nilainya sekitar Rp3 miliar.
 Menghindari istilah teknis: Bidang kedokteran,
bidang teknologi, dan bidang mikrobiologi

Contoh Kasus:
 Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan berakibat
pada ensefalitis akut (peradangan di otak) pada makluk hidup berdarah
panas. Penyakit ini dapat ditularkan dari satu spesies ke spesies lainnya,
misalnya dari anjing ke manusia.
 Gramatikal: Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa
pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus
mengikuti kaidah tata bahasa baku.

 Kata baku: imbau bukan himbau, asasi bukan azasi


 Kekonsistenan Bentuk kata: memukul, memublikasikan, memopulerkan

 Penghematan Unsur Kata


Beberapa kata Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan
tata bahasa dan jelasnya arti. Misalnya:
 agar supaya ................. agar, supaya
pada tanggal ................pada, tanggal
apabila ................. bila
saling bersalaman ................. bersalaman (resiprokal)
meskipun ................. meski
walaupun ................. Walau
sangat (kata sifat) sekali ........sangat, sekali
Bahasa Jurnalistik
 Kata hanya dan saja tidak dapat digunakan bersamaan.
 Misalnya: ''Kenaikan harga daging ayam tidak hanya membebani ibu
rumah tangga saja, tetai juga kalangan pengusaha rumah makan''.

 Ejaan yang salah kaprah justru bisa diperbaiki dengan menghemat huruf.
Misalnya: syah > sah; syaraf> saraf; kongkret > konkret; himbau > imbau;
terlantar > telantar; mengesampingkan > menyampingkan

 Patokan: EYD!
 Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:
kemudian = lalu; makin = kian; terkejut = kaget; sangat = amat; demikian =
begitu; sekarang = kini
Bahasa Jurnalistik
 Pemakaian untuk sebagai terjemahan to (Inggris) yang sebenarnya bisa
ditiadakan:
 Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India.
(Bisa disingkat: ''Uni Soviet cenderung mengakui............).
- Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami.
(Bisa disingkat: ''Pendirian semacam itu mudah dipahami.....)

 Pemakaian adalah sebagai terjemahan is atau are (Inggris) tak selamanya


perlu:
 Kera adalah binatang pemamah biak
(Bisa disingkat: Kera binatang pemamah biak).
Bahasa Jurnalistik
 Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa
dihapuskan, kalau ada keterangan waktu:
 - Presiden besok akan meninjau pabrik ban Good year.
(Bisa disingkat: ''Presiden besok meninjau pabrik.........).
- Tadi telah dikatakan ........
(Bisa disingkat: Tadi dikatakan).
- Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri.
(Bisa disingkat: Kini Clay mempersiapkan diri).
 Pembubuhan bahwa sering bisa ditiadakan:
 - Gubernur membantah desas-desus yang mengatakan bahwa ia akan diganti.
- Tidak diragukan lagi bahwa ialah orangnya yang tepat. (Bisa disingkat: Tak diragukan
lagi, ialah orangnya yang tepat).
 Yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang-kadang
juga bisa ditiadakan dalam konteks kalimat tertentu:
 - ''Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia''.
(Bisa disingkat: Indonesia harus menjadi tetangga baik Australia).
- Kami ialah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia.
Bahasa Jurnalistik
 Pembentukan kata benda (ke + ..... + an atau pe + ........ + an) yang berasal dari
kata kerja atau kata sifat, kadang, kadang, meski tak selamanya, menambah
beban kalimat dgn kata yg sebenarnya tak perlu:
 - Tanggul kali Citanduy kemarin mengalami kebobolan  Tanggul kali Citanduy kemarin
bobol.
- PN Sandang menderita kerugian Rp3 juta  PN Sandang rugi Rp3 juta.
- Ia telah tiga kali melakukan penipuan terhadap saya  Ia telah tiga kali menipu saya.
- Ditandaskannya sekali lagi bahwa DPP kini sedang memikirkan langkah-langkah untuk
mengadakan peremajaan dalam tubuh partai  Ditandaskannya sekali lagi, DPP sedang
memikirkan langkah-langkah meremajakan tubuh partai.
 Penggunaan di mana, kalau tak hati-hati, juga bisa tak tepat & boros. Di mana
sebagai kataganti penanya yang berfungsi sebagai kata ganti relatif muncul
dlm bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa Barat.
 Misalnya: Rumah di mana saya diam, yang berasal dari The house where I live in, dalam bahasa
Indonesia semula sebenarnya cukup berbunyi: Rumah yang saya diami. Misal lain: Negeri di
mana ia dibesarkan'', dalam bahasa Indonesia semula berbunyi: Negeri tempat ia dibesarkan.
Bahasa Jurnalistik
 Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea
 Bahasa jurnalistik mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun
pemakaian bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya
kekomunikatifannya.

 Pemakaian kata-kata yang bernas.


 Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak
kosakata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang
dikuasainya dan sanggup diungkapkannya.
 Dalam penggunaan kata, ada dua persoalan: ketepatan dan
kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan apakah pilihan
kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan
pembaca. Sedangkan kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata
yang tidak merusak wacana.
Bahasa Jurnalistik
 Penggunaan kalimat efektif.
 Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan
penerimaan itu berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat
isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si
pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat ditunjang antara
lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain polanya harus
benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.

 Penggunaan alinea/paragraf yang kompak.


 Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat
satu gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea
bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
memisahkan suatu tema dari tema yang lain.
Bahasa Jurnalistik

Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik


dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:

1. Penyimpangan morfologis. Penyimpangan ini sering


dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat
aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan
penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefik
atau awalan dihilangkan.

Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank.


Israil Tembak Pesawat Mata-mata.
Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.
Bahasa Jurnalistik
2. Kesalahan Sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tata bahasa atau
struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan
pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus.

Contoh:
 Kerajinan Desa Kasongan banyak diekspor hasilnya ke Amerika Serikat.

Seharusnya kalimat tersebut diubah:


Hasil kerajinan Desa Kasongan banyak diekspor ke Amerika.

3. Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan


kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan.
Contoh:
 Penculikan mahasiswa oleh oknum Kopassus itu merupakan pil pahit
bagi TNI.
Bahasa Jurnalistik
4. Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam
surat
kabar. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan
kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal
ditulis jadual, sinkron ditulis singkron, antarkota ditulis antar kota,
ekstrakurikuler ditulis ekstra kurikuler, dll.

5. Kesalahan pemenggalan. Terkesan setiap ganti garis pada setiap


kolom kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan
pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program
komputer berbahasa Inggris. Hal ini sudah bisa diantisipasi dengan
program pemenggalan
bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai