Anda di halaman 1dari 44

Asuhan Keperawatan

sistem integument
Scabies, luka bakar, dan kanker kulit
Nama kelompok :

Dony Megapratama (131811133049)


Ayu Arihanakita S (131811133088)
Rofiqa Dwi Febriyanti (131811133141)
Fara Amalia Riadini (131811133144)
Irfani Zukhrufatul Maulida (131811133145)
Hana Tashya Agatha P (131811133152)
SCABIES
DEFINISI

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei
termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit skabies sering disebut kutu badan,
penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia,
dan sebaliknya (Widodo, 2013: 312).
ETIOLOGI

Penyebab penyakit skabies sudah lama dikenal lebih


dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi
tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada
manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis.

Setelah tungau betina kawin, ia akan menggali


terowongan pada Stratum Corneum, dan bertelur 2-
4 telur didalam terowongan tersebut dan siklus
hidup tungau ini menimbulkan sensitisitas tubuh.
PATOFISIOLOGI
Skabies ditularkan melalui migrasi tungau betina yang telah dibuahi dari satu orang ke orang lain yang
dapat terjadi melalui kontak langsung (skin-to-skin attachment) maupun tidak langsung.

Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum kulit dengan
kecepatan 2-3 mm sehari sambil meletakkan 2-4 butir telur sehari, hingga mencapai jumlah 40 hingga
50 telur. Telur-telur ini akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva dengan tiga
pasang kaki. Larva dapat tinggal di dalam terowongan maupun keluar ke permukaan kulit. Setelah 2-3
hari, larva akan berubah menjadi nimfa dan mempunyai 2 bentuk yaitu jantan atau betina. Secara
keseluruhan, siklus hidup skabies mulai dari telur hingga dewasa memerlukan 8-12 hari. Literatur lain
menyatakan bahwa hanya membutuhkan 10-17 hari untuk menciptakan tungau betina infeksius baru
yang dapat bermigrasi ke individu lain. Periode inkubasi pada orang tanpa paparan terhadap skabies
sebelumnya hingga akhirnya menimbulkan gejala berkisar antara 2-6 minggu.
MANISFESTASI KLINIS

• Pruritus nokturna, gatal hebat pada malam hari


• Pustule dan ekskoriasi
• Ruam
FAKTOR RISIKO

• Kontak dengan penderita scabies


• Usia (Bayi, anak-anak dan lansia)
• Rendahnya tingkat personal hygiene
• Kondisi lingkungan yang mendukung untuk
berkembangnya skabies seperti kepadatan hunian, sanitasi
yang tidak baik, dan akses air bersih yang sulit
• Penggunaan alat mandi secara bergantian
PENATALAKSANAAN

A. Farmakologis

• Permetrin
Permetrin adalah piretroid sintetis dan insektisida kuat

• Lindane
Terdapat empat penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat penyembuhan dari lindane berkisar antara
49% sampai 96% bila diukur pada 4 minggu setelah satu aplikasi topikal lindane

• Ivermektin
Konsentrasi puncak ivermektin dalam plasma dicapai dalam 4 jam pemberian oral.
PENATALAKSANAAN

• Crotamiton
Krim Crotamiton 10% digunakan untuk aplikasi topikal dari dagu ke bawah, dengan aplikasi berulang
disarankan pada 24 jam

• Benzyl Benzoate
Skabisida yang digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan sulfiram topical

• Sulfur
Menurut literatur, salep sulfur 10% merupakan pengobatan yang efektif untuk skabies
PENATALAKSANAAN

B. Non-Farmakologis

• Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara serentak.
• Higiene perorangan (mandi bersih, menggunakan sikat untuk menyikat badan, sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika)
• Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut harus
dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam
PEMERIKSAAN PENUNJANG

o Menggunakan gelas pembesar atau mikroskop cahaya untuk


menemakan tungau.
o Pemeriksaan histoparologik melalui biopsi kulir juga dapar
dilakukan.
o Pemeriksaan penunjang dan Laboreatarita pula Peapakr Kuiie dun
Kelemin
KANKER KULIT
DEFINISI

Kanker kulit adalah sebuah kondisi di mana sel-sel kulit mengalami


pertumbuhan abnormal. Area kulit yang paling umum mengembangkan
kanker adalah area yang paling sering terpapar sinar matahari, namun
kanker juga bisa terjadi di area kulit yang tidak terkena sinar matahari.
(dr. Jati Satriyo, 2019).
KLASIFIKASI

kanker kulit dibedakan berdasarkan jenis sel yang terkena:


1. Melanoma Malignum (MM)
2. Non Melanoma Malignum
- Karsinoma sel basal (KSB)
- Karsinoma sel Skuamosa(KSS). (Ajoemedi soemardi, 2016).
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO

Faktor umum : Sinar UV, Kulit Putih, Paparan karsinogen, Genetik

Faktor NON-MELANOMA : Faktor MELANOMA :

- Ada jaringan parut - Nervus displastik


- Terpapar zat kimia arsenic - Memiliki lebih dari 50 tahi lalat
- Riwayat kanker melanoma
- Terppar radiasi
- Actinic keratosis
- HPV
PATOFISIOLOGI (non-MELANOMA)

patogenesis dari KSB berkembang pada lapisan sel basal epidermis. Paparan sinar
mataharip dapat membuat p53 bermutasi Hal ini menyebabkan kerusakan DNA .
karena p53 berfungsi mengaktivasi perbaikan DNA, menahan siklus sel pada titik
G1/S saat kerusakan DNA, serta mengontrol proses apoptosis. Karena adanya
mutasi, perbaikan DNA menghilangkan sebagian kerusakan yang ditimbulkan UV
sehingga tidak semua lintasan DNA menghilang. Dengan demikian, kerusakan DNA
kumulatif terjadi. Sebuah gen yang umum ditemukan bermutasi dalam KSB adalah
gen PTCH. Sebuah gen mutasi pada kromosom PTCH 9q22.3, yang menghambat
jalur sinyal hedgehog. Terikatnya Sonic Hedgehog (SHH) pada (PTCH 1) yang
merupakan tumor supressor akan menginduksi G protein coupled receptor
smoothened (SMO), yang selanjutnya akan menginduksi GLI sebagai faktor
transkripsi. Danmenyerang sel skuamosa/ basal . (Rosita,2018)
PATOFISIOLOGI (non- MELANOMA)
PATOFISIOLOGI (MELANOMA)
Karsinoma sel skuamosa terjadi akibat kerusakan genetik yang mempengaruhi
kromosom dan gen P53, akhirnya terjadi perubahan DNA. Akumulasi perubahan
tersebut membuat mutasi genetik TP53 yang selanjutnya mengaktifkan Epidermal
Growth Factor Receptor (EGFR) yang terdapat pada jaringan epitel skuamosa
normal lapisan basal. EGFR mengaktifkan jalur Ras-Raf-MEK-ERK yang
mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel serta jalur phosphatidylinositol 3-
kinase-Akt/PKB yang mempengaruhi angiogenesis dan penghambatan apoptosis.
Sehingga aktivasi EGRF memicu disregulasi sel sehingga terjadi pertumbuhan
otonom dan perkembangan yang invasif. Proses neoplastik awalnya bermanifestasi
secara intraepitel dekat membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian
terjadi pertumbuhan klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan,
menggantikan epitelium normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun,
terjadi invasi membran dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif.
PATOFISIOLOGI (MELANOMA)
Karsinoma sel skuamosa terjadi akibat kerusakan genetik yang mempengaruhi
kromosom dan gen P53, akhirnya terjadi perubahan DNA. Akumulasi perubahan
tersebut membuat mutasi genetik TP53 yang selanjutnya mengaktifkan Epidermal
Growth Factor Receptor (EGFR) yang terdapat pada jaringan epitel skuamosa
normal lapisan basal. EGFR mengaktifkan jalur Ras-Raf-MEK-ERK yang
mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel serta jalur phosphatidylinositol 3-
kinase-Akt/PKB yang mempengaruhi angiogenesis dan penghambatan apoptosis.
Sehingga aktivasi EGRF memicu disregulasi sel sehingga terjadi pertumbuhan
otonom dan perkembangan yang invasif. Proses neoplastik awalnya bermanifestasi
secara intraepitel dekat membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian
terjadi pertumbuhan klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan,
menggantikan epitelium normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun,
terjadi invasi membran dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KSB,KSS, dan MM
No Keterangan KSB KSS MM
1. Penyebab Sinar UV dan jenis kulit
2 Lokasi menyerang lapisan sel menyerang sel Menyerang melanosit di
basal epidermis atau skuamosa, di laisan lapisan epidermis
folikel rambut epidermis maupun dermis(kadang
berada pada subkutan)

3. Faktor risiko o Adanya bekas luka o Actinic keratosis o Memiliki nevus


lama displastik
o Human
o Terpapar oleh zat papillomavirus o Memiliki lebih dari 50
kimia arsenik (HPV) buah tahi lalat

o Pernah menjalani
terapi radiasi
4.
Karakteristik  terdiri dari satu atau  nodul kecil dengan  Bentuk tahi lalat tidak
beberapa nodul kecil batas yang tidak teratur.
seperti lilin (waxy), jelas  Garis luar tahi lalat
 semitranslusen  berwarna sama yang membatasinya
berbentuk bundar dengan warna kulit dengan kulit berlekuk,
dengan bagian tengah atau agak sedikit bergigi, dan tidak
lesi cekung (central eritema teratur.
depresion) dan bisa  Permukaan tumor  warna tahi lalat
mengalami ulserasi dan mungkin granular menjadi berubah dan
pendarahan dan mudah biasanya tahi lalat
 bagian tepi meninggi berdarah memiliki distribusi
seperti mutiara yang  pinggir ulkus warna yang tidak
merupakan tanda khas biasanya meninggi merata.
dan mengeras  Berdiameter yang lebih
besar dari 1/4 inci atau
sekitar 6 mm.
MANISFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada melanoma maligna sudah dikenal dengan “Melanoma Maligna ABCDEF”,
sebagai berikut:
A : Asymetry, yaitu bentuk tumor yang asimetris
B : Border irregularity, yaitu garis batas yang tidak teratur
C : Color variegation, yaitu memiliki lebih dari satu warna seperti cokelat atau hitam. Bisa juga
merah, biru, abu-abu, hipopigmentasi atau depigmentasi
D : Diameter, yaitu diameter tumor lebih dari 6 mm
E : Evolutionatau change,yaitu ada perubahan dari warna, ukuran, simetris, dan gejala
F : Funny-looking lesions (Bandarchi et al., 2010)
PENATALAKSANAAN

• Pembedahan
• Medikal pentose
• Terapi non-medikapentosa
• Kemoterapi
• Imunoterapi
• Ntibosi monoklonal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Laboratorium test dan Cuci darah.


•  
• Biopsy jaringan
•  
• Pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT scan.
LUKA BAKAR
DEFINISI

Combustio atau Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia,listrik dan radiasi.
ETIOLOGI

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas


ketubuh.Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau
radiasi elektromagnetik.
FAKTOR RISIKO

1. Bahaya kebakaran di rumah (di dapur/ kamar mandi) dan lain akibat
dari keridaktepatan penggunaan peraltan listrik.
2. Kelalaian personal dalam menggunakan bahan- bahan yang mudah
terbakar.
3. Anak- anak ( toddler 1-3 tahun, anank pra- sekolah 3-6 tahun).
4. Orang dewasa yang merokok dan mabuk serta penggunaan obat
terlarang.
5. Orang lanjut usia (berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh).
6. Penggunaan paraffin. (Brunner & Suddarth, 2018)
MANISFESTASI KLINIS
1. Luka bakar derajat pertama ditandai oleh kemerahan dan nyeri. Dapat timbul
lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mngkin terkelupas.
2. Luka bakar derajat kedua superfisial ditandai dengan adanya lepuh dan nyeri
hebat. Terbentuk lepuhan yang terjadi beberapa menit setelah cedera. Ketika
lepuhan pecah, ujung-ujung saraf terekspos langsung denganudara. Karena
respons nyeri dan taktil masih utuh, penanganan luka bakar ini menimbulkan rasa
yang sangat nyeri.
3. Luka bakar derajat kedua dalam ditandai dengan adanya lepuh dan rasa nyeri.
Apabila dibandingkan dengan luka bakar derajat kedua superfisial, pada luka
bakar ini tidak begitu nyeri karena neuron sensoris sudah mengalami destruksi
yang luas.
MANISFESTASI KLINIS
4. Luka bakar derajat ketiga tamapak datar, tipis, dan kering. Dapat ditemukan
koagulasi pembuluh- pembuluh darah. Mungkin kulit tampak putih atatu hitam
dengan tekstur kasar.
5. Luka bakar derajat empat menimbulkan edema atau bulla. Dalam beberapa jam,
cairan dan protein berpindah dari kapiler ke ruang interstisial sehingga terjadi bulla.
Pada keadaan ini timbul respons imunologi berupa peningkatan laju metabolisme
yang berdampak terhadap kebutuhan kalori.
KLASIFIKASI
1. Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya
Derajat I : kerusakan terbakar terbatas di epidermis, misalnya terbakar matahari.
Luka bakar ini menyebabkan cedera setempat atatu destruksi setempat pada
kulit. Luka bakar pada derajat ini disertai eritema dan nyeri, tetapi tidak timbul
lepuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 3-4 hari. luka bakar ini tidak
menimbulkan jaringan parut.
Derajat II : Kerusakan meluas ke lapisan epidermis dan dermis. Organ- organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Dasar
luka bewarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
KLASIFIKASI
Derajat II Dalam: Luka bakar ini meliputi destruksi epidermis dan dermis yang
menimbulkan lepuh dan edema yang ringan hingga sedang serta rasa nyeri. Organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa, biasanya
satu bulan, bila perlu dengan operasi penambalan kulit.
Derajat III : Kerusakan meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis.
Pembuluh kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut
berkurang serta saraf rusak. Organ- organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Kulit yang terbakar berwarna abu-
abu dan pucat, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
KLASIFIKASI
Derajat IV : Kerusakan meluas melalui jaringan subkutan hingga mengenai otot
dan tulang.
2. Klasifikasi luka bakar berdasarkan luasnya  
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atau rule of wallace yaitu :
Kepala dan leher : 9%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai maisng-masing 18% : 36%
Genetalia/perineum : 1%
KLASIFIKASI
3. Klasifikasi luka bakar berdasarkan berat ringannya
a. American Burn Association membagi dalam :
1. Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
Tingkat II: kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa
atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.
Tingkat III: kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.
2. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :
Tingkat II: 15% – 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau
kurang dari 10% – 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
Tingkat III: kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.
KLASIFIKASI
3. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):

Tingkat II: 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari
20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
Tingkat III: 10% atau lebih.
Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.
Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh
seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan
sebelumnya.
CARA BAXTER
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL. Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8
jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
Dewasa : (Baxter) RL 4cc/kg BB/ % LB/ 24 jam + dextran 500 – 1000 ml (sth 18
jam)
Anak : 2 cc x BB x luas Luka Bakar (%) + kebutuhan faali (RL : Dextran = 17 : 3)
Kebutuhan Faali :
<1 th : BB x 100 cc
1- 3 th : BB x 75 cc
3 - 5 th : BB x 50 cc
1/2 = 8 jam pertama
1/2 = 16 jam berikutnya
PATOFISIOLOGI
Luka bakar (Combustio) pada tubuh terjadi disebabkan ada beberapa penyebab
yakni, cairan panas, api, listik, zat kimia, dan radiasi. Dari beberapa penyebab
tersebut, panderita luka bakar akan terkena dari salah satu dari penyebab tersebut.
Penderita luka bakar terkena api dari gas LPG. Yang mana gas LPG tersebut
mengalami kebocoran, sehingga penderita tersebut menyalakan kemudian dia tidak
paham tanda- tanda LPG bocor sehingga di buat untuk memasak seperti biasanya.
Sehingga sulutan api mengenai wajah dan tubuhnya. Dan paling parah pada wajah,
kemudian terjadinya mukosa mengalami kerusakan parah. Dalam beberapa detik saja
setelah adanya kerusakan mukosa, terjadi oedem pada laring sehingga adanya
obstruksi (sumbatan) pada jalan napas penderita. Setelah adanya obstruksi pada jalan
napas, maka penderita mengalami gagal napas.
PATOFISIOLOGI
Dalam jangka waktu beberapa menit, terjadi adanya perubahan pigmen (warna)
kulit sehingga terjadi kerusakan lapisan kulit yang dapat menyebabkan kulit penderita
mengalami perbedaan warna dengan bagian kulit yang masih tertutup kain pada saat
terjadi kebakaran.
Tidak hanya menyerang pada wajah maupun pada pigemen kulit, namun juga
menyerang jaringan akan mengalami traumatik yang menyebabkan pembentukan
oedema. Sehingga batas nyeri penderita menurun. Pada akhirnya, setelah semua
mengalami kerusakan. Maka pertahanan pada sistem tubuh secara primer mengalami
kerusakan. Sehingga pertahanan primer tidak adekuat, penyebab adanya risiko
infeksi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : hitung darah lengkap, Hb, Leukosit, Elektrolit serum,
Natrium urin, Alkali fosfat, Glukosa serum, Albumin serum, Loop aliran
volume
• Pemeriksaan radiologi
• Tes lain : missal fiberoptic bronchoscopy
PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
a. Pendinginan Luka
b. Debridemen
c. Tindakan pembedahan
2. Farmakologis
a. Perawatan berbasis air
b. obat anti nyeri/analgesic
c. salep/krim
KASUS
Tn. S MRS di UGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 8 April 2019 pukul
17.00 wib. Dengan keluhan aadanya luka bakar pada bagian ekstremitas
atas khususnya bagian wajah, leher,dan lengan bawah. Luka bakar
tersebut, didapatkan saat pasien memebakar sampah yang terdapat
bensin. Pada saat dibawa ke UGD, pasien mendapatkan terapi RL 20tpm,
Ibuprofen 1x400mg, Cefotaxin 2x1 gr(IV) dan salep burnazen. Pasien
setelah mendapatkan terapi tersebut, dipindahkan ke ruang rawat inap.
Kemudian pasien mengatakan merasakan rasa panas dan nyeri pada area
luka terutama pada area wajah dan bertambah rasa nyeri ketik
pemberian salep burnazen. Skala nyeri pasien 7 saat pemindahan
ruangan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai